Devil's Fruit (21+)

Pertemuan di Kantin



Pertemuan di Kantin

4Fruit 947: Pertemuan di Kantin     
0

"Iya, iya, sori. Gih sana, Mom pulang, urus Daddy tuh, siapa tau Daddy dasinya miring."     

"Tsk!" Kemudian, sang Cambion pun mulai terbang menghilang dari mobil Jovano. Si sulung pun mulai lajukan mobil ke kampusnya. Kalaupun dia tidak ada kuliah pagi, tidak masalah dia ada di kampus. Dia bisa nongkrong di kantin fakultas dia dulu, atau kelayapan di kantin fakultas lain.     

Selama dia memiliki ponsel dan laptop, maka dia tidak akan mati gaya. Bahkan dia tidak khawatir laptop dia akan kehabisan baterai karena dia bisa secara diam-diam menyalurkan tenaga petir bermuatan listrik dia ke dalam laptop.     

Si pangeran muda ini adalah keturunan dari Dante, si tuan Nephilim yang memiliki tenaga elemen dasar dari petir, oleh karena itu, dia juga mewarisi elemen petir sang ayah meski ternyata itu tidak sebesar elemen api sang ibu.      

"Jo, kau sekarang jadi sering muncul di kantin setiap pagi-pagi begini." Dari arah belakang sang pangeran muda, muncullah salah satu teman Jovano, Aoki, dan dia menarik salah satu kursi di dekat Jovano.      

Ya, dia memang Aoki yang pernah ikut bersama Jovano dalam petualangan di pantai Chirihama dulu. Dia memang satu universitas dengan si sulung dari Andrea, namun mereka beda fakultas.      

Jovano segera saja tersenyum sampai terlihat deretan depan gigi atasnya. "Hei, Bro, tumben kau sudah ada di kampus jam sepagi ini?"     

"Bukankah itu harusnya menjadi kalimatku, Jo?" Aoki menepuk pundak Jovano dan ia pun mengeluarkan laptop dan sebuah buku.      

"Ha ha ha, belum ada larangan untuk mendatangi kampus sepagi ini, kan?" Jovano menjawab. Ia melirik buku dan laptop yang dikeluarkan dari dalam tas Aoki. "Hendak mengerjakan tugas?"     

"Yup! Hanya tugas kecil saja." Aoki mulai menyalakan laptop dia.      

"Mau kupesankan minuman?" tawar Jovano karena dia sendiri sebenarnya sedang sangat luang, sangat menganggur, dari tadi kerjaan dia hanyalah menonton Yutub atau ke Instagramm sang pacar.      

"Hm, jika kau memang orang baik, lakukanlah, Jo, he he he ..." Aoki tidak menyia-nyiakan tawaran tersebut. "Kau yang traktir, kan?" Ia ingin memastikan bahwa Jovano tidak hanya memesankan saja.      

"Ha ha, iya, tenang saja. Aku sedang ingin beramal hari ini. Kau beruntung, bro!" Jovano pun bangkit dari kursinya dan menepuk dulu bahu Aoki sebelum dia berjalan ke bagian pemesanan minum. "2 caffe macchiato, onegaishimasu," pinta Jovano menggunakan kata sopan dalam bahasa Jepang dengan menambahkan 'onegaishimasu' yang di bahasa Indonesia, bisa berarti 'tolong' ketika meminta sesuatu.      

"Haik!" Pelayan di kantin pun mulai membuatkan apa yang dipesan oleh Jovano dengan cekatan.      

Cukup menunggu sekitar 5 menit, maka dua cangkir caffe macchiato pun disodorkan pada Jovano dan sang pangeran muda membayar sesuai harganya.      

Tak berapa lama, Jovano sudah membawa 2 cangkir kopi yang bahan dasarnya adalah espresso (sari pati kopi atau kopi murni kental) yang dicampur dengan sedikit susu dan kadang ada foam di atasnya, ke meja dia semula. "Caffe macchiato datang."      

Aoki mendongak dan melihat apa yang ada di depannya. "Wow, terima kasih, Jo! Kau memang teman yang menyenangkan, he he ... semoga surga dan semesta membalas kebaikanmu."     

"Amen! Thanks!" ucap Jovano agak geli juga di dalam hatinya. Dia yang merupakan keturunan dari iblis dan juga nephilim, mengucapkan sebuah kata bermakna religius. Tapi, tidak masalah.      

"Hei, kalian sudah di sini." Tiba-tiba muncul Naru dari luar kantin.     

Karena kantin itu tidak memiliki jendela dan hanya dipagari dengan balok kayu di sekeliling tempat, terlihat unik seperti sebuah pondok primitif dari kayu atau jerami atau batu atau es atau rumput. Yah, pokoknya seperti itu kira-kira. Tak heran nama kantin itu adalah Seinen Hut atau Pondok Muda-Mudi.     

"Naruchan, apa kau ada kuliah pagi?" tanya Aoki pada teman masa SMA dia. Ya, Naru ini juga adalah Naru yang pernah ikut ke Chirihama pula.      

Kalau masih ingat akan Naru, tentu sudah paham bahwa di antara semua yang ikut ke Chirihama Beach, Naru adalah seorang keturunan Onmyouji dari keluarga pengguna Onmyodo. Dia bisa mengetahui keberadaan makhluk yang tak bisa dilihat mata normal manusia. Dia juga mengetahui bahwa Jovano dan Zevo bukanlah manusia murni.     

"Aku memang ada kuliah pagi, tapi masih sekitar satu jam lagi. Tak menyangka kalian sudah di sini duluan." Naru pun hempaskan pantatnya, duduk di salah satu kursi di dekat Jovano.      

Meski Naru mengetahui Jovano bukan merupakan manusia murni, namun dia tidak keberatan sama sekali berteman dengan sang pangeran muda kerajaan Orbth. Meski ada beberapa anggota keluarganya tidak setuju dengan pertemanan mereka, namun bagi Naru ... jika Jovano tidak menyakiti manusia, maka Jovano adalah temannya.      

Baru saja Naru duduk, ada teman Aoki yang memanggilnya. Si teman minta agar Aoki datang ke kelas sekarang juga untuk membicarakan mengenai mata kuliah mereka dengan yang lainnya di kelas.      

"Duh, kau ini, aku belum sempat meneguk kopiku!" Aoki menyeru kecewa sambil melirik ke caffe macchiato dia yang memang belum sempat dia sentuh.      

"Cepat, Aoki! Sudah ditunggu!" Si teman itu tak sabar.      

Aoki yang hendak menggapai cangkir kopi dia untuk menyesap sedikit pun tak bisa melakukannya karena temannya sudah menyeret dia tak sabar. "Arrghh ... Jo, nanti kau harus mentraktir aku kopi ini lagi, oke?"     

"Ha ha, jangan khawatir, bro! Kapanpun kau ingin dan aku ada di dekatmu." Jovano melambaikan tangan ke Aoki yang kini pergi bersama teman kelasnya.      

Sekarang, tinggal Jovano dan Naru saja di meja itu. Suasana kantin tidak ramai, hanya ada 2 meja yang terisi dan jarak mereka pun berjauhan.      

"Jo, apa kabarmu? Aku jarang bertemu denganmu di kampus walau kita satu universitas, yah!" Naru tersenyum memulai percakapan dia.      

Si pangeran muda juga membalas senyum Naru dan menjawab, "Ya, benar, kita jadi jarang bertemu sejak kelulusan." Ia pun sambil menyeruput caffe macchiato dia. "Oh, karena kopinya Aoki belum diminum, kalau kau mau, minum saja. Atau perlu aku pesankan minuman baru lainnya?" Dia hendak berdiri, namun Naru mencegah.      

"Tidak usah, Jo, ini saja juga oke." Naru pun mengambil cangkir tersebut dan menyesap sedikit. "Hm, ternyata tidak begitu pahit menggigit di lidah."     

"Ha ha ha, tidak. Caffe macchiato di kantin ini tidak terlalu kental espresso-nya. Susunya juga banyak, apalagi ada foam-nya." Jovano merilekskan duduknya sambil angkat satu kaki ke paha.      

"Berita tentang adikmu sangat booming akhir-akhir ini, yah Jo." Naru langsung membicarakan itu. Dia memang bukan jenis orang yang suka bicara berputar-putar, selalu berusaha segamblang mungkin.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.