Devil's Fruit (21+)

Rencana Reuni Dari Andrea



Rencana Reuni Dari Andrea

0Fruit 756: Rencana Reuni Dari Andrea     
4

"Gimana? Gimana, Ndre?" Shelly letakkan gelas susu dia dan mengatur tenggorokan dia agar lebih lega karena nyaris tersedak.     

"Aku kepingin bikin reuni SMA, beb." Andrea mengulangi idenya. "Kan yang dulu itu kita gak jadi pergi karena yaahh … tau sendiri, kan … selain Ivy belum 10 tahun, kita-kita juga abis perang di Rumania, bawaannya mage raja kemana-mana."     

Shelly terlihat sedang berpikir akan ucapan Andrea.      

"Sekarang kayaknya kita udah bisa kemana-mana, ya kan, beb? Selain Ivy dah 10 tahun, Zizi juga udah mantap jalannya, dan juga Tropiza dah mulai pake lemari copy paste." Andrea melanjutkan. "Gimana menurutmu, beb?"     

Dante masuk bersama Zivena yang sepertinya bocah itu ingin minum dari bahasa tubuhnya yang diberikan ke sang ayah yang tadi sedang menonton pertandingan olah raga di televisi.      

"Mama, Zizi kayaknya haus, nih!" Dante menggandeng tangan si mungil bungsu mendekat ke Andrea.     

"Utututuu … anak Mama paling imut ini haus, yah?" Andrea mengangkat tubuh Zivena dan menggendongnya meski sudah agak susah karena si bocah sudah hampir 2 tahun. "Coba pilih, mau yang mana?" Ia membuka lemari es dan terpampang segera berbagai jenis minuman dingin di sana, dari yang buatan manual dan juga minuman kemasan berbagai macam.     

Tangan Zivena terjulur untuk sebuah susu stroberi kemasan sambil dia tergelak senang, seakan menemukan cinta sejatinya.     

"Oke, oke, itu, kan? Jangan ditubruk gitu, sayank … Mama kaget bisa gak kuat nahan bodi kamu ntar." Andrea buru-buru pertahankan keseimbangan agar putri bungsunya tidak menabrak deretan minuman kemasan yang ada di rak pintu lemari es.     

Zivena malah mengomel sejenak ke ibunya lalu bertepuk tangan dengan gelak tawa singkat yang menggemaskan dan menepuk pipi sang ibu.      

Dante dan Shelly sampai terkekeh geli melihat tingkah Zivena.      

Setelah diambilkan susu stroberi kemasan kotak kecil, Zivena pun duduk tenang di bangku ruang makan sambil menyedot minumannya.     

Di kesempatan itu, Shelly menanyakan ke Dante mengenai rencana Andrea untuk mengadakan acara reuni SMA, menggantikan reuni SMA lalu yang batal dihadiri mereka.     

"Halah, udah beb, gak usah ditanyakan ke dia, palingan dia jawabannya: terserah kamu aja, sayank. Iya, kan Dan?" ledek Andrea.     

Tuan Nephilim terkekeh sambil kecup kening istrinya. "Dia paham sekali mengenai aku." Ia berkata ke Shelly sambil menaruh kepala Andrea ke dadanya secara paksa.     

Andrea mencubit pinggang sang suami. "Dasar tuan bucin."     

Dante mengusap santai bekas cubitan Andrea dan menatap ke istrinya dan berkata, "Jadi … aku lebih baik bucin ke kamu atau stop bucin, nih?"     

Putri Cambion memutar matanya, jengah. "Gitu masih ditanyain, nih? Minta duri ukuran berapa, Dan?"     

Raut Dante langsung berubah ketika Andrea berkata mengenai duri. "No, dear … no more thorn, oke?"     

Shelly dan Andrea tergelak tertawa.      

-0-0-0-0-     

Maka, sesuai dengan yang sudah dipikirkan Andrea, ia pun menghubungi teman SMA mereka dulu yang kemarin menjadi ketua panitia reuni SMA.     

"Gimana, Ndre?" tanya si teman lama, namanya Junet.      

"Aku kepingin adakan reuni SMA lagi. Kan yang reuni kemarin gue batal datang ma Shelly. Nah, gimana kalo yang ini, karena gue yang ngide, gue yang undang kalian ke Jepang, deh, kita adain reuni di sini aja, di tempat gue." Andrea mengobrol santai di telepon dengan Junet ketika dia ada di kantornya.      

"Jepang, yah? Ternyata elu di Jepang juga kayak Shelly?"     

"Dih, kok kalian baru tau, sih?"     

"Yah, abisnya, kan elu ngilang gitu aja waktu kelas 2. Kita yah taunya Shelly doang yang di Jepang."     

"Lah, padahal aku tinggal serumah ama Shelly, loh!"     

"Heh? Tinggal serumah?"     

"Lu jangan mikir aneh-aneh, deh, Jun! Gue tinggal serumah ama Shelly, bareng lakik masing-masing en anak-anak kita!"     

"Ohh … ha ha ha, kirain."     

"Otak lu kuras dulu tuh banyak dakinya!"     

"Ha ha ha, sorry not sorry, Ndre."     

"Ya udah, gimana deh tuh ide gue?"     

"Hm … aku kasi tau teman-teman dulu, sih. Soalnya, kayaknya sih dikit banget yang tinggal di Jepang. Banyakan sih Indonesia, Aussie, Singapura, ama Inggris."      

"Duh … trus, gimana, dong?"     

"Makanya nanti aku omongin dulu ama mereka, kira-kira mereka mau apa kagak ke Jepang untuk reuni."     

"Ohh, ya udah, ntar kabari gue lagi kalo kalian udah pada berembug."     

"Tapi, Ndre … banyak teman-teman yang kemarin ikutan reuni, mereka kepingin ada acara lagi di Bali. Mereka emang gak ada yang tinggal di Bali, sih, tapi mereka demen banget ke sono. Jadi nagih, gitu! Apalagi kemarin tuh mereka pada gak sempat jalan-jalan karena kebetulan kan acaranya di hari Minggu, jadi gak bisa jadi turis."     

"Emm … ya udah, kalo gitu di Bali aja, deh! Kali ini, ambil acaranya di Sabtu pagi aja, yak! Biar kalian bisa pada puas jadi turis, tuh!"     

"Gak jadi ke Jepang dong nih gue kalo gitu."     

"Ehh japrak! Lu kan tadi yang kayak ogah ke Jepang!"      

"Ha ha ha, sans, Ndre … eh tapi, gue sih berharapnya di Jepang aja, kan gue belum pernah ke sono."     

"Gini aja, deh … ntar kalo anak bungsu gue ulang tahun … gue kasi undangan ke kalian … silahkan yang mo dateng … ntar gue bantu akomodasi penginapan yang layak untuk yang sudi dateng."     

"Gak sekalian tiket PP, Ndre?"     

"Japrak! Jangan ngelunjak deh lu!"     

Junet terbahak di telepon.     

Akhirnya, disepakati kalau Andrea harus menunggu dulu bagaimana nanti teman-temannya yang lain memilih antara Bali dan Jepang.     

Ketika Shelly bertemu Andrea petangnya di mansion, Andrea menceritakan mengenai pembicaraan dia dan Junet di telepon tadi.     

"Hm … ya udah sih gak apa tunggu mereka rembugan dulu, Ndre. Siapa tau lebih banyak yang kepingin ke Jepang."     

"Iya, beb. Soalnya kan aku bisa lebih gampang urus ini itunya kalo di sini karena dekat."     

-0-0-0-0-     

Keesokan siangnya, ketika Andrea masih di perjalanan ke Tropiza bersama Zivena untuk rehat tengah hari seperti biasa, Junet menelepon dia.     

"Bentar, Jun. Gue lagi nyetir, ada anak gue pula, nih. Nanti gue telepon balik aja, yak!" Andrea buru-buru berkata begitu lalu menutup telepon. Selain dia tidak mau celaka karena bertelepon di saat menyetir, itu juga dilarang di Jepang.     

Walaupun bisa menggunakan Bluetooth, Andrea tetap saja tidak berani nekat, karena tetap harus membagi konsentrasi. Apalagi dia sedang bersama Zivena pula. Ia ingin tetap selalu selamat.     

Lagipula, itu bukan panggilan gawat darurat, jadi bisa dilakukan nanti saja jika sudah ada di sebuah ruangan.     

Setiba di Tropiza, Andrea mendudukkan Zivena pada kursi dan Shelly sudah ada di sana, kali ini hanya duduk santai tanpa perlu lagi memasak.     

Andrea mengeluarkan ponselnya dan men-dial nomor Junet.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.