Devil's Fruit (21+)

Bermain Dengan Count Dracula



Bermain Dengan Count Dracula

0Fruit 746: Bermain Dengan Count Dracula     
3

Seluruh tim Blanche yang mendengar serua Jovano di anting komunikasi langsung saja tersadar akan itu.      

"Benar juga!" Ronh berujar. "Bukankah Count Dracula juga memiliki kemampuan strigoi? Dia bisa tembus pandang dan berubah jadi hewan buas!"     

"Andrea! Jo! Ada serigala besar yang berlari menuju ke arah timur!" teriak King Zardakh di anting komunikasi.      

Karena teriakan sang raja, para anggota Tim Blanche menoleh ke arah timur. Dan benar saja, mereka melihat ada seekor serigala besar yang berlari menjauh dari kastil.      

Ini sangat aneh karena harusnya werewolf mendekat ke kastil, bukannya menjauh. Tentu saja itu amat mencurigakan.     

"Hebat sekali dia mengelabui penjagaan para serdadu iblis di luar sana!" pekik Voindra kagum.     

"Ayo kita sergap dia!" Gavin hendak melesat ke arah serigala itu, namun King Zardakh menahan dan menggelengkan kepala. Gavin pun paham maksudnya.     

Beliau sengaja membiarkan putri dan cucunya saja untuk menangkap Count Dracula. Ini adalah antara mereka.     

Segera, tampak Andrea dan Jovano sudah melesat keluar dari kastil dan lekas menuju arah timur seperti yang ditunjukkan oleh King Zardakh.      

Swooshh! Swoosshh!     

Derpp! Dreepp!     

Andrea dan Jovano sudah berada di depan serigala besar berwarna merah. Cukup langka juga warna yang pilih oleh sang count.      

Dan mungkin itu salah satu kebodohan dia sehingga dia mudah ditemukan mata awas King Zardakh.      

Serigala itu segera menghentikan larinya dan menatap lugu ke Andrea dan Jovano. "Ada apa?" Ia bertanya masih dalam bentuk serigala.      

"Kenapa kau berlari menjauh dari kastil?" tanya Andrea dengan dua tangan terlipat di depan dada.     

"Ooh … itu," sahut serigala merah jelmaan Count Dracula. "Aku hendak memanggil bala bantuan dari werewolf lainnya agar mereka bisa datang ke kastil."     

"Begitukah?" Andrea picingkan mata.     

"Ya. Oleh karena itu, tolong jangan halangi aku. Karena aku harus bergegas!" Serigala merah masih berakting.      

"Tubuhmu lebih besar dari serigala lainnya di kastil. Pasti kau seorang alpha." Jovano ikut berbicara, namun dengan nada takjub. Wajahnya pun menyiratkan demikian.     

Serigala merah itu menaikkan dagunya sambil menjawab, "Ya, kau benar. Aku adalah alpha, pemimpin kelompok werewolf, oleh karena itu aku harus cepat memanggil kelompok werewolf lainnya untuk bergabung. Tolong biarkan aku lewat."     

"Ayo kami barengi kalau begitu!" usul Jovano.      

"Ohh, tidak, tidak usah, kawan. Tidak perlu merepotkan kalian. Aku sendiri pun sudah cukup." Serigala merah menggeleng, menolak tawaran Jovano.      

"Kau ingin memanggil werewolf lainnya atau ingin kabur sebenarnya?" tanya Jovano, masih menghalangi jalan serigala merah besar.     

"Kabur? Tentu tidak! Aku harus lekas mengabarkan pada werewolf lainnya! Kumohon menyingkirlah dari jalanku." pinta serigala merah besar dengan tatapan memohon. "Lagipula, mana mungkin aku kabur jika rakyatku sedang berjuang?"     

"Apakah kau tidak mengetahui cara para werewolf berkomunikasi dengan sesamanya? Mereka tidak perlu menghampiri kawanannya untuk memberi informasi atau perintah." Jovano mengelus dagunya dengan wajah seolah heran.     

Segera saja, serigala merah itu melolong ke udara, namun tidak terlalu keras. Untuk apa? Ini hanya agar Jovano percaya kata-katanya bahwa dia seorang alpha.     

"Nah, aku sudah memberikan lolongan informasi dan perintah untuk anggota werewolf lainnya. Bisa minggir?"     

"Kenapa kami harus minggir? Kau kan sudah melolong untuk menyampaikan pada mereka. Ayo kita kembali ke kastil."     

"Tidak, tidak, aku harus mendatangi kelompok werewolf yang lebih jauh lainnya."     

"Kau bisa melolong ke werewolf terdekat untuk meminta mereka melanjutkan informasi ke werewolf lainnya di kejauhan sana. Sambung menyambung, bukankah itu pasti bisa dilakukan?"     

Serigala merah besar itu rasanya ingin mencakar wajah Jovano yang menyebalkan karena selalu saja bisa menyudutkan dia dengan kata-kata. Tuan, kau tidak sendirian, si ibu bocah itu akan melakukan toss bersamamu mengenai menyebalkannya bocah itu jika sedang berdebat.     

Kini, tak tau lagi apa yang harus dikatakan serigala merah besar setelah Jovano berkata demikian. Ia memutar pikiran untuk mencari kalimat yang tepat agar bisa lolos dari dua keturunan iblis tersebut. Ia tau, ia takkan bisa menang jika melawan iblis, apalagi dua sekaligus!     

Maka, jalan satu-satunya adalah terus berpura-pura menjadi sekutu mereka. Tapi kenapa Jovano susah sekali dihadapi dalam kata-kata?     

"Aku …" Serigala merah besar sampai kehabisan kalimat alasan. Apakah dia harus melolong lagi? Dia bahkan tak tau apa makna lolongan dia tadi! Jangan-jangan malah lolongan yang benar-benar menyampaikan agar para werewolf datang ke kastil dia di tengah hutan ini. Oh tidak!     

Andai serigala jelmaan Count Dracula itu mengetahui bahwa makna lolongan dia tadi didengar telinga werewolf lain terdekat adalah sinyal sedang mencari betina karena ingin kawin, entah apa yang akan dia tunjukkan sebagai respon.     

Makanya, Count … harusnya kau belajar dulu bahasa serigala agar tidak salah melolong.      

"Apakah kau bingung harus beralasan apalagi, Tuan Dracula?" Andrea sudah tak tahan. Tangannya gatal ingin menampari count satu ini.      

Serigala merah besar terkejut dengan ucapan Andrea. "H-hei! Kenapa kau malah memanggil aku dengan itu? Aku bukan Count Dracula! Maaf, permisi!" Ia hendak melanjutkan lari, namun Jovano lekas berdiri menghadang jalurnya.     

"Kau bukan Count Dracula?"     

"Tentu saja bukan!"     

"Kau werewolf?"     

"Ya, jelas!"     

"Kau juga Alpha mereka?"     

"Tentu! Aku satu-satunya Alpha di sana, dan karenanya, aku harus memerintahkan werewolf di luar sana untuk bergabung ke kastil!"     

"Apakah kau tidak tau bahwa seorang Alpha werewolf cukup memakai telepati mereka saja untuk menghubungi kawanan yang lain?"     

"Hah?" Dari ekspresi yang ditunjukkan serigala merah itu, terlihat bahwa dia kurang mengetahui mengenai metode yang dikatakan Jovano.     

"Dan apa kau tau … di kastil sana, di sana sudah ada Alpha yang bernama Zahar, serigala putih besar."     

"Tidak, tidak, dia bukan Alpha. Dia hanya Beta, bawahanku."     

"Kalau begitu, ayo kita kembali ke kastil saja daripada kau di sini, akan berbahaya jika ada vampire atau strigoi menyergapmu, kan?"     

"Ti-tidak perlu."     

"Count, kenapa kau begitu keras kepala?" Andrea memutar matanya, bosan. "Jo, berhenti main-main dengan dia. Dasar bocah nakal."     

Jovano terkekeh.      

Andrea pun lekas mengeluarkan kertas jimat untuk dilemparkan ke serigala merah di depannya. Namun, si serigala berkelit bagaikan kilat.      

Tubuh serigala merah jelmaan Count Dracula bisa berpindah tempat bagai melakukan teleportasi saja. Namun, sebenarnya itu bukan sebuah teleportasi, melainkan saking cepatnya dia bergerak, maka tampak seperti teleportasi.     

"Sialan! Kau memang Dracula! Mengaku saja, kancut kurap!!!" teriak Andrea kesal.     

"Mom, ada anak di bawah umur, jangan nodai telinga aku dengan ucapan burukmu." Jovano memutar matanya.     

Di luar dugaan, Andrea merasakan kehadiran makhluk lain di dekat mereka. "Jo, waspada!" Karena dia belum pernah bertemu strigoi dan belum mengenal aroma khas mereka, Andrea hanya tau dia merasakan bau darah busuk sedang mendekat ke mereka.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.