Devil's Fruit (21+)

Hit by a Love Truck



Hit by a Love Truck

2Fruit 875: Hit by a Love Truck     
4

Sementara itu, Jovano duduk di dalam bus yang masih kosong sambil dia melihat-lihat semua foto di instagramm Nadin. Ternyata gadis itu memang suka cosplay.      

Banyak postingan foto Nadin di instagramm hanyalah berisi dia sedang menjadi cosplayer. Dari berbagai anime dan sesekali ada cosplay OC, seperti yang dilakukan Ivy, namun OC milik Nadin lebih ke arah manis dan anggun.     

Dia menyimpan beberapa foto manis Nadin.      

Apakah sang pangeran ini sedang jatuh cinta?     

Ketika Jovano sedang senyum-senyum sendiri, datanglah salah satu make up artist Adora, Sora Amako. "Jo, ternyata kau di sini." Andrea memang meminta pada para karyawan dia untuk tidak memanggil anak-anak dia menggunakan sufiks apapun, cukup nama biasa saja.      

"Ohh, Sora-san." Jovano segera mematikan lampu display ponselnya, kemudian menyimpan ponsel ke saku celana. "Apakah sudah selesai?"     

"Ya, sebentar lagi acaranya selesai. Ibumu mencarimu untuk menanyakan hasil foto dan rekaman darimu." Sora Amako memberitahu Jovano.      

"Oke, aku akan ke sana." Jovano pun bangkit dari duduknya dan keluar dari bus untuk mencari sang ibu.      

Ketika dia tiba di lapangan gedung, dia melihat Nadin yang sedang berpose di atas anak tangga yang menuju taman belakang. Jovano tersenyum pada gadis itu dan si gadis juga membalas senyumannya.      

Ohh, alangkah indahnya dunia ini, bagi Jovano.      

Namun, ketika dia melihat bahwa tiba-tiba ada segerombolan anak kecil yang berlarian dan menyenggol tubuh Nadin, gadis kepala merah muda itu pun limbung.      

Jovano bergerak cepat dan berlari menangkap Nadin ketika tubuh Nadin hendak terjatuh menghempas anak tangga.      

"Astaga!" seru Jovano ketika dia berhasil memegangi tubuh ramping Nadin. "Hampir saja!" Dia memeluk sang gadis yang masih terdiam. Jovano pun berseru ke gerombolan anak-anak usia tanggung yang tadi menabrak Nadin. "Hei, kalian tidak boleh sembarangan berlari di tangga! Kalian hampir mencelakakan seseorang!"     

Salah satu dari anak itu hanya meringis dan menoleh ke Jovano sambil berkata, "Oh, maaf, tidak sengaja, he he!" Lalu meneruskan larinya, seakan dia adalah ninja. Astaga.      

"Um … ano …" Nadin bersuara.     

Jovano alihkan tatapan ke Nadin dan dia mulai sadar kalau dia sudah memeluk gadis itu. "A-ahh! Maaf!" Jovano lekas melepaskan pelukannya dan wajah Nadin terlihat bersemu malu.      

"Terima kasih sudah menolongku." Nadin berucap dengan disertai bungkukan badan secara dalam ke Jovano, layaknya orang Jepang jika sungguh-sungguh berterima kasih.      

"Ahh, jangan sungkan. Hanya sebuah kebetulan saja aku ada di dekatmu." Jovano kibaskan tangannya secara santai seolah itu bukan apa-apa baginya.      

"Kau ternyata bisa berlari sangat cepat." Nadin berujar setelah selesai membungkuk. Senyumnya membuat hati Jovano meleleh.      

"O-ohh … ha ha, aku … kebetulan juga otot kakiku kuat dan tangkas, jadi … aku bisa segera berlari ke arahmu." Jovano memberi alasan. Semoga Nadin tidak berpikir aneh-aneh mengenai Jovano. Ia tidak boleh sampai membuat manusia biasa mengetahui identitas dan kemampuan dia yang diluar nalar manusia.      

"Ohh, jadi begitu ..." Nadin tersenyum, menyebabkan hati Jovano kebat-kebit bahagia. "Baiklah, aku akan kembali ke teman-temanku dulu. Sekali lagi, aku ucapkan terima kasih atas pertolonganmu." Gadis kepala merah muda membungkuk sekali lagi ke Jovano.      

"Iya, tidak masalah." Jovano membalas membungkuk juga dan terpaksa merelakan gadis itu berlalu dari pandangannya untuk pergi ke tempat teman-temannya. "Oh iya, Mommy!" Ia pun teringat bahwa dia dicari-cari ibunya. Segera saja dia mengakitfkan kekuatan pelacak dia dan menemukan sang ibu malah sudah ada di bus.      

Maka, dengan langkah riang, Jovano pun kembali ke halaman depan gedung dan menuju ke bus Adora.      

"Astaga, Jo! Kau ini kemana saja, sih? Mama tunggu daritadi kagak juga nongol. Lagi mepetin cewek apa gimana, nih?" Pandangan Andrea penuh akan makna sesuatu.      

Jovano yang paham akan pandangan apa itu karena dia dan ibunya memiliki ikatan batin yang kuat, dia yakin sang ibu pasti sudah mengetahui apa yang dirasakan sang pangeran muda. "Ha ha, Mom ada-ada saja. Ehem!" Ia pun mulai naik ke dalam bus dan duduk di kursi paling belakang.      

Andrea pun mengikuti sang putra dan duduk di sebelahnya. "Bagaimana dokumentasinya, tuan Casanova?" goda sang ibu.      

"Mom, aku bukan Casanova." Jovano terkekeh sambil tusuk lengan ibunya menggunakan ujung telunjuknya. "Aku sudah mendapat banyak foto dan video dari mereka. Nanti akan aku transfer ke memcard dulu sebelum kuserahkan ke Mom."     

"Tidak perlu kasi ke Mom, cukup kamu kasi aja ke Chris atau Yuga." Andrea menyebutkan nama dari editor foto dan graphic designer dari Adora.      

"Oke." Jovano tidak jadi mengeluarkan kameranya.      

"Jadi, mister lova-lova, katakan ke ibumu ini, seperti apa dia?" tanya Andrea sambil senderkan punggung dan menempelkan lengan ke lengan anaknya.      

Jovano terkekeh canggung. "Mom, stop it! It's not your business. Huss! Huss! Sana kembali ke depan aja, gih!" usir sang putra sulung ke ibunya.      

Andrea tertawa ringan dan berdiri. "Dasar amatir pemalu. Kalah ama Gavin, tuh!"     

"Setidaknya aku nggak tsundere seperti Mom ke Dad di masa awal cinta-cintaan kalian, yah!" balas Jovano dengan senyum miring.      

"Hei!" Andrea mendelik sebal. Putranya ini memang menyebalkan kalau sudah mengungkit mengenai yang dulu-dulu jaman dia belum melahirkan si sulung. "Huh! Yang tsundere itu babehmu, bukan Mama."     

"Sama saja. Kalian berdua sama saja, ha ha ha! Jangan mengelak, Mom. Aku tau semua story kalian." Jovano masih meledek dan malah julurkan lidah untuk menambah kekesalan ibunya yang beranjak pergi dari sana untuk turun dari bus, menghitung semua anggota Adora.      

Sementara itu, Jovano keluarkan lagi kamera dia dan mentransfer foto yang ada Nadin di dalamnya ke ponselnya dan kemudian menghapus data itu dari mem-card kamera. Ia tidak ingin Chris dan Yuga melihat foto itu. Toh itu juga bukan foto anak-anak Adora sepenuhnya.      

Setelah itu, Jovano lekat memandangi foto Nadin yang dia ambil tadi. Senyum di wajah Jovano pun terbit seiring munculnya Nadin di layar ponsel.      

Sepertinya Jovano memang sudah jatuh cinta saat ini. Padahal dia sudah berikrar tidak akan terburu-buru jatuh cinta jika belum dewasa. Dia masih ingin meraih banyak hal, khawatir akan menjadi mister bucin seperti Gavin yang kadang bertindak di luar rasionalitas.      

Ehh ... malah sekarang dia tertabrak truk cinta. Hit by a love truck. Yah, namanya cinta, memang terkadang tidak diduga kapan datangnya. Seenaknya saja hadir tanpa ada peringatan.      

.     

.     

Malam harinya, Jovano terus habiskan waktunya di kamar untuk memandangi foto Nadin tanpa diketahui siapapun. Dia juga memasang array penghalang agar tidak ada yang memergoki apa yang sedang dia lakukan.      

"Nadin ..." panggilnya dengan suara lirih sambil memandangi foto sang gadis.     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.