Devil's Fruit (21+)

Akhirnya Tiba!



Akhirnya Tiba!

4Fruit 827: Akhirnya Tiba!     4

Jangan khawatir, guys. Jovano dan Zevo tidak akan mudah lelah dan mengantuk, kok!     

Mobil kini sudah memasuki terowongan Watauchi dan akan memasuki tol Suzaka di Nagano.      

"Wah, jajanan kita sudah habis! Ha ha ha!" Taka tertawa sambil merapikan plastik bungkus berisi sampah-sampah mereka.      

"Itu karena kau gembul dan rakus." Dex menyahut.      

"Hei, tadi yang makan banyak onigiri siapa, hayo? Kamu, kan Dex?" Taka tak mau kalah.      

"Aku ingin kencing." Naru tiba-tiba berkata.      

"Guys, guys, chills, oke?" Jovano berbicara dari depan. "Aku akan mencari jalur keluar tol dan kita bisa mampir ke minimarket lagi dan yang ingin kencing, manfaatkan kesempatan itu."     

"Oke, Jo." sahut mereka nyaris berbarengan.      

Setelah mobil memasuki tol kota Obuse, di sana ada jalur keluar dan Jovano arahkan mobil ke sana dan mulai mencari minimarket lagi. Mobil Zevo mengikuti.      

Kali ini, semua belanjaan jajanan mereka akan dibayar oleh Zevo. "Ambil saja sebanyak yang kalian mau, aku yang akan bayar."     

"Thanks, Zevo!"     

Segera saja yang tidak memiliki keinginan berkemih, masuk ke minimarket dan mulai memenuhi keranjang belanja mereka dengan berbagai snack, biscuit, roti kecil, permen dan berbagai jenis minuman dari yang kaleng hingga botol.      

Sepertinya mereka tidak menahan-nahan sama sekali. Toh Zevo takkan kekurangan uang karena kekayaan dari keluarganya yang mungkin belum bisa habis dimakan 100 keturunan.      

Usai berbelanja dan pergi ke kamar kecil bagi yang butuh, serta membuang sampah sebelumnya di tempat sampah, kini mereka masuk kembali ke mobil.     

Masuk lagi ke tol Obuse dan lanjut ke tol kota Nakano, mobil segera meluncur cepat. Ini sudah terik siang hari dan Jovano sampai harus menyalakan pendingin udara hingga suhu 18 derajat celcius agar bisa tetap terasa nyaman di tengah cuaca musim panas ini.      

Setelah menjalani beberapa tol, mereka tiba di terowongan Samizu yang panjang dan setelah itu masuk ke tol Iizuna dan kemudian masuk lagi ke terowongan Yakushidake dan berlanjut ke tol Shinano, masuk ke daerah Niigata. masuk ke area Myoko, lalu ke Joetsu hingga bertemu terowongan Tenjido.     

Mobil yang dikendarai Jovano pun mulai memasuki jalur E8 sesudah akhirnya bertemu jalan lingkar dan terus melaju cepat hingga masuk ke terowongan Kanayasan.     

"Ini sudah di jalur cepat Hokuriku, Jo."     

"Yups. Sebentar lagi bakal lebih banyak tol dan terowongan, ya kan?"     

"Ha ha ha, iya. Ini sepertinya kumpulan prefektur yang berisi terowongan saja."     

"Tapi banyaknya terowongan malah membuat nyaman kita bisa sebentar terhindar dari terik matahari."     

"Benar, Jo. Lihat, nanti akan ada terowongan Nadachi, Teraji … um … Koshirazu, Yunoue. Yah, itu saja terowongan yang harus kita lalui."     

Jovano mengangguk ketika Ryu menjabarkan apa saja terowongan yang akan mereka lalui.      

��Jo, masih berapa jam lagi?" tanya Naru.     

"Mungkin sekitar 3 jam lagi." Jovano menyahut sambil tetapkan pandangan ke depan. "Kenapa, Naru?"     

"Tidak. Hanya ingin tau. Sepertinya kita terlalu banyak berhenti, yah! Ha ha ha!" Naru malah tergelak.      

"Tidak apa. Ini kan bukan perjalanan buru-buru, tapi santai dan harus dinikmati." Jovano menimpali.     

"Betul, tuh! Aku setuju dengan Jo!" ujar Taka.      

Setelah mobil melalui tol kota Asahi di Toyama, berlanjut ke tol Nyuzen, lalu tol Kurobe, kemudian tol Uozu, lantas tol Namerikawa, tol Kamiichi, tol Tateyama, tol Imizu, tol Takaoka, dan tol Himi. Semuanya masih ada di prefektur Toyama.      

Dan di jam 4 sore, mereka sudah melewati jalur baypass Hakui, kemudian masuk ke tol Hakui di Ishikawa.     

"Sudah sampai! Iya, kan? Ini Hakui, kan?" tanya Taka.     

"Ha ha, iya, sudah sampai Hakui." Jovano menyahut. Mereka pun merasa lega sudah hampir tiba di destinasi utama.      

"Ayo terus saja ke barat daya, Jo." Ryu memberi arahan melalui peta yang ada di dasbor mobil Jovano.      

"Oke."     

"Terus sampai 3 kilometer lagi nanti ada sungai Shio, kita lewati jembatan di sana."     

"Oke." Jovano meluncurkan mobil dengan mulus ke jalanan baypass sepanjang 3 kilometer lebih hingga melewati jembatan sungai Shio dan tak lama, ada persimpangan Shio dan ia mengambil belokan ke kanan, melaju sepanjang hampir 2 kilometer.      

"Ini masih lurus, kan?"     

"Iya, terus aja lurus, Jo, ikuti jalan besarnya."     

"Oke."      

Tak berapa lama, mereka bertemu perempatan lagi.      

"Yang lurus, Jo."     

"Oke."     

"Nah, itu, itu ada persimpangan Shinbo, belok kiri, Jo."     

"Lurus terus kan ini?"     

"Iya, Jo. Lurus terus sampai hampir 1 kilometer. Nanti ada perempatan, belok ke kanan."     

"Roger."     

Mobil pun mengikuti arahan Ryu hingga mereka memang menemukan adanya perempatan dan Jovano membelok ke kanan.      

Jovano terus melaju lurus karena sebenarnya dia sudah hafal peta tersebut. Namun, hanya karena menghargai upaya temannya—Ryu—makanya dia seolah-olah diarahkan dari tadi.      

Ketika Ryu menyadari bahwa Jovano terus saja melaju mulus tanpa ragu, barulah dia sadar bahwa Jovano sudah mengetahui arahnya.      

Ryu menampar lengan Jovano. "Sialan kau, Jo, kau sebenarnya sudah tau, yah!"     

"Ha ha ha." Jovano tidak berusaha mengelak dan terbahak santai. "Aku kan ingin mendengar navigasi darimu, Ryu."     

"Ceh!" Ryu mendecih sambil lempar pandangan ke luar jendela.      

Mobil pun masuk ke terowongan pendek sepanjang 4 meter lebih karena di atas ada jalan besar jalur cepat.      

Keluar dari terowongan pendek itu, hanya butuh sekian menit saja dan mereka pun bisa melihat laut di depan, lalu akhirnya bertemu dengan pasir.      

"Woaahhh! Sudah sampaaaiii!" teriak Taka kegirangan ketika mobil Jovano sudah menelusuri pasir usai berbelok ke kanan karena jika ke depan akan tercebur ke laut.      

"Ayo berhenti dulu, Jo! Kita berhenti dulu di tepi sana!" Dex menunjuk ke dekat tanggul buatan.      

Jovano lantas menghentikan mobil di sana agar tidak mengganggu kendaraan lain yang hendak melintas pula. Di Pantai Chirihama sudah ada banyak orang yang ingin juga berlibur musim panas di sana, sama seperti Jovano dan teman-teman mereka.      

Dua mobil berhenti dan penumpangnya mulai berhamburan keluar dan memandang takjub pemandangan pantai dan laut yang terhampar di depan mereka.      

"Berfoto! Ayo kita berfoto!"     

"Mana kameraku? Mana? Ohh, di tas! Sebentar, aku ambil tas dulu!"     

"Aku harus merekam ini! Akan aku buat Rena iri sampai menangis, ha ha ha!"     

Jovano menghampiri Zevo usai mengunci mobilnya. "Kita akhirnya sampai juga, bro!" Ia terkekeh lega sekaligus senang.     

Zevo menyambut salam tampar tangan dari Jovano. "Kita bisa buktikan ke keluarga kita kalau kita bisa mandiri dan pergi sendiri untuk berlibur."     

Keduanya pun segera mengeluarkan ponsel mereka untuk melakukan kegiatan vlogging.      

"Pakai instaa-live saja, bro!" Jovano langsung menyetel kamera di ponselnya dan mulai menaruh di tongkat khusus dan mengarahkan ke mereka berdua sambil berjalan dan merangkul bahu.     

"Yeaahh! Kami sudah sampai … di Chirihama Driveway! Wuhuu! Cukup melelahkan juga perjalanan dari Roppongi. Tapi sangat mengasikkan!" teriak Jovano di depan kamera.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.