Devil's Fruit (21+)

Akhir Dari Kastil Perak dan Sang Legenda



Akhir Dari Kastil Perak dan Sang Legenda

2Fruit 747: Akhir Dari Kastil Perak dan Sang Legenda     2

Segera saja Andrea membuat segel tangan dan berhasil menciptakan selubung yang melingkupi serigala merah besar itu.      

Si serigala merah berjuang keluar dari selubung tapi dia bagai menabrak tembok tembus pandang.     

Di pihak lain, Jovano sedang menajamkan penciumannya sehingga tau bau aneh di sekitarnya.      

Benar saja, Jovano lekas berkelit, namun lengannya tergores sedikit. Tidak bisa dibayangkan andai dia tidak cepat menghindar tepat waktu.      

Wuooshh!     

Andrea arahkan telapak tangan untuk keluarkan api Cero ke sosok transparan yang baru saja menyerang Jovano. Segera, suara lengkingan muncul beserta siluet sosok yang dilingkupi api.     

Tiba-tiba, Andrea sudah merunduk dan berguling untuk menghindari serangan strigoi lainnya. Dengan gerakan cepat, api Cero sudah disarangkan ke tubuh transparan mereka dan dua strigoi tumbang.     

Serigala merah besar menyaksikan itu dengan mata benci. Ia semakin beringas menabrakkan dirinya ke penghalang buatan Andrea, namun tidak ada yang terjadi, seolah penghalang tipis itu berubah menjadi kubah baja saja.      

Ketika sang serigala merah besar ingin menggali tanah di bawahnya agar dia bisa lolos melalui jalan bawah tanah, ternyata penghalang itu juga ada di tanah.      

"Arrghhh!" raung serigala merah besar dan akhirnya dia pun mengubah wujudnya ke sosok asli, sosok Count Dracula.     

Andrea dan Jovano sudah berhasil menumpas sekitar 6 strigoi yang menyerang diam-diam ke mereka menggunakan wujud transparan. Mayat-mayat strigoi itu sedang terbakar dan sebentar lagi menjadi abu.      

Count Dracula merasakan hatinya hancur melihat anak buahnya dibantai secara cepat. Napasnya terengah-engah karena dia berusaha menembus pertahanan selubung array dari Andrea.     

Sungguh bagus bahwa Andrea mempelajari seni array—seni penghalang. Dan ini lebih baik dari Jovano. Bocah itu mengakui seni array ibunya lebih baik darinya.     

Sedangkan Jovano hanya bisa membanggakan seni penempaan senjata saja yang tidak digeluti oleh sang Cambion.     

Usai menghabisi strigoi yang hendak menyelamatkan raja mereka, Andrea dan Jovano menatap puas dengan kubah array ciptaan Andrea dengan Count Dracula berada di dalamnya.     

"Akhirnya kau mau juga menunjukkan sosok aslimu, Count." Jovano berbicara di depan sang Count. "Kuakui, kau lebih tampan begini apa adanya ketimbang menjadi serigala merah tadi."      

"Dasar bocah keparat!" Count Dracula marah dan memukul-mukul kubah array dengan mata merah menyala dan taring muncul dari mulutnya yang terbuka untuk menggeram marah ke Jovano.      

"Siapa suruh kau menyuruh anak buahmu mengganggu keluargaku, huh?" Andrea ikut berdiri santai di depan count. "Kalian sudah dikalahkan di kutub selatan. Harusnya kalian cukup diam dan mensyukuri nasib kalian yang masih bisa bertahan hidup di sini, bukannya malah mencari gara-gara dengan kami lagi."     

Mendengar ucapan Andrea, Count Dracula hanya bisa luruh dan duduk di tanah disertai wajah lesu. Apakah dia sedang menyesali nasibnya? Menyesali keputusannya untuk mengejar keluarga Andrea sebelumnya?     

Sudah terlambat, Count. Nikmati saja sisa hidupmu ini.      

Memang benar adanya perkataan bahwa ada orang-orang yang tidak seharusnya diusik. Dan keluarga Andrea adalah salah satunya.      

Kecuali kau memiliki kemampuan dan kekuatan lebih dari yang kau usik.     

Namun, cukuplah melanjutkan hidup dengan damai saja … itu adalah pilihan terbaik. No more war.     

Tapi, pertanyaannya … apakah orang di dunia ini tidak suka berperang? Mereka suka! Dalam berbagai skala, tentunya. Dari yang kecil-kecilan seperti perkelahian antar individu, lalu antar kelompok, kemudian meningkat jadi antar ras, dan akhirnya … antar negara.     

Semua orang, bahkan manusia … suka berperang. Apakah juga termasuk berperang dengan hawa napsunya sendiri? Ya, itu juga termasuk.     

"Andrea." Dante sudah hadir di tempat Andrea dan Jovano berdiri. Ia mengecup kening istrinya, bersyukur bahwa sang istri baik-baik saja. "Jo."     

"Dad. Kami berhasil menangkap tangkapan besar, nih!" Jovano terkekeh nakal sambil melirik Count Dracula yang cemberut di dalam kurungan array.     

Dante menepuk bahu putranya. "Ha ha, kau memang terbaik. Berkat kau yang cepat berpikir, kami jadi mengetahui ada yang aneh dari seekor serigala menjauhi kastil."     

Myren dan Ronh juga sudah tiba di situ.      

"Benar, andai Jovano tidak mengingatkan kami mengenai kemampuan strigoi, Count Dracula akan berhasil kabur." Ronh memandang kagum ke putra sang Cambion.      

"Good job, Jo!" Myren mengangguk bangga ke keponakannya.     

"He he …" Jovano menggaruk belakang kepalanya sambil tersipu dipuji banyak orang.     

Maka, menjelang malam tiba, pertempuran sudah usai dengan hasil yang dapat ditebak, yaitu kemenangan berada di tangan iblis dan sekutu mereka—werewolf.     

Para prajurit iblis pun sudah dikembalikan ke dalam mutiara masing-masing dari King Zardakh dan Pangeran Djanh.     

Sedangkan nasib Kastil Perak, itu dihancurkan oleh Myren dan Ronh menjadi puing-puing tak lagi berbentuk bangunan. Sejarah kastil mengerikan di tengah hutan Transylvania pun tamat. Nyaris rata dengan tanah.     

Semua vampire dan calon vampire sudah dimusnahkan sehingga tidak ada jejak apapun di situ. Manusia hanya akan mendapati puing-puing berserakan saja tanpa akan menemukan adanya bekas pertempuran.     

Bahkan ruang-ruang tersembunyi di dalam tanah juga sudah ditutup sesudah dihancurkan. Mereka benar-benar tidak menyisakan apapun dari kastil itu, selain puing-puing saja.     

Untuk semua mayat para werewolf, itu sudah dikumpulkan dan Zahar telah menyetujui untuk dibakar agar tidak menimbulkan bahaya baru andai saja ada mayat yang tergigit oleh vampire dan bisa menjadi virus baru nantinya.     

Semua merasa menang dan lega.      

Count Dracula juga telah diamankan dalam kurungan khusus milik King Zardakh.      

Zahar dan para werewolf lainnya mengucapkan terima kasih karena dibantu menumpas para vampire, musuh bebuyutan mereka.      

Ronh maju dan memeluk Zahar dan menepuk punggungnya. Sebuah pelukan antar lelaki gagah. Zahar pun mengangguk dan mereka pun pergi dari hutan, kembali ke komunitas masing-masing atas komando Zahar setelah sang Alpha berpamitan dengan King Zardakh dan rombongannya.     

"Nah, ayo kita ke sebuah alam milikku untuk menaruh Count Dracula di sana." King Zardakh memberi saran yang diangguki oleh yang lainnya.      

Maka, hutan pun mendadak sunyi kembali setelah rombongan King Zardakh masuk ke sebuah alam api yang pernah digunakan untuk menginterogasi empat vampire sebelumnya.      

Di sana, Count Dracula cukup menjadi bulan-bulanan Andrea dan yang lainnya.      

"Anggap saja ini karma dia karena sudah menyiksa ratusan bahkan mungkin ribuan orang dengan keji semasa hidupnya." Andrea menatap puas tubuh Count Dracula yang telah diceburkan ke dalam sungai magma.      

Kini, tidak ada lagi sang legenda dunia yang terkenal kejam. Bahkan dunia tak tau bagaimana akhir dari sang legenda itu.     

Lalu, mereka pun kembali ke Jepang dan Ivy juga diambil dari Alam Schnee, berikut Shelly dan dua bocah cilik lainnya pula dari alam indah.     

-0-0-0-0-     

"Kau tidak marah padaku karena aku banyak menumpas vampire, kan?" Terdengar suara King Zardakh pada suatu tempat yang tidak diketahui itu di mana.     

"Khe khe khe … untuk apa aku marah padamu, Zardakh?" Suara lain terdengar, menandakan mereka berdua sedang berbincang.     

King Zardakh menyesap minuman di cangkirnya pelan-pelan. "Yah, apalagi aku juga memusnahkan ciptaanmu, Dracula. Kuharap kau tidak tersinggung mengenai itu."     

"Khe khe khe … aku sudah lama tidak ingin berurusan dengan kepentingan mereka. Aku sudah nyaman begini saja, Zardakh. Terserah pada keturunanku ingin berbuat apa. Kau juga tidak masalah mengenai itu, kan?"     

"Asalkan kau tidak ikut campur, aku tidak mempermasalahkan itu, Lestat."     

Dan terdengar denting dua gelas beradu.     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.