Devil's Fruit (21+)

Cantiknya Tuan Putri Ivy



Cantiknya Tuan Putri Ivy

0Fruit 752: Cantiknya Tuan Putri Ivy      2

Dan kemudian, ditetapkanlah sebuah pesta di Tropiza untuk ulang tahun Ivy. Code dress-nya adalah kostum pangeran dan putri negeri dongeng atau pun busana gaya victorian.      

Ini karena Ivy memang menyukai gaun-gaun tipe demikian, karena dia suka melihat dirinya bagai putri bangsawan Eropa jaman dulu.     

Undangan juga sudah disebar ke teman-teman sekolah Ivy dan sekaligus teman-teman dia di sekolah sebelumnya.      

Hari pesta sudah ditentukan, yaitu akhir pekan, agar Tropiza bisa dengan mudah mengeluarkan lemari copy paste mereka.      

-0-0-0-0-0-     

Hari yang dinanti pun tiba. Tropiza sudah disiapkan menjadi ruangan pesta bagai di kerajaan kecil. Ivy ingin meniru konsep dari ulang tahun sang kakak dulunya, namun yang ini lebih sederhana konsepnya karena menggunakan ruangan yang tidak seluas mansion.     

Ivy keluar dari kamarnya setelah beberapa jam dirias oleh make up artist yang didatangkan Andrea.      

Ketika Ivy muncul di atas anak tangga, semua orang yang ada di bawah menatap gadis yang kini genap berusia 10 tahun.      

Mereka ada yang tercengang, ada yang menatap takjub, ada juga yang menahan napas.      

Penampilan Ivy terlihat glamor sekaligus misterius dengan gaun gaya victorian berwarna hitam pekat, penuh renda dan beberapa detail berwarna kuning emas menegaskan aura mewah.     

Ivy terlihat … misterius, dark, gothic, namun glamor dan luar biasa cantik. Apalagi topi mungil yang bertengger di sisi kepala sebagai asesoris pemanis tatanan rambutnya yang di-styling sangat feminim namun keren tanpa harus mengenakan sanggul atau cepol satupun. Tetap ada banyak rambut yang diurai selain ada juga yang dipilin.     

Ivy menjelma bagai putri raja Eropa jaman dulu.     

"Anak Mama cantik sekali …" Andrea menghampiri putrinya untuk digandeng turun ke bawah. Dia sendiri mengenakan gaun Victorian bertema warna merah dengan belahan dada lumayan rendah, menambah keseksian dirinya.     

Kuro juga tampak hebat dengan gaun Victorian warna merah agar senada dengan sang mama, idolanya. Begitupun dengan Zivena yang ternyata juga terlihat sangat cocok dengan gaun Victorian pendeknya.     

Sedangkan Shelly lebih memilih gaun Victorian warna merah muda lembut, senada dengan sang putri—Kiran.     

"Ayo kita berangkat." Dante pun menepuk tangan agar semua kembali ke kesadaran masing-masing.      

Mereka akan menggunakan 3 mobil jenis SUV saja agar mudah memasukkan para wania yang memakai gaun lebar.      

Mobil pertama berisi Dante dan Andrea di depan, dan di jok belakang ada Jovano, Zivena dan Ivy.     

Mobil kedua berisi Shiro dan Kuro. Tahun kemarin, Shiro dan Kuro dibuatkan surat ijin mengemudi sehingga dia sudah bisa menyetir membawa mobil. Apalagi usia duo hybrid juga sudah tepat. Tentu saja mereka dibuatkan ID card dengan data sesuai yang diinginkan Andrea.     

Mobil ketiga berisi Kenzo, Shelly, dan dua anak mereka.     

"Ivy cantik sekali!" puji Gavin ketika dia ada di mobil. "Ahh … dia memang tuan putri. Cocok disebut Ivy-hime!"     

Kenzo dan Shelly saling pandang dan tersenyum. Akhir-akhir ini mereka merasa sang putra lebih banyak membicarakan Ivy yang begini atau Ivy yang begitu, intinya … memuji.     

Setiba di Tropiza, di sana sudah mulai dipenuhi tamu undangan. Meski Ivy tergolong sangat pendiam di sekolah, namun Andrea tetap mengundang teman kelas dan teman lama Ivy di kelas TK.      

Ivy disambut bagai tuan putri, diberikan karpet merah ketika turun dari mobil. Banyak orang di Ginza menengok ke rombongan yang keluar dari mobil, mengira apakah ada pesta cosplay seperti yang banyak dilakukan di negeri itu?     

Teman-teman Ivy bergegas menyalami Ivy dengan ramah. Ivy hanya tersenyum kecil dan tetap bersikap pasif. Tapi, karena mereka semua sudah paham tabiat pendiam Ivy, mereka tidak terganggu karena sikap apatis Ivy.     

Yang penting pesta! Makan gratis!     

Seperti yang sudah diperkirakan, pesta berlangsung meriah dan lancar. Makanan terus dikeluarkan tanpa henti selama beberapa waktu seakan tiada habisnya.      

Terima kasih pada King Zardakh yang sudah membelikan lemari copy paste untuk dua Tropiza.      

Pesta direncanakan akan berlangsung dari petang jam 6 hingga jam 9 malam dan semua tamu undangan yang merupakan anak-anak kecil bisa diantar dengan armada khusus yang dipesan Andrea seperti ketika pesta ulang tahun Zivena yang ke-1 dulu, jika tidak dijemput keluarga mereka.     

Semua berjalan lancar hingga akhir. Ivy tidak henti-hentinya mendapatkan pujian kekaguman dari teman dan saudara, terutama dari Gavin.      

Lucunya, Voindra sedikit kesal melihat Gavin terus memuji atau menatap kagum ke Ivy.      

"Gav, hati-hati … matamu hampir copot, tuh!" Voindra menyindir sambil bersungut-sungut ketika mendapati Gavin sedang memperhatikan Ivy lagi dan lagi.      

"Hah? Masa sih?" Gavin tersadar dan dengan bodohnya memegangi matanya sendiri."     

Vargana dan Shona tertawa geli.      

Sedangkan Ivy, terus menempel ke Jovano, terus saja gamit lengan sang kakak seolah tak mau berpisah sedikit pun.      

Zevo mendekat ke Gavin dan menggoda, "Tampaknya rivalmu kali ini berat, bro."     

Gavin terkesiap dan menepuk dada salah satu sahabatnya. "Apa-apaan, sih? Kak Jo kan kakaknya Ivy. Jangan ngomong macam-macam, oi!"     

Ucapan Gavin ditimpali gelak tawa Zevo.     

"Apakah ini artinya tidak hanya cinta segitiga, tapi juga segi empat?" sambung Vargana sambil melirik nakal ke adiknya.     

Voindra mengerucutkan bibirnya dan mengerling kesal ke sang kakak dan tambah kesal ketika menatap Gavin.      

Sedangkan di tempat duduk para orang tua, Revka berbicara, "Kayaknya anakmu naksir Ivy, deh Shel."     

"Oh ya?" Shelly mengamati putranya dari jauh.      

"Tapi, Voi juga naksir ke anakmu, Shel. Ha ha ha, jadi cinta segitiga, deh!" lanjut Revka dengan derai tawa kecil sambil memantau Xavea yang duduk di sebelahnya sedang makan lahap pancake es krim-nya.     

"Kalo aku, sih udah tau kalo Voi naksir Gavin sejak di Alam Schnee." Myren duduk santai dengan bungsu lelakinya ada di sisi dia.      

"Ehh, iya kah?" Andrea sedang mengelap tangan Zivena yang belepotan krim kue.     

"Dasar Cambion tumpul, gak ada peka-pekanya sama sekali," ejek Revka sambil putar matanya.     

"Isshh … gue ini banyak banget urusan yang harus gue tangani, yah! Kagak sempat gue ngulikin yang begituan." Andrea membalas.     

"Trus … maksudmu aku ini pengangguran, gitu, Ndre?" Myren tatap tajam adiknya.     

Andrea lekas menyurut dan keluarkan cengiran canggung dia. "He he … gak gitu, Kak … maksud aku sih Mpok kelinci tuh yang hobinya ulik urusan bocah-bocah. Dia kan pengangguran, Kak, pekerjaan utama dia cuma beranak doang."     

"Heh! Burik! Itu mulut minta disumpal sepatu aku, hah?! Mumpung sepatuku segede bata, nih!" Revka menaikkan rok untuk menunjukkan sepatu besar model jaman Victorian.      

"Tapi aku kok malah agak aneh liat Ivy yang terus nempel ke kakaknya, yah?" Shelly tiba-tiba berikan opini dia.     

Andrea dan yang lainnya menatap Ivy yang tengah berjalan ke sana ke sini bersama Jovano, bagai pasangan pangeran dan putri kerajaan. Siku Jovano ditekuk agar bisa digunakan Ivy untuk menggamit dengan sikap tubuh intim.     

"Ahh, gak usah mikir aneh-aneh, lah guys!" Andrea kibaskan tangan secara santai. "Maklum aja, Ivy kan selama ini selalu dekatnya ama papa dia dan juga Jo. Nah, dia ngerasa nyaman aja ke Jo, apalagi ketika papanya gak ada."     

Para ibu terdiam. Namun, Shelly berkomentar sedikit. "Yah, semoga aja karena itu. Cuma … waspadai aja, Ndre."     

.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.