Devil's Fruit (21+)

Menjelang Ulang Tahun ke-10



Menjelang Ulang Tahun ke-10

4Fruit 748: Menjelang Ulang Tahun ke-10     
4

Setelah perang melawan vampire babak kedua terjadi di Rumania dan mengalami keberhasilan gemilang dari pihak Andrea and the genk dan juga terjalinnya "persahabatan" mereka dengan ras werewolf, plus matinya vampire legendaris—Count Dracula—kini kehidupan kembali tentram di keluarga sang putri Cambion.     

Meski masih menyisakan kemarahan dalam diri Ivy yang ditelantarkan sendirian di Alam Schnee selama sehari, tapi Jovano dan yang lain terus berupaya melimpahi Ivy dengan kasih sayang setiap hari.     

Tentu saja itu sebagai pengganti rasa bersalah mereka atas kejadian Ivy di Alam Schnee.      

Terlepas Ivy sudah membunuh neneknya sendiri, Andrea dan keluarganya berusaha menerima Ivy apa adanya, dan hanya menganggap bahwa itu karena Ivy belum melewati masa kritis atas bangkitnya hawa vampire dia.     

Saat Ivy akan genap berusia 10 tahun beberapa minggu lagi, semua merasa lega karena Ivy dianggap tidak lagi berbahaya.      

Hari ini, Jovano bertanya ke adiknya di kamar sang putri. "Ivy-ku ingin ulang tahunnya dirayakan?"      

Ivy menatap sang kakak, terdiam sejenak untuk berpikir, kemudian berkata, "Kak Jo, apa nanti Papa datang waktu aku ulang tahun?"     

Jovano ganti terdiam, tak tau harus memberi jawaban yang bagaimana? Harus jujur? Atau bohong lagi seperti biasanya? "Yah … kita doakan saja agar Poppa sudah bisa selesaikan urusan dia di sana. Tapi … Ivy tak boleh terus mikir ke itu terus, yah! Karena Poppa kan penginnya Ivy selalu jadi anak yang baik, manis, dan patuh ama Mommy dan Daddy Dante."     

"Ivy nggak mau patuh ama Daddy Dante. Dia bukan Papa." Gadis cantik itu menggeleng.      

Mata Jovano terus menatap wajah ayu sang adik yang mirip boneka Jepang. Ia tidak menyangka kalimat jujur seperti itu keluar dari mulut sang adik. "Iya, dia memang bukan Papa Ivy, tapi Daddy Dante juga sayang ma Ivy, dia sering masakin yang enak-enak untuk Ivy, kan?" Dielusnya rambut hitam lebat dan lurus sepunggung sang adik.     

"Tapi dia bukan Papa! Dia daddy-nya Kak Jo." Mulut Ivy mengerucut menandakan dia kesal.     

Tangan Jovano meraih pipi Ivy untuk mencubit lembut karena saking gemasnya dengan wajah imut sang adik jika sedang cemberut begitu. "Ha ha, Ivy harus ingat … bahwa keluarga itu bukan hanya orang yang terhubung darah dengan kita saja, namun juga orang-orang yang tulus menyayangi dan memiliki perhatian besar ke kita. Meski ayah kita beda, tapi kita kan tetap keluarga, ya kan, Ivy-ku? Kita masih terhubung dengan Mommy. Kamu, aku, dan juga Zizi."     

Ivy terdiam menundukkan kepala. Lalu dia terisak pelan sambil masuk ke pelukan sang kakak. "Aku kangen Papa … hiks!"      

Malam itu, Jovano terpaksa tidur menemani Ivy karena sang adik sedang kalut teringat papanya, Giorge.     

Esok paginya, Andrea heran karena Jovano keluar dengan wajah habis bangun tidur dari kamar Ivy. "Lah, Jo … kamu semalem tidur ma adikmu?"     

"Iya, Mom. Ivy semalem inget Poppa dan nangis terus, makanya aku tenangin dia en dia maunya ditemani tidur, ya udah, aku iyakan aja." Jovano menggaruk rambutnya yang agak ikal berwarna kecoklatan.     

Andrea mengangguk-angguk sebelum berkata, "Ya udah, sana buruan mandi."     

Jovano pun berjalan ke kamarnya sendiri untuk mandi, sedangkan Andrea turun ke lantai bawah.      

Di bawah sana sudah ada Shelly yang sedang menyiapkan minuman teh, kopi, dan jus buah seperti biasanya. Ada juga Dante di dapur sibuk memasak untuk sarapan semua orang.      

"Heran, Ivy masih aja gitu terus." Andrea membuka lemari es untuk mengambil jus sayur kesukaannya. Shelly selalu menyediakan jus sayur khusus untuk Andrea.      

"Kenapa, Ndre? Ivy ngapain lagi?" Shelly bertanya sambil matikan blender dan bersiap menuang isinya ke sebuah jar besar dari kaca yang nanti akan dimasukkan ke lemari es.     

Sambil duduk di ruang makan yang menyatu dengan dapur dan itu sangat luas, Andrea pun menyatakan keluhannya, "Dia, Ivy … masih aja manja banget ke abangnya."      

"Manja seperti bagaimana?" Dante sudah datang ke meja makan sambil membawa semangkuk besar sop daging. "Awas, panas … kemarikan alasnya, sayank," pinta Dante sambil menunjuk sebuah alas panas yang agak jauh dari tempatnya.      

Andrea mengambil dan menyerahkan di dekat Dante agar lelaki Nephilim itu bisa meletakkan mangkuk panas tadi ke alas yang terbuat dari anyaman bambu.      

"Semalam Jo tidur lagi bareng Ivy, hanya karena Ivy sedih keinget ma Gio." Andrea meneguk sedikit jus sayurnya. "Ini udah kesekian kali Jo harus nemani Ivy gitu."     

"Ivy belum tau soal Gio yang sebenarnya, yah Ndre?" tanya Shelly sambil menutup lemari es usai memasukkan jar kaca isi jus ke sana.      

"Kata Jo, belum. Dan Jo masih minta ke kita untuk terus rahasiakan ini ampe nanti Ivy dah agak dewasa en bisa lebih nerima soal bapaknya." Andrea menjawab.      

"Apa itu baik untuk Ivy? Maksudku … terus menerus membohongi dia, menutupi kenyataan." Dante menarik kursi dan duduk di samping istrinya.      

Andrea mengangkat bahunya dengan sikap putus asa. "Kamu tau sendiri, kan … Ivy itu rada … emosional dan juga kadang susah ditebak karena saking tertutupnya."     

"Ndre, kamu gak nyoba bawa Ivy ke psikiater lagi? Siapa tau itu bisa neymbuhin trauma dan bikin Ivy lebih bisa terbuka ke kita." Shelly ikut duduk di seberang sahabatnya.      

Andrea tampak berpikir sejenak sebelum bicara, "Nanti aku coba bujuk dia ke psikiater. Soalnya biasanya dia ogah. Harus ada Jo juga ke sana biar dia nurut."     

"Aku lapar …" Terdengar suara Gavin memasuki ruang makan dibarengi adiknya, Kiran.      

Gavin sudah berusia 12 tahun, dan Kiran 7 tahun. Mereka para cambion yang manis dan sekaligus kuat. Namun, untuk urusan kuat, Gavin yang terlihat mengenai aspek itu, sedangkan Kiran … dia belum terlihat memiliki tenaga cambion apapun.     

Ini juga cukup mengejutkan bagi mereka bahwa Gavin bisa lebih dahulu membangkitkan kekuatan. Mungkin karena dia cambion pria, begitu pikir Kenzo.      

Sedangkan menurut Druana sebagai iblis medis, dia mengira Gavin akan lebih awal membangkitkan kekuatan cambion-nya. "Dan dia punya kans untuk menjadi Cambion Zeus, loh!" Begitu Druana pernah menebak setelah memeriksa Gavin.     

Tahun ini, Gavin sudah bisa memakai seragam SMP dia. Dia memilih sekolah yang sama dengan SMP Jovano dahulu, The American School International. Ia ingin mengikuti jejak Jovano, karena baginya … Jovano adalah panutan dia.      

Tak lama, Kenzo juga muncul dan mengecup kening istrinya dulu sebelum ia keluar untuk memanaskan mobil yang akan dia gunakan untuk mengantar anak-anak bersekolah.     

"Mama …" Muncullah si kecil Zivena yang hampir berusia 2 tahun. Sudah berapa lama sejak petempuran mereka di Rumania?     

Andrea menyambut bungsunya yang baru bangun, mengecupi pipi Zivena sambil bocah itu menggosok-gosok matanya sendiri.      

"Mama … jus." Ia menatap sang ibu yang melongo.     

"Ehh! Kok aku baru nyadar, yah! Zizi udah bisa ngomong!" pekik Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.