Devil's Fruit (21+)

Bertambahnya Bala Bantuan



Bertambahnya Bala Bantuan

0Fruit 745: Bertambahnya Bala Bantuan      3

Betapa terkejutnya kedua belah pihak ketika mengetahui munculnya ratusan perajurit iblis. Hal ini sungguh tidak disangka-sangka oleh mereka.     

King Zardakh hanya mengangkat bahu dan berkata, "Makin banyak orang, makin meriah!"      

Dengan kedatangan banyaknya prajurit iblis, hal ini menimbulkan dampak psikologis yang positif di hati para werewolf. Mereka yang sebelumnya mulai menyerah dalam hati masing-masing, kini timbul semangat juang kembali.     

Pangeran Djanh terkekeh melihat perbuatan King Zardakh. Ia melonjak ke atas dan melihat betapa hiruk pikuknya keadaan saat ini.      

King Zardakh ikut melonjak di dekat sang pangeran Incubus sambil berkata, "Pangeran, kenapa masih malu-malu? Silahkan saja."     

Mendengar ucapan sindiran halus dari King Zardakh, Pangeran Djanh pun tertawa kecil sambil mengeluarkan mutiara dia sendiri. Dan ia jatuhkan mutiara itu ke bawah sambil ia tiupkan kekuatannya sehingga tak sampai mutiara jatuh, muncullah secara ajaib ratusan anak buah sang pangeran.     

"Makin banyak, makin meriah! Benar, kan, tuan Raja?" Pangeran Djanh menoleh ke King Zardakh.      

"Sangat benar, Pangeran," sahut King Zardakh.     

Senyum pun muncul di wajah King Zardakh. Ia sudah sangat paham cara kerja pangeran satu itu yang sering mendompleng dirinya yang sedang berperang dengan pihak manapun. Seperti ketika pihak Orbth berperang melawan Nephilim dan Angel, lalu ketika perang di kutub selatan.     

Dengan alasan aliansi, King Zardakh membiarkan saja. Toh, ia juga tidak dirugikan terlalu banyak akan ikut campurnya Pangeran Djanh dalam pertempuran sang raja. Hanya rugi sedikit tentang tidak bisa mengambil semua rampasan perang.     

Tapi, tak apa. Karena King Zardakh bersahabat baik dengan ayah Pangeran Djanh, King Huvr, maka semua baik-baik saja. Anggap ini bala bantuan dan mempersingkat waktu.     

King Zardakh bertelepati dengan semua anggota Tim Blanche untuk berhenti bertempur dan menyuruh mereka untuk mundur atau terbang ke atas saja.     

Mereka patuh dan segera melonjak ke udara. Di langit, para anggota tim Blanche bisa menyaksikan sengitnya pertempuran di bawah sana.      

Para prajurit iblis bekerja sama dengan pasukan werewolf untuk membasmi para vampire dengan cara memakan jantung mereka.      

Banyak vampire yang tidak menduga akan munculnya ratusan prajurit iblis. Dan kini sudah menjadi seribuan karena ada tambahan dari Pangeran Djanh.      

Ada juga pasukan iblis yang membentuk kepungan penjagaan di pintu masuk Kastil Perak. Mereka akan memusnahkan vampire mana saja yang ingin melarikan diri dari kastil.     

Bahkan ada pasukan lain yang berjaga di sekitar Kastil Perak, bertugas untuk menyergap vampire dari luar yang ingin masuk.      

Karena itu di tengah hutan yang jarang didatangi manusia, membuat pergerakan mereka semakin mudah untuk menggila.      

"Hebat sekali, Raja dan Pangeran Djanh mengeluarkan bala bantuan." Gavin sampai takjub saat melihat ke bawah.      

"Tentu saja. Kakekku memang luar biasa," puji Voindra, membuat King Zardakh melebarkan hidungnya karena rasa bangga dipuji cucu.      

"Mana Jo?" tanya Zevo ketika sadar tidak adanya Jovano di antara mereka yang melayang tenang di langit.      

"Dia masih di bawah sana, bertahan untuk terus bertempur." Shona yang menjawab.      

"Kenapa harus repot-repot begitu?" Vargana heran.      

"Dia bilang, dia ingin membasmi para vampire dengan tangannya sendiri sebagai balas dendam atas perbuatan mereka pada keluarganya." Shona menambahkan.      

"Ayo kita bantu Kak Jo!" Gavin sudah hendak turun ke bawah.      

Shona lekas berkata, "Jangan! Jo bilang dia tidak ingin kita ikut campur dalam aksi balas dendamnya ini. Apalagi ketika sudah ada banyak bala bantuan."     

"Tsk! Bocah itu …" King Zardakh mendecih.     

Mereka akhirnya bisa memahami perasaan Jovano. Keluarganya memang bisa dikatakan berantakan oleh kelakuan para vampire. Dari terbunuhnya Giorge dan kedua orang tuanya, lalu Ivy yang terus dikejar dan mendapatkan trauma psikologis setelahnya.     

Mana mungkin Jovano tidak menimbun dendam mengenai itu?      

Ini juga terjadi pada Andrea. Ketika Myren dan yang lainnya sudah membumbung di langit, berkumpul dengan King Zardakh dan semua Tim Blanche, Andrea tetap kukuh untuk bertempur.     

"Dia sedang meluapkan semua sedih dan bencinya." Dante memberitahu mereka.      

"Kau tidak tinggal untuk membantunya?" tanya Pangeran Djanh pada Dante.      

Tuan Nephilim menggeleng. "Dia tidak ingin aku terlibat dalam dendamnya dan menyuruhku untuk menyingkir dulu agar dia bisa puas membantai para vampire."     

"Anak dan ibu sama-sama keras kepala." Myren berujar. "Tapi aku bisa memahami perasaan Andrea dan juga Jovano. Akupun pasti akan berbuat sama jika di posisi Andrea," imbuhnya.     

Mata King Zardakh terus saja mengawasi pertempuran di bawah sana. "Aku bertanya-tanya, apakah Count Dracula sudah terbunuh?"     

Semua anggota Tim Blanche saling bertatapan.      

"Apakah kalian ada yang membunuh dia?" tanya King Zardakh pada yang lainnya.     

"Rasanya aku tidak menemukan orang yang terlihat dijadikan pemimpin." Gavin bersuara.     

"Aku juga tidak. Hanya para vampire biasa." Voindra menyambung.     

"Boleh tau seperti apa penampilan dia?" tanya Zevo.      

Tangan King Zardakh memulas pelan di udara dan muncullah gambar seperti lukisan yang menampilkan sosok seorang lelaki jaman kuno di Rumania. "Seperti ini kira-kira."     

Semua bocah Tim Blanche menatap gambar lukisan tersebut dan mereka menggeleng.     

"Rasanya tadi tidak ada yang mirip gambar itu di kastil. Benar, kan?" Gavin kerutkan dahi sambil miringkan kepala. "Kalian bertemu yang seperti itu?" Ia menoleh ke bocah lainnya.      

Para bocah menggeleng sambil menyuarakan bahwa mereka tidak bertemu dengan seseorang yang mirip gambar itu.      

Myren pun menekan antingnya untuk menghubungi Andrea. "Ndre, apa kamu belum menemukan Vlad Tepes? Count Dracula?"      

Andrea menjawab melalui antingnya, "Belum, Kak. Harkhh! Hyaahh!" Putri Cambion menyahut sambil sibuk menyerang vampire di depannya.     

Myren tidak berkata lagi.      

"Lalu … ke mana Count itu, yah? Ini kan kastil yang konon sering dihuni dia … tapi dia tidak terlihat di mana-mana." Voindra berpikir sambil berbicara.      

"Benar. Kita sudah sedari tadi menggempur markas mereka, tapi kenapa masih tidak ada kelebat bayangan si Dracula, yah?" Vargana pun terheran-heran.      

Dante menekan antingnya untuk menghubungi sang putra. "Jo, apakah kau sudah bertemu dengan Count Dracula?"     

Terdengar sahutan dari Jovano. "Tidak, Dad. Aku sudah tau wajahnya dari lukisan dia, tapi diantara vampire yang aku jumpai di sini, tidak ada yang mirip dengan penggambaran Count Dracula." Lalu terdengar suara Jovano bertarung.     

"Ya sudah, waspada selalu, Jo." Dante pun hanya bisa berkata demikian.      

Meski Dante sangat ingin membantu istri dan putranya, namun ia tidak diperbolehkan dan hanya bisa mengawasi keamanan mereka berdua dari atas langit saja.      

"Apakah di kastil itu ada ruang rahasia? Dan Count Dracula bersembunyi di sana?" Dante menebak.      

"Bisa jadi!" Vargana merasa itu masuk akal dan menghubungi Jovano untuk mencari adanya ruang rahasia.     

Menurut Jovano, para serdadu iblis sudah menyerbu ke ruang tersembunyi dan tidak menemukan sang Count. Semua orang pun lesu, mereka gagal mendapatkan Dracula.      

Namun, tiba-tiba terdengar teriakan Jovano melalui anting masing-masing. "Hei! Kalian di atas sana! Cegah siapapun atau serigala yang melangkah keluar dari kastil!"     

"Kenapa, Jo?"      

"Mungkin itu Dracula yang menyamar!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.