Devil's Fruit (21+)

Wawancara Pada Duo Pemilik Tropiza



Wawancara Pada Duo Pemilik Tropiza

2Fruit 769: Wawancara Pada Duo Pemilik Tropiza      0

Sang wartawan terkejut bukan kepalang ketika dirinya mendapatkan hardikan yang sangat keras dan tegas. Ia segera menarik kepalanya dan mundur dari depan dapur.      

Wajah Dante seakan mengungkapkan: "apa aku bilang", ketika wartawan itu bertatapan dengannya.      

Bersikap canggung karena diusir seperti kuman pengganggu, wartawan itu pun kembali duduk di kursi dia semula. Sedangkan kameraman dia sejak tadi masih saja merekam itu.     

"Hei, jangan rekam yang tadi!" seru tertahan si wartawan pada kameraman dia.      

Akhirnya, si wartawan menawarkan untuk Andrea dan Dante sebagai pemilik Tropiza, diwawancarai. Tentu saja Andrea bersedia, siapa tau ini akan membuat nama Tropiza bersih dari gossip buruk dan sekaligus bisa membuat restorannya semakin melambung tinggi.      

Andrea didandani sebentar oleh Shelly sebelum dia mulai duduk santai di kursi biasa dia nongkrong dengan yang lain. Dante menolak didandani.      

Mereka juga dipasangi mic kecil di dekat lehernya agar suara bisa tetap masuk dan jernih meski keadaan sekitar sangat ramai.      

Setelah menerima aba-aba dan acungan ibu jari tanda dimulai, wartawan yang bertanya dulu ke Andrea. "Andrea-san—"     

"Ohh, cukup panggil saja Andrea, tak apa," potong Andrea.     

"Ahh, baiklah … Andrea, apa yang membuat Anda ingin mendirikan Tropiza?"     

"Sebagai tempat hangout untuk teman-teman dan saudara saya. Tadinya seperti itu, lalu juga mulai melihat segi bisnisnya … sepertinya di area sekitar belum ada kafe yang memakai konsep ceria tutifruti dan banyak menyajikan hidangan ringan yang unik."     

"Jadi, menurut Anda, area di sini belum ada yang berkonsep seperti Tropiza ini?"     

"Tadinya kami pertama membuka Tropiza di Roppongi, di gedung Izumi lalu karena animo masyarakat semakin tinggi untuk datang ke Tropiza yang waktu itu masih berkonsep kafe, kami mulai melirik area Ginza untuk semakin mengembangkan Tropiza menjadi kafe dan ada juga restoran keluarga."     

"Tuan Dante, Anda dikenal sebagai koki yang sangat handal dan menakjubkan." Kini wartawan bertanya pada sang Nephilim yang duduk berdampingan dengan istrinya. "Dikatakan, Anda selain membuat makanan yang sangat lezat, Anda juga sangat digilai banyak pengunjung, terutama pengunjung wanita."      

Senyum tipis Dante muncul sebelum akhirnya dia menjawab, "Aku hanya melakukan pekerjaanku dengan sebaik-baiknya saja, sama sekali tidak mempersoalkan apakah aku digilai atau tidak akan penampilanku, tapi aku harap, aku lebih digilai karena masakan yang aku buat."     

Dari arah belakang punggung wartawan, terdengar seruan tertahan para wanita muda yang menyebut nama Dante. Wartawan sampai menoleh dan melihat banyak wanita yang memandang penuh memuja pada tuan Nephilim.      

"Lihat, mereka semua begitu menggilaimu, Tuan Dante." Wartawan dan kameraman segera arahkan kamera ke para wanita di belakang mereka.      

Segera saja terdengar seruan bersahut-sahutan yang mengelu-elukan Dante, tanpa peduli ada Andrea di sebelahnya. Namanya idola, tetaplah idola, terlepas apa dia memiliki anak dan pasangan atau tidak, mereka tetap menatap sang idola saja.     

Ketika Dante melambaikan tangannya pada para wanita itu, mereka semakin histeris berteriak bagai para fangirls grup Kpop. Andrea sampai geli melihatnya, bukan cemburu.      

"Tuan Dante, Anda benar-benar diidolakan para gadis dan wanita dewasa pula." Wartawan itu menggoda Dante. "Sepertinya Tropiza semakin ramai berkat Anda."     

"Ha ha ha! Memang kebanyakan karena dia." Andrea menoleh sambil tertawa ringan ke suaminya. "Karena masakan dia dan juga penampilan menghipnotis dia."     

Dante menoleh ke sang istri sambil bertanya, "Apakah kau juga terhipnotis padaku selama ini?"     

Andrea menepuk lengan tuan Nephilim dengn wajah bersemu karena malu.      

"O-ohh, tolong, Tuan dan Nyonya, jangan saling merayu, aku sebagai lajang merasa tak kuat melihatnya!" Wartawan itu pun makin menggoda dan berlagak nyeri hati melihat kemesraan pasangan di depannya. Sedangkan para fans Dante di belakang wartawan sudah menjeritkan nama Dante.      

"Ha ha ha … dia memiliki hobi yang buruk, misalkan saja narsis." Andrea berlagak meledek suaminya.      

"Oke, stop kalian. Ini bukan acara romantis, saya bisa terkena diabetes jika melihat kemanisan interaksi kalian." Wartawan terkekeh sebelum melanjutkan, "Tapi, Tuan Dante, Anda adalah chef utama Tropiza, namun kini Anda sudah jarang datang ke Tropiza."     

"Ya, saya ingin mempunyai waktu lebih banyak dengan keluarga saya dan memutuskan mendidik chef yang bisa bekerja dan memasak sebaik diriku." Dante menjawab penuh percaya diri.      

"Mengenai pegawai di Tropiza, banyak dari mereka yang mengatakan bahwa mereka ditemukan saat kalian jalan-jalan ke luar negeri, apakah memang begitu?"     

Andrea kini menjawab. "Ya, ketika kami sekeluarga bepergian ke luar negeri, kami tak sengaja bertemu mereka dan kami menganggap wajah mereka unik karena mirip dengan selebritis terkenal di dunia, dan kami berkenalan dengan mereka, mengobrol dengan baik dan akhirnya banyak dari mereka yang mengatakan mencari pekerjaan karena terdesak kebutuhan hidup. Oleh karena itu, kami tawarkan bekerja di Tropiza."     

"Bahkan mereka banyak yang warga asing, Nyonya. Apakah tidak sulit mengurus segala sesuatunya?"     

"Tentu saja kesulitan itu ada, namun didasari niat tulus kami untuk membantu mereka, yah … mereka kini bisa mengirimkan uang gaji mereka ke keluarga mereka di luar negeri."     

"Anda benar-benar terpuji, Nyonya Andrea. Terus terang saya tertarik dengan pencapaian Anda. Bukankah selama ini Anda dikenal sebagai Lady Property?"     

"Ha ha ha, apakah saya benar-benar mendapatkan julukan itu?" Andrea sampai tertawa ketika dirinya disebut sebagai Lady of Property.      

"Ya, itu benar! Anda sukses di bidang properti, dengan kantor Zean Property di gedung Izumi Garden, itu sebuah kantor yang besar, Nyonya."     

"Yah … mengenai bisnis properti saya, lebih baik tidak dibicarakan di segmen ini saja, kan?" Andrea menolak halus karena dia saat ini hanya ingin membicarakan Tropiza saja.     

"Dan … dikatakan Anda juga memiliki restoran 3 star Michelin bernama Schubert di daerah Denenchofu."     

"Ya, itu restoran … spesial untuk kami sekeluarga." Andrea sengaja tidak membeberkan mengenai alasan pembangunan restoran tersebut karena dia malas membuka mengenai dia yang bersuami dua karena hal itu masih tidak lazim di Bumi.      

"Kabarnya itu restoran elit untuk para ekspatriat dan orang-orang kaya saja!" Wartawan itu menampakkan wajah takjub.      

"Ohh … ya, segmen kami memang mengarah ke sana. Namun, restoran itu saya percayakan untuk dikelola ayah saya."     

"Ayah Anda … raja properti Jepang, Tuan Zado pemilik Zen Group?"      

Andrea terkekeh sambil menunduk sebentar dan menyisipkan rambut ke belakang telinga. "Ya, dia."     

Wawancara berjalan belasan menit lagi dan kemudian disudahi. Sang wartawan mengucapkan terima kasih pada Andrea dan Dante yang sudah bersedia menerima dia dan kameraman untuk merekam di Tropiza.      

Kemudian mereka—wartawan dan kameraman—makan sejenak hidangan Tropiza ditemani Andrea dan Dante. Keduanya serempak mengangguk-anggukkan kepala seraya memuji masakan enak di piring mereka.      

Bahkan keduanya membeli beberapa kue dan makanan ringan di Tropiza Teen untuk dibawa pulang.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.