Devil's Fruit (21+)

Weekend di Amusement Park



Weekend di Amusement Park

1Fruit 760: Weekend di Amusement Park      3

Tibalah saat bagi Dante dan Andrea untuk check out siang ini dari kamar vila bulan madu mereka. Itu pun Tuan Nephilim masih sempat-sempatnya meminta bonus skidipapap satu babak lagi di kursi kolam.      

Andrea bisa apa kecuali he-eh, he-eh, aja. Orang dia juga menikmati itu, kok! Maklum, kan dia punya darah Succubus.      

Setelah menyerahkan kunci pass pada meja resepsionis, mereka berdua berlagak hendak ke sebuah tempat agak sepi. Dan dari sana, mereka melakukan teleportasi bersama ke Jepang.      

Ting!     

Mereka berdua sudah ada di mansion milik Andrea. Hari masih siang ketika mereka tiba di Jepang karena perbedaan waktu antara Bali dan Tokyo memang tidak terlalu jauh, yaitu 1 jam lebih cepat di Tokyo.      

Ketika mereka masuk ke ruang makan, sudah ada beberapa orang di sana.      

"Awuawuawuwwwaaa … tatataaawhlahla!" teriak Zivena ketika melihat ayah dan ibunya muncul. Ia sedang makan dengan Kiran dan Shelly.     

"Ehh! Ndrea!" Shelly bangkit dan memeluk sahabatnya. Andrea balas memeluk dan cipika cipiki sejenak dengan Shelly.     

Lalu Sang Cambion pun meraih wajah bungsunya untuk mengecup di kedua pipinya. "Anak Mama lagi makan apa, nih?" tanyanya pada Zivena.     

"Wufla bwhaa swuahsfa!" kata Zivena dengan raut cerah.      

Andrea angguk-angguk sok paham saja dan tepuk lembut kepala si bayi 1 tahun lebih itu.     

"Di mana yang lain?" tanya Dante. Karena ini adalah hari Minggu, tentu saja tidak ada yang ke sekolah.     

"Masih pada di kamar masing-masing, maklum hari libur gini, Dan." Shelly menjawab.      

"Masih pada malas-malasan?" Andrea berkacak pinggang. Lekas saja dia berjalan ke ruang tengah dan berdiri diam menghadap selasar lantai atas dan berseru kencang. "Oiiii! Kalian! Mau ikut ke taman bermain, gak?!"     

Tak berapa lama, muncullah sosok-sosok dari kamar.      

"Mau!"     

"Mau, Mom!"     

"Mau, Ma!"     

Semua tiba-tiba muncul dan menjawab antusias. Kecuali Ivy yang masih juga di kamarnya.     

"Kalo mau, cepat buruan kalian mandi, kalo telat, ditinggal!" seru Andrea.     

"Wuaaaa!"     

Bocah-bocah itu langsung berhamburan masuk kamar lagi untuk mandi.      

"Ran, aku pinjam kamar mandinya!" teriak Gavin, karena dia satu kamar dengan Jovano, otomatis kamar mandi sudah dipakai Jovano.      

Kiran yang masih di ruang makan pun mengangguk saja. Memangnya Gavin bisa lihat? Yah, anggap saja bisa.     

Andrea cekikikan ketika masuk ke ruang makan lagi. "Rasain deh mereka pada kalang kabut mandi gitu. Salah sendiri kagak mandi dari tadi." Ia menatap ke Kiran. "Ran udah mandi?"     

"Sudah, Aunty." Kiran yang memang berperingai kalem pun menjawab sambil menghabiskan makan siangnya.      

"Gimana dengan Zizi?" tanya Andrea ke bungsu dia.     

"Wiwisha uffhaawawa …" Zizi menjawab.     

Andrea menoleh ke Shelly.      

"Dia udah mandi, kok Ndre." Shelly seolah paham apa yang ingin ditanyakan Andrea melalui tatapan matanya. "Tadi malam aja dia nurut banget tidur di kamarku."     

Andrea mendekat untuk berbisik ke sahabatnya, "Kalian gak wikwikwik semalam, kan?"     

Karuan saja Shelly mencubit pinggang sang sahabat. "Iihh … Ndrea! Emangnya kamu yang terlalu rajin gituan?" Wajahnya sudah merah padam.     

Andrea tertawa ringan. "Oke, aku mo naik dulu ke kamar Ivy, liat tuh bocah lagi ngapain."      

Dante yang sedang duduk dan bercanda dengan putri bungsunya, mengangguk saja.     

Satu jam berikutnya, sudah ada dua mobil yang membawa orang satu mansion. Ivy juga akhirnya mau ikut setelah dia melihat sang kakak juga antusias ikut.     

"Kemana nih kita?" tanya Andrea sebelum mereka semua masuk ke mobil.     

Jovano dan Gavin langsung saja berseru, "Tokyo Dome City!" Lalu mereka saling toss dengan wajah gembira. Andrea melihat itu cuma bisa geleng-geleng. Itu salah satu tempat favorit kedua remaja lelaki itu jika diajak ke taman bermain.     

"Ya udah, ayo kita ke Disneyland aja." Andrea berwajah inosens ketika mengatakan itu.     

"Arrrggghh …" Jovano mengerang. "Mom, please … Tokyo Dome City!"     

Ibunya terkikik dan masuk ke mobil. Jovano terus meneror sang ibu dengan berulang kali mengucapkan Tokyo Dome City.     

"Iya, iya, cerewet!" Andrea berlagak melotot ke Jovano yang berikan cengiran nakal.     

Tak lama, mereka tiba di taman bermain alias amusement park bernama Tokyo Dome City. Butuh setengah jam lebih ke sana karena ini akhir minggu, banyak yang bepergian dengan mobil pribadi, sehingga membuat jalanan agak ramai dan ada sedikit macet di beberapa titik.      

Sesampainya di sana, suasana musim gugur membuat hawa siang hari ini terasa sejuk dan menyenangkan.      

"Ayo!" Jovano bersemangat ketika mereka turun dari mobil.     

Gavin juga ikut bersemangat dan dia lekas mencari Ivy. Sedangkan yang dicari, turun secara elegan dari mobil dan mengenakan baju ala princess dia. Itu membuat Gavin berbinar-binar menatap Ivy.     

Shelly dan Kenzo saling berpandangan penuh arti melihat kelakuan anak sulung mereka.     

Setelah Andrea membayar tiket masuk, Jovano langsung menghambur ke dalam amusement park. Ivy berjalan cepat untuk menyamai langkah kakaknya, diikuti Gavin.      

Sedangkan Kiran berjalan di dekat ibu dan ayahnya.      

"Jo, adikmu jangan ditinggal, woi!" Andrea sampai harus meneriaki sulungnya yang terlalu bersemangat. "Tuh anak, ya ampun … emangnya udah berapa abad sih gak ke sini? Hghh …"     

Jovano pun balik badan dan melihat Ivy yang wajahnya memerah karena berjalan cepat untuk mencapai dia. "Ha ha … maaf." Dia tergelak. "Ivy, yuk! Ivy ingin naik apa? Thunder Dolphin? Super Viking? Wonder Drop? Atau Kids Hacker?" Ia menyebutkan beberapa wahana di sana yang paling terkenal.     

Andrea yang berhasil menyusul langsung saja mengacak rambut sulungnya yang kini lebih tinggi dari dia. "Jangan ngaco! Itu semua kan demennya kamu, Jo! Masa sih adikmu yang kalem gini mo diajakin naik begituan?" tegurnya.     

"Aku mau." Ivy menjawab dengan senyum ke Jovano.      

"Wa ha ha! Lihat, Mom! Ivy mau, kok!" Jovano sampai tertawa memegang perutnya melihat ekspresi wajah sang ibu yang mencelos.     

"Harusnya aku tau kalo Ivy pasti super manut ke kamu, huff!" keluh Andrea. "Trus ini gimana, dong? Masa sih kita semua harus nurut ke Jovano mo naik apa?"     

"Bagi dua kelompok aja, Mom," usul Jovano. "satu kelompok aku yang naik ke yang keren-keren, satu lagi kelompok yang cupu."     

"Hei, hei, hei! Maksudmu kalo gak naik yang muter-muter gila berarti cupu, gitu?" Andrea melotot ke Jovano.     

Sulungnya terkikik. "Cupu itu kan artinya yang anak manis, gitu Mom."     

Lekas saja Andrea menggerutu. "Dikira aku gak tau cupu itu apaan, hah?"     

"Sudah, sudah, sesuai Jo sarankan saja." Dante menengahi. "Kita yang punya anting komunikasi, harus pakai anting itu, oke? Supaya bisa saling kontak dan tidak hilang."     

"Daddy benar." Jovano mengangguk setuju.      

"Ehh! Itu Kak Myren!" Andrea pun berteriak ketika matanya menangkap sosok keluarga sang kakak tak jauh dari mereka berdiri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.