Devil's Fruit (21+)

Keadaan Berbalik



Keadaan Berbalik

0Fruit 775: Keadaan Berbalik     
1

Ekspresi begini ini yang memang dinanti-nanti oleh Dante dan Andrea. Mereka merasa puas karena reaksi orang-orang itu sesuai dengan ekspektasi pasangan ajaib tersebut.      

"O-ohh … ternyata kalian memiliki video! Apa-apaan itu maksudnya!" Wanita kurus berwajah kotak itu berusaha menguasai kegugupan dia dan malah terdengar protes.      

"Tidak bermaksud apapun." Andrea mengangkat bahunya, santai. "Hanya … kita bisa menontonnya bersama-sama di sini dan kita lihat, apakah pelayanku yang bersalah. Andai dia yang salah, aku akan memecat dia tanpa pesangon sama sekali, hari ini juga."      

Si Cambion tersenyum dan berkata pada pelayan di dekatnya seakan memerintahkan untuk memutar rekaman cctv pada sebuah televisi layar lebar di atas kasir yang bisa ditonton siapapun.      

Wanita dan pria tadi tampak gelisah. Mereka hendak lari, tapi orang-orang di sana sudah berkerumun seakan mengepung jalan keluar mereka.      

"Jadi kau doyan merekam-rekam pada kami para pembeli, huh! Sangat tidak sopan! Aku bisa tuntut kalian! Kalian merekam tanpa ijin saat kami tidak tau!" Wanita itu masih berusaha menguasai keadaan.      

"Loh, memang apa salahnya memasang cctv di tempat kami sendiri? Bukankah akan membantu pengunjung juga andai ada orang lain yang mencopet atau menjahati mereka tanpa mereka tau?" ucap Andrea. Dan banyak di antara pengunjung menggangguk setuju akan kalimat sang Cambion.     

Di pihak Dante juga sama, di sana siap memutar rekaman cctv.     

Tak berapa lama, muncul rekaman tersebut, di area Teen dan juga di area Family. Hampir bersamaan.      

Di area Teen, orang-orang terperanjat ketika mereka melihat sendiri adegan wanita itu mngeluarkan sesuatu dari tasnya dan memasukkan benda berwarna hitam kecoklatan yang mirip kecoak ke dalam bubur dia sendiri.      

Wanita dan pria itu seketika terdiam dan mata mereka gelisah melirik kanan dan kiri. mencari jalan untuk kabur.      

"Waahhh!"     

"Astagaaa! Ternyata mereka sendiri!"     

"Ohh, ini gila! Ternyata ulah dia sendiri! Dasar tak tau malu!"     

"Apa mereka ini sudah tak punya otak?"     

Banyak orang berkomentar sambil berbisik-bisik sambil menatap dua orang tersebut.      

"Hei kalian ini!" Kuro menghardik dua pengacau dengan wajah galaknya. "Apa maksud kalian, hah?! Ingin nama Tropiza buruk? Atau hanya ingin makan gratis?!" Gadis hybrid ini berkacak pinggang di depan sepasang wanita dan pria tadi.      

"Laporkan saja pada polisi!"     

"Iya, laporkan saja!"     

"Ini benar-benar memalukan!"      

"Harus dibuat jera orang-orang seperti itu!"     

Pengunjung makin geram melihat kelakuan sepasang pengacau tadi.      

Maka, Andrea pun menelepon polisi. Kedua pengacau langsung saja tambah ketakutan. Bukan begini yang mereka harapkan.      

"Nyo-Nyonya! Nyonya, maafkan kami!" Wanita itu segera membungkuk dalam-dalam pada Andrea yang sedang menelepon polisi.      

"Nyonya jangan laporkan kami!" Yang pria pun berkata dengan suara putus asa. "Kami tidak berniat demikian! Kami hanya disuruh!"     

Bahkan akhirnya mereka melakukan dogeza, sikap bersujud sambil mencium tanah dengan khidmat.      

"Heh! Tak usah jadi pengecut begitu!" Kuro masih yang menghardik, seakan dia mewakili mama angkatnya. "Tadi kalian bahkan mengecam Mama karena dia bukan orang Jepang asli. Lalu, memangnya kenapa kalau Mama bukan orang Jepang asli? Apa kalian merasa ketakutan kalau ada pendatang yang kebetulan bisa sukses di tanah kalian, hah?! Daripada hanya iri dan memfitnah, lebih baik tingkatkan saja kemampuan bekerja kalian!"     

Andrea baru selesai menelepon dan terkikik geli mendengar kata-kata Kuro. Anaknya ini memang kian pintar saja beradaptasi dengan makhluk Bumi. Ia menepuk-nepuk bangga ke Kuro sambil ulaskan senyum. "Sebentar lagi polisi datang, dan maaf Tuan serta Nyonya, untuk mencegah ini terjadi di restoran lain dan kalian atau tim kalian merugikan restoran lain, maka lebih baik kalian diamankan saja."     

"Nyonya! Kumohon! Kami hanya disuruh! Kami hanya disuruh!"     

"Benar, Nyonya! Kami hanya suruhan saja!"     

Kuro berdiri kokoh di depan kedua pengacau. "Katakan siapa yang menyuruh kalian berbuat sekeji ini!"     

Dua pengacau itu saling berpandangan ragu, namun mengira jika mereka menyebutkan nama, maka hukuman untuk mereka akan diringankan.      

"Ka-kami di-disuruh … pemilik Goryoku." Wanita berwajah kotak itu pun mengaku dengan suara lirih. Dia masih bersujud meski sudah menegakkan punggung.      

"Goryoku!"     

"Astaga! Ternyata ulah pihak Goryoku!"     

"Aku tak percaya! Bukankah pemilik Goryoku juga pemilik stasiun televisi Miryoku?"     

"Ehh? Benarkah?"     

"Ohh astaga, sekarang aku mengerti kenapa Miryoku channel kemarin itu mendesak ingin meneliti para pelayan Tropiza!"     

"Ya dewa! Ternyata ini berkaitan!"     

Para pengunjung terkejut dan saling bergumam dengan sebelah mereka.      

Di area Family di sebelah juga adegannya serupa meski tidak sama persis. Dante juga sudah menelepon polisi.     

Kejadian itu tak lama kemudian sudah muncul di media sosial. Rupanya di tempat itu banyak yang merekam pada ponsel mereka dan diunggah cepat ke media platform online mereka.      

Ketika ini ditonton banyak masyarakat lainnya, sontak saja publik terkejut bukan kepalang.      

Polisi sudah datang ke Tropiza Teen dan Family, kemudian membawa 4 pengacau itu ke mobil untuk di bawa ke kantor mereka.      

Meski itu terlihat sepele, namun jika tindakan pengacau itu sukses tidak ketahuan, bisa dibayangkan kejatuhan sebuah tempat usaha seperti apa?     

Jika ini dibiarkan, maka pihak yang difitnah akan sangat dirugikan. Selain bisnis mereka bisa runtuh hancur, para pekerjanya juga terpaksa kehilangan pekerjaan lagi. Bayangkan apabila ada banyak mulut yang menanti makanan dari hasil gaji para pekerja itu, sungguh malangnya jika sampai kena pecat.     

Di tempat lain, di ruang pribadi pemilik Miryoku, seorang asisten terburu-buru meminta bertemu sang pemilik rumah. Setelah dipersilahkan masuk ke ruang pribadi si empunya rumah, asisten itu pun memberikan laporan terbaru.     

"Brengsek! Bedebah!" Pemilik Miryoku itu pun melemparkan ponsel yang sedang dia pegang ke kepala asistennya yang sedang berlutut untuk memberi laporan.      

Meski kepala terkena ponsel dan muncul darah di kening, sang asisten tidak memedulikannya dan bersujud dogeza seraya berkata, "Ampun, Tuan! Saya tidak menyangka ternyata ada kamera cctv di sana! Ini sungguh di luar sepengetahuan saya!"      

"Memangnya apa kerjamu, hah! Kenapa mengurus begitu saja tidak becus, hah! Kubunuh kau nanti kalau sampai kau tidak bisa mengurus ini!" teriak pemilik Miryoku dengan suara menggelegar.     

"Ampun, Tuan! Akan saya selesaikan ini! Akan saya cari pengacara untuk hal ini!" Asisten itu terus menekan dahinya pada lantai tatami tebal ruangan tersebut.      

Tapi karena dahinya berdarah, darah itu juga menempel pada tatami di sana. Ketika dia mengetahui ini, betapa terkejutnya si Asisten. Ia buru-buru mengusap tatami itu meski agak susah.     

Pemilik Miryoku melihat itu dan tambah marah. Ia lempar asbak di depannya ke asisten itu. "Keluar! keluar!"     

"Baik, Tuan! Baik!" Asisten itu meraih asbak yang isinya berhamburan di tatami. Meski tidak pecah karena tataminya tebal, tetap saja abu rokok menyebar di sana. Setelah asbak di kembalikan ke meja, dia pun membungkuk dalam-dalam pada pemilik Miryoku yang masih terliputi emosi tinggi, dan keluar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.