Devil's Fruit (21+)

Sekali Bucin Tetap Bucin!



Sekali Bucin Tetap Bucin!

4Fruit 883: Sekali Bucin tetap Bucin!     
3

Ketika di jam istirahat kedua ketika Ivy hendak memilih sebuah roti yang dia inginkan, Gavin tiba-tiba saja merenggut roti itu dari tangan Ivy dan mengganti dengan roti lain yang dia pilihkan. "Ini saja, hime-chan. Ini lebih bergizi dan enak, loh!" Gavin menyodorkan roti itu ke Ivy.      

Plakk!      

Ivy menampar tangan Gavin dengan muka sudah memerah karena marah. "Aku ini bukan pacarmu! Apalagi istrimu! Jadi berhenti mengaturku dan berhenti mengikuti aku! Dasar bawahan rendahan tak tau diri!"     

Suara Ivy saat itu cukup keras dan didengar oleh banyak orang di sekitarnya di kantin terbesar di sekolahnya. Hal ini mengakibatkan Ivy langsung menjadi pusat perhatian orang di sekelilingnya. Mereka saling berbisik dan bergumam pelan sambil melirik Ivy dan Gavin.      

"Ehh, ternyata bocah itu bukan pacarnya Gavin!"     

"Emangnya siapa sih perempuan itu? Kok dia galak sekali ke lelaki itu?"     

"Kau belum kenal dia? Dia itu namanya Ivy, anak kelas 1."     

"Kelas 1, kau bilang? Kenapa bocah kelas 1 dandanannya sudah seperti tante-tante?"      

"Hush! Jangan keras-keras ucapanmu! Dia selain kerap berdandan tebal karena ratu cosplay, dia juga anak dari pemilik Tropiza!"     

"Tropiza? Yang benar?! Apa dia merasa dunia ini sudah milik dia sampai dia membentak lelaki seperti itu?"     

"Apa jika dia maniak cosplay lantas dia bisa berdandan dengan cosplay dia di sekolah juga?"     

"Hei, hei, ternyata Ivy bukan pacar Gavin!"     

"Iya, Padahal selama ini aku tidak berani mendekati Ivy karena ada Gavin yang selalu menempel ke dia. Ternyata ..."     

"Pfftt! Gavin dasar sok penting saja!"     

"Kau dengar tadi Ivy bilang apa? Dia bilang Gavin itu bawahan dia!"     

"Bawahan? Budak? Pelayan? Babu?"     

Gavin masih diam sambil telinga dia menerima semua caci maki orang di sekitarnya. Berbeda dengan Ivy yang tampak sangat emosi, Gavin justru seperti kerupuk tersiram air. Mengkerut. Bukan karena takut, melainkan karena sedih membuat Ivy marah dan gadis itu mengucapkan kalimat tadi.      

Bagi Gavin, orang boleh mencaci maki dia, namun jangan ada yang boleh menghina Ivy. Tadi dia sempat mendengar ada beberapa siswi di dekat dia yang mengatakan Ivy terlalu arogan sampai berkalimat seperti itu pada Gavin.      

Tidak, tidak, Gavin sama sekali tidak keberatan Ivy mengucapkan kalimat tersebut, karena dia memang sudah menerima bahwa dia adalah bawahan Ivy. Ibu dari gadis pujaannya adalah seorang putri raja dan ayah Gavin hanyalah pengawalnya saja.      

Di mata Gavin, jika dia meminta cinta dan perasaan Ivy, itu memang sama seperti seorang anak pembantu memohon cinta dari anak majikan. Terlalu jauh. Terlalu jomplang, meski Gavin masih saja ingin berjuang untuk itu.      

Dari sini saja sudah bisa dilihat seberapa parah kadar bucin dari Gavin. Sampai-sampai dia rela direndahkan oleh Ivy.      

"A-ahh, iya, Hime. Maafkan aku. Apakah kau ingin roti yang tadi? Oke, aku ambil lagi, yah!" Gavin pun mengambil roti yang tadi sempat terjatuh ketika Ivy menampar tangan Gavin. Ia kemudian membawa roti sesuai pilihan awal Ivy dan menyodorkannya ke sang putri dari Cambion.      

Ivy menerima roti itu, dan Gavin sangat lega serta bahagia.      

Plekk!     

Orang-orang yang menonton pun terkejut dan ada yang terkesiap melihat sebuah adegan dari Ivy.      

Ternyata, sehabis menerima roti tersebut, Ivy langsung saja melemparkan roti tersebut secara keras ke Gavin. Tepat ke muka Gavin. Kemudian, dia melenggang pergi dibarengi ucapan, "Jangan lagi ganggu aku! Jangan usik hidupku!"     

Segera, banyak orang yang saling berbisik mengomentari hal tersebut.      

"Ya ampun, arogan sekali bocah perempuan itu?"     

"Sepertinya bocah perempuan itu sakit mental!"     

"Kenapa bocah itu jahat sekali kepada kakak kelasnya hanya karena masalah roti? Keterlaluan!"     

"Kasihan Gavin ... dia tidak layak diperlakukan demikian."      

"Gadis berperangai buruk! Anak pemilik Tropiza ternyata sedangkal itu kelakuannya."     

Mendengar orang-orang mulai membicarakan buruk mengenai Ivy meski si gadis sudah melangkah jauh dari sana dan meninggalkan Gavin, tentu saja mister bucin cilik tidak terima dan dia menghardik orang-orang itu. "Hei, kalian! Jangan bicara sembarangan mengenai Ivy-hime! Dia tidak seperti yang kalian bicarakan! Aku lebih mengerti dia ketimbang kalian!"      

Setelah menjatuhkan kalimat itu dengan wajah berapi-api menatap gahar ke orang-orang di sana, maka Gavin pun berlari menyusul Ivy setelah dia memungut semua roti tadi dan tentu saja sudah membayarnya. "Hime! Hime, tunggu aku sebentar!"     

Namun, sepertinya Ivy bersungguh-sungguh akan ucapannya dan dia menghardik Gavin begitu tau si bocah pria membuntuti dia yang hendak pergi ke kelasnya sendiri. "Bisa tidak sih kau ini tidak mengganggu aku?!"     

Gavin berhenti karena Ivy juga berhenti dan menatap sengit ke arah dia. "Hi-Hime ... aku tidak bermaksud mengganggumu. Aku hanya ... ingin menjagamu."     

"PERGI!" teriak Ivy hingga matanya mulai berubah warna menjadi merah darah.      

Gavin terkejut. Semarah-marahnya Ivy pada dia, belum pernah hingga membuat gadis itu memunculkan mata vampirnya. Ivy jadi tampak lebih menyeramkan jika begitu. "Hi-Hime, jangan. Oke, oke, aku pergi, aku pergi ..." Dia tidak ingin identitas ras Ivy ketahuan, oleh karena itu, dia rela menjauh dari gadis tersebut.      

Melihat Gavin benar-benar pergi meninggalkan dia meski terlihat tidak rela, Ivy menghela napas lega dan matanya berubah warna ke hitam lagi. Kemudian, dia pun balik badan dan bisa berjalan sendirian dengan tenang.      

Kejadian Ivy dan Gavin di dalam kantin sekolah tadi mulai tersebar luas di sekolah karena Gavin cukup terkenal di sekolahnya dan begitu juga Ivy, meski biasanya Ivy lebih populer di kalangan para siswa lelaki dibandingkan siswa perempuan.      

Dan Gavin menyesalkan ini terjadi. Bukan karena dia tersinggung atau keberatan dengan ucapan Ivy, namun kepada dia cemas jika sejak ini para penggemar Ivy akan lebih menggila lagi mendekati sang pujaan. Jika sudah demikian, Gavin harus bagaimana?     

Memikirkan itu secara terus menerus, membuat Gavin jadi bersedih hati dan murung. Dia yang biasanya banyak bicara dan banyak senyum, kini jadi lebih pendiam dan surut seolah kekurangan baterai.      

Ketika di mansion, Shelly menyadari keanehan sikap sang putra usai pulang sekolah. "Gav, kenapa? Apa ada masalah tadi di sekolah?" tanya sang ibu pada anaknya yang berjalan lunglai. "Atau jangan-jangan kau berkelahi lagi di sekolah dengan penggemar Ivy?" Ibunya mulai terlihat was-was.     

Kejadian seperti itu pernah terjadi. Dua kali, malahan. Biasanya akar permasalahan selalu saja mengenai Ivy, tidak ada yang lainnya. Dan Shelly serta Kenzo sudah sampai berbusa menasehati Gavin mengenai itu.      

Bahkan Andrea pernah mengultimatum Gavin, jika dia masih saja berkelahi dengan fans dari Ivy, Andrea akan memaksa Shelly dan Kenzo untuk memindahkan Gavin ke sekolah lain saja agar tidak perlu bertemu dengan Ivy di sekolah yang sama.      

"Aku membuat Hime marah, Ma." Gavin menatap sang ibu denga pandangan lesu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.