Devil's Fruit (21+)

Jackpot Luar Biasa



Jackpot Luar Biasa

4Fruit 878: Jackpot Luar Biasa      1

Jovano terus saja di kamar Nadin hingga akhirnya subuh pun tiba. Entah sudah berapa kali dia berganti wujud.      

Sekarang, karena sebentar lagi matahari akan muncul dari timur, maka Jovano memutuskan untuk menyudahi acara stalking ini. Ya ampun, dia ternyata sudah melakukan stalking! Jika diketahui Nadin, dia bisa dilaporkan ke polisi karena melakukan hal yang sangat mengganggu tersebut.      

Tapi Jovano kan tidak mengganggu sejak tadi. Jadi, seharusnya tidak perlu dilaporkan, ya kan?      

Menatap Nadin dengan pandangan agak tidak rela, Jovano akhirnya meninggalkan kamar tersebut untuk terbang kembali menuju ke kamar dia sendiri. Pengalaman hari ini sungguh luar biasa. Tidak akan terlupakan. Harus terus dikenang sebagai sebuah perjuangan!     

Perjuangan mister bucin amatir.     

Meski tidak tidur semalam suntuk, itu bukanlah merupakan hal yang berat bagi Jovano. Jangan lupakan ras dan kekuatan dia. Maka, dia hanya cukup mandi dan membereskan bukunya untuk kuliah hari ini.      

Karena hari ini dia memiliki kuliah di siang hari, maka dia bisa bersantai dulu. Apakah dia perlu menguntit lagi Nadin di sekolahnya? Perlukah? Ugh! Dia ingin sekali, tapi apakah itu tidak keterlaluan?     

Jawabannya: TIDAK!     

Maka, secara diam-diam, Jovano kembali membuat dirinya transparan dan terbang keluar dari kamarnya. Semoga saja ibunya tidak mengetahui.      

Tunggu, apakah Jovano mengetahui dimana Nadin bersekolah? Oke, dia tidak tau dan satu-satunya jalan adalah mengunjungi hunian sang gadis lagi seperti tadi malam.     

Maka, kini Jovano melesat cepat ke apartemen Nadin dan masuk melalui jendela kamarnya. Ternyata, gadis itu baru saja bangun tidur. Hei, ini sudah jam berapa, Nona? Kenapa kau masih bisa bermalas-malasan begitu? Jovano heran.      

Tambah heran lagi ketika Nadin terbangun, gadis itu tidak panik karena bangun siang, malah dia turun dari kasurnya dan berjalan santai keluar kamar untuk menuju ke dapur apartemen dan membuat kopi.      

Sementara itu, di ruang makan, sudah ada dua gadis yang baru saja selesai makan. Satu gadis lainnya mungkin sudah berangkat sekolah.      

"Nadin, kau tidak berangkat lagi?" tanya salah satu gadis di sana yang mulai berdiri membawa piring bekas dia makan.     

Nadin menguap dan menggeleng. "Tidak untuk hari ini. Rasanya aku masih capek." Ia membawa kopi yang baru dia buat ke meja makan.      

"Dasar kau ini ..." Gadis yang bertanya tadi tertawa kecil dan mengusap kepala merah muda Nadin lalu berniat pergi. "Aku berangkat dulu, yah! Kau hati-hatilah di rumah."     

"Oke, bye!" Nadin melambaikan tangannya ke dua gadis yang keluar apartemen bersama-sama. Setelah itu, Nadin menyesap kopinya dengan santai sambil dua kaki diangkat ke kursi. Jovano melihat semua itu dan masih terheran-heran.      

Kenapa Nadin tidak sekolah? Kenapa gadis itu begitu santai membolos sekolah? Apakah Nadin gadis nakal? Oke, Jovano akan mencoba terus mengamati gadis itu selama dia di sini. Dia ingin tau, apa saja yang akan dilakukan oleh Nadin. Semoga tidak membuat Jovano kecewa. Dia tidak ingin pujaan hatinya ternyata sosok yang berandalan.      

Sesudah Nadin menghabiskan kopinya dalam ketenangan apartemen sunyi tersebut, ia pun membawa cangkir kopi dia dan mencucinya. Setelah itu, dia melangkah kembali ke kamarnya.      

Jovano mengikuti terus, dan jantungnya hendak meloncat keluar ketika melihat Nadin melepas satu demi satu pakaian yang dipakai. Gadis itu hendak mandi!     

Bagaimana ini? Bagaimana ini?! Apa Jovano harus keluar dulu?! Atau dia cukup tutup mata saja?!     

Tapi ternyata, mata Jovano terus terbelalak dan dia sama sekali tidak beranjak dari sana ketika tubuh itu sudah tidak tertutupi apapun lagi. Sang pangeran muda merasa mendapatkan jackpot luar biasa! Semoga saja deru napasnya tidak terdengar oleh Nadin.     

Tubuh gadis itu begitu indah di mata Jovano. Kulitnya putih mulus, lekukan tubuhnya begitu memikat, dadanya penuh meski tidak sebesar milik ibunya. Serius! Payudara Nadin besar namun wajar, dan sepertinya sangat nyaman jika ditangkup tangan Jovano. Ugh! Belum apa-apa, Jovano sudah mulai berpikiran mesum.     

Salah siapa gadis itu begitu molek? Apalagi pantat kenyal kencang dan lumayan berisi dari Nadin, itu adalah pantat terindah yang pernah Jovano lihat. Yeah, pantat siapapun yang pernah dia lihat sebelumnya, mendadak menjadi tidak seindah milik Nadin.      

Terlebih lagi selangkangan gadis itu! Astaga! Apakah Nadin terbiasa mencukur dan merapikan bulu pubis dia? Bahkan warna bulu pubisnya saja bukan hitam melainkan agak pirang! Apakah itu warna asli rambut Nadin. Ahh, terserah! Yang penting, saat ini Jovano sedang menikmati jackpot dia.      

Ketika Jovano hendak ikut Nadin masuk ke kamar mandi, dia merasakan limit kekuatan transparan dia. Terpaksa dia tidak masuk ke kamar mandi itu meski sang gadis sudah berada di dalam.      

Terpaksa Jovano menunggu beberapa menit sebelum bisa kembali berubah menjadi transparan dan bisa masuk ke dalam kamar mandi untuk menatap kemolekan tubuh Nadin.      

Lihat, gadis itu sedang membelai tubuhnya menggunakan sabun dan puff mandi warna merah muda yang terbuat dari untaian jaring lembut.     

Melihat Nadin yang sedang menggosok tubuhnya menggunakan sabun dan puff, mengingatkan Jovano pada adegan di film porno Jepang. Ups! Apakah dengan begini dia jadi ketahuan sering menonton film jenis itu? Tak apa, toh sudah 17 tahun lebih!     

Gerakan gemulai Nadin membelai tubuhnya, membilas dengan air shower, sungguh memikat dan menjadikan pusaka muda Jovano pun bangkit. Arrghh, damn! Jovano memaki dalam hatinya. Bagaimana ini?! Inginnya sih dia buka baju dan langsung menerjang ke Nadin.      

Tapi dia masih waras dan tidak ingin melakukan hal kotor seperti itu. Meski dia keturunan iblis, namun dia ingin menjadi iblis terhormat yang memiliki martabat. Walau, agak diragukan apakah tindakan dia menguntit gadis hingga ke kamar mandi masih tergolong terhormat dan bermartabat?      

Menyaksikan Nadin secara gemulai bergerak membuat Jovano menahan napas dan berusaha menenangkan tongkat ajaib dia agar tidak terus meronta-ronta. Namun, dia tidak memiliki pilihan. Dia 'terpaksa' melakukan kegiatan 'swalayan' itu sambil menonton Nadin. Ia membekap mulutnya sendiri sembari tangan lainnya terus mengocok miliknya.      

Dan ketika limit sang tongkat datang, ia segera arahkan muncratan airnya ke dinding yang sekiranya tidak terlihat oleh Nadin. Jovano menggigit kuat-kuat bibirnya ketika mencurahkan cairannya tersebut agar dia tidak berteriak apalagi melolong.      

Setelah selesai memburaikan semua hasratnya, ia memilih keluar dari kamar mandi, karena limit tenaga dia langsung menyusut nyaris habis. Dia harus bersembunyi dulu saat dia kembali menjadi wujud nyata.      

Oke, ke salah satu kamar teman Nadin yang kosong.      

Maka, usai wujudnya kembali, Jovano berdiam diri sejenak di dalam kamar kosong milik salah satu teman apartemen Nadin.      

Ini gila. Ini sungguh gila. Jovano sudah gila! Jika kelakuan dia diketahui orang tuanya, entah akan seperti apa reaksi mereka.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.