Devil's Fruit (21+)

Keanehan Saat Konferensi Pers



Keanehan Saat Konferensi Pers

2Fruit 776: Keanehan Saat Konferensi Pers     
1

Dengan menyebarnya video tentang beberapa pengacau mencoba memfitnah Tropiza dan pengakuan salah satu dari mereka bahwa itu suruhan pemilik restoran Goryoku, keadaan semakin memanas.      

Publik semakin geram dan mengecam pemilik Goryoku.      

"Tolong pada pihak restoran Goryoku, kalau kau tidak bisa bersaing secara sehat dengan Tropiza, jangan gunakan cara licik!"     

"Kupikir restoran Goryoku adalah restoran elit karena bangunannya yang elegan dan suasana juga nyaman, namun ternyata pemiliknya sangat busuk dan keji.      

"Hei, Goryoku! Kami meski sesama orang Jepang sepertimu, tapi kami tidak rasis! Kami selalu welcome pada pendatang manapun. Kau rasis, enyah saja dari Jepang tercinta kami! MEMALUKAN!"     

"Aku tak mau lagi makan ke Goryoku."     

"Ohh! Pantas saja TV Miryoku sampai ngotot ingin memeriksa pelayan Tropiza, ternyata karena gagal menjatuhkan dengan tuduhan oplas, kini mereka pakai cara kotor lainnya untuk menjatuhkan Tropiza!"     

"Kalau tak bisa bersaing adil dan sehat, lebih baik Goryoku tutup saja! Tak usah berdagang kalau takut ada saingan! Bodoh!"     

Dan masih ada banyak lagi komentar-komentar mengecam dan menghujat Goryoku.      

Pemilik Miryoku yang juga pemilik Goryoku, Tuan Endo Yokuzawa, sangat berang membaca komentar-komentar yang muncul di laman instagramm Goryoku.      

Matanya terasa bagai terbakar karenanya. Ia segera saja membentuk tim pengacara untuk menuntut 4 pengacau itu karena sudah memfitnah dirinya.      

"Adakan konferensi pers!" teriak Tuan Endo Yokuzawa.      

Maka, hari itu juga, di malam hari … Tuan Endo Yokuzawa menggunakan wewenangnya untuk tampil di depan para wartawan didampingi oleh tim pengacara yang sudah dia bentuk.      

Banyak wartawan duduk memenuhi kursi yang disediakan di ruang pertemuan di stasiun televisi Miryoku. Mereka tak sabar ingin mendengar dari pihak Tuan Endo Yokuzawa mengenai keributan yang menyangkut nama dia.      

Pada awalnya, salah satu pengacara Tuan Endo Yokuzawa yang berbicara, bahwa klien-nya merasa sangat dirugikan atas tuduhan yang dialamatkan padanya dan akan menuntut balik orang-orang yang memfitnah Beliau.      

Kemudian, giliran Tuan Endo Yokuzawa yang berbicara. Berdiri dengan bertopang pada satu tongkat—entah hanya untuk bergaya saja atau memang kakinya sudah tidak sehat—dan naik ke podium, Beliau berkata, "Saya sungguh prihatin …"     

Wartawan dan juru kamera terus menyorot ke dirinya. Ada yang mengetik, ada yang mengacungkan alat perekam, ada yang memegang kamera, ada juga yang memegang ponsel untuk merekam dari sana.      

"Saya sungguh prihatin karena nama saya digunakan secara sembarangan. Ini sangat melukai perasaan saya. Entah apa yang saya sudah lakukan pada 4 orang itu, sehingga mereka seenaknya saja melimpahkan kesalahan pada saya." Suara Tuan Endo Yokuzawa terdengar bergetar seolah sedih.      

"Anda sungguh-sungguh akan melaporkan balik 4 orang tersebut?"     

"Ya, tentu saja saya harus melaporkan balik mereka, meski sebenarnya saya tidak ingin. Ini sungguh keputusan berat untuk saya, karena saya jenis orang yang tidak suka menyusahkan orang lain. Tapi … karena untuk efek jera bagi keempatnya, apa boleh buat? Agar ke depannya, tidak ada lagi orang-orang yang akan seenaknya mencatut nama orang lain untuk menyamarkan kesalahan dia."     

"Apakah Anda memiliki pertikaian dengan pihak Tropiza, Tuan Yokuzawa? Atau mungkin dengki?"     

Tuan Endo Yokuzawa terkekeh sebentar sebelum berbicara, "Mana mungkin saya memiliki perasaan begitu pada Tropiza? Sebagai sesama pebisnis kuliner, saya justru memandang mereka dengan respek. Apalagi bergelut di bidang pelayanan kuliner, anggap saja kami sedang memberi makan penduduk Jepang dengan sentuhan kasih sayang kami melalui makanan kami, iya kan?"     

Meski kalimat yang dipilih Tuan Endo Yokuzawa agak terasa aneh di telinga, namun wartawan tetap menuliskannya pada laptop mereka masing-masing.     

"Jadi … tidak ada permusuhan antara Anda dan Tropiza?"     

"Bagaimana mungkin bermusuhan? Seperti saya katakan tadi, bahwa karena kami sama-sama ingin memanjakan negeri ini melalui lidah dan cita rasa, maka Tropiza bagaikan sahabat untuk Goryoku. Karena—"     

Ketika Tuan Endo Yokuzawa sedang berbicara, tiba-tiba saja layar televisi lebar yang sedang menampilkan podium beserta Tuan Endo Yokuzawa di sana, berganti menjadi rekaman percakapan antara Tuan Endo Yokuzawa dan seseorang yang diketahui sebagai salah satu manajer di Miryoku malam itu.     

Semua orang di ruangan itu kaget bukan kepalang. Di rekaman itu jelas ada wajah Tuan Endo Yokuzawa dan suaranya juga jelas karena itu memang diambil secara dekat.      

Betapa terperanjatnya Tuan Endo Yokuzawa ketika menonton rekaman dirinya yang sedang membuka semua aibnya sendiri selama ini.     

"Astaga! Jadi … jadi kasus aktris yang dulu itu …"     

"Ya ampun! Hanya setingan!"     

"Ohh gila! Pemerkosaan demi berita!"     

Perhatian para wartawan dan juru kamera pun beralih ke televisi layar lebar besar di sudut depan ruangan.      

Tuan Endo Yokuzawa sangat tidak menyangka bahwa ada yang merekam itu sewaktu dia sedang merencanakan skema jahat pada Tropiza. Ia lekas meraih remote televisi itu, hendak mematikan, namun tidak bisa!     

"Bukan! Itu bukan aku! Bukan aku!" teriak Tuan Endo Yokuzawa.     

Televisi itu seakan tidak bisa dimatikan. Karena remote dikira kehabisan daya baterai, Tuan Endo Yokuzawa pun melangkah ke depan televisi tadi untuk mematikan secara manual, namun tidak juga bisa meski tombol on/off sudah ditekan berkali-kali.      

"Sungguh! Itu sama sekali bukan diriku! Itu setingan seseorang! Ada yang ingin menjebakku! Ada yang memfitnahku! Jangan percaya!" teriak Tuan Endo Yokuzawa, panik.     

Tayangan rekaman dirinya yang menguak aib-aib dia dan perusahaan dia pun terus bisa ditonton tanpa jeda oleh semua di ruangan itu.     

Kepanikan Tuan Endo Yokuzawa semakin menjadi-jadi. Para asisten Beliau pun ikut membantu dengan mencabut kabel televisi itu agar berhenti beroperasi.     

Namun, keanehan terjadi. Televisi masih menyala, rekaman masih terpampang, dan para wartawan serta juru kamera masih bisa dengan leluasa merekam semuanya.      

"Kenapa tidak mati! Kenapa tidak juga mati?!" Tuan Endo Yokuzawa makin kalap sampai-sampai wajahnya memerah dan rambut Beliau yang awalnya klimis licin, kini berantakan karena dia gusar sendiri.     

Dikarenakan televisi itu letaknya agak tinggi meski masih bisa digapai tangan pada bagian bawahnya, akhirnya karena kalap, Tuan Endo Yokuzawa pun menggunakan tongkat kayu di tangannya untuk memukul televisi itu.      

"OHH!" Semua orang di sana terkejut bukan kepalang akan tindakan kalap Tuan Endo Yokuzawa sampai memukul televisi segala.      

Namun, tentu saja ini sungguh menarik ketika direkam oleh awak media di situ. Apalagi ketika menyaksikan sendiri betapa kokohnya layar televisi itu meski dipukul bertubi-tubi sekuat tenaga menggunakan tongkat dan juga kursi besi di sana.     

"Kenapa tidak hancur! Kenapa tidak hancur?! Bangsat ini! Kenapa tidak hancur!!!?" teriak histeris Tuan Endo Yokuzawa.     

Mengetahui situasi makin aneh namun nyata, para anak buah Tuan Endo Yokuzawa segera membawa Beliau menyingkir dari tempat tersebut. Tim pengacaranya juga memerah malu atas kejadian barusan, dan ikut pergi.     

Wartawan ribut ingin bertanya-tanya, namun pihak sekuriti menyuruh mereka untuk mundur dan keluar dari ruangan menggunakan pintu lain di belakang sana.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.