Devil's Fruit (21+)

Pencarian Pada Zivena



Pencarian Pada Zivena

3Fruit 784: Pencarian Pada Zivena     
0

Sementara dua orang yang ternyata penculik anak kecil itu merasa girang akan penemuan mereka akan Zivena, bocah cilik itu justru menatap dua orang di dekatnya, bergantian.      

Setelah puas menatap, Zivena mengoceh antah berantah seperti biasanya, yang terdengar seperti mengomeli dua orang penculik tersebut.      

Si wanita yang paling dekat dengan Zivena malah merasa gemas. "Ya ampun! Ini dia kenapa lucu sekali! Aku jadi tak ingin menjualnya. Aku ingin jadikan dia anakku saja."     

Prianya menimpali, "Jangan ngawur! Kita butuh uang! Ayo, lekas beresi semua barang-barang, kita harus lekas pergi dari sini sebelum semua orang sadar kehilangan anak-anak mereka.      

Wanita itu terlihat enggan dan menatap Zivena sebentar dan berkata ke si cilik, "Kau tidak bisa jadi anakku. Semoga orang yang membelimu nanti memperlakukanmu dengan baik, yah! Tidak menjual organ-organmu."     

"Hei! Sudah!" Pria itu menegur rekannya. "Cepat bius dia dan masukkan ke koper!"      

Zivena melihat di sekelilingnya dan dia mendapati ada 3 koper ukuran besar yang sudah ada di ruangan itu.      

.     

.     

Sementara di tempat lain, Kuro menjerit heboh mengabarkan kepada Jovano yang baru saja masuk ke kamar bersama Ivy, bahwa Zivena tidak ada di kamar dia.      

"Hah? Kok bisa?" Jovano sampai ikut heran. "Tadi kan aku sudah kasi array pelindung ke dia! Kok bisa hilang?"     

"Gak tau, Jo! Zizi hilang! Zizi hilang! Bagaimana ini?! Kalau Mama dan Papa tau, bagaimana ini, Jo! Aduh! Ya ampun cari di mana, yah?!"     

Jovano pun segera ke kamar Kuro untuk melihat kondisi kamar. "Ini … kamar masih rapi," ucapnya. Lalu menyambung, "Kak Kuro waktu tinggalkan kamar, keadaannya seperti gini?"     

"Iya, seperti itu." Kuro masih tampak panik.      

"Waktu Kak Kuro keluar dari kamar, Zizi tidur?"     

"Iya, dia tidur setelah kamu pasangi array pelindung ke dia, kan?"     

"Dan Kak Kuro waktu keluar dari kamar, gak dikuntit siapa, gitu, dari lorong atau apa?"     

"Sepertinya enggak, Jo."     

Jovano makin heran dan kerutkan keningnya. Hotel ini jenis hotel modern yang pintunya akan secara otomatis mengunci sendiri jika tertutup. Hanya bisa dibuka dari luar menggunakan kartu kunci dan dibuka dari dalam secara biasa.      

Sedangkan menurut Kuro, di kamar saat itu hanya ada Zivena yang tertidur, dan kunci kamar selalu dibawa dia, oleh karena itu, tidak mungkin ada orang lain yang bisa masuk ke dalam kamar.     

"Astaga! Jangan-jangan Zizi yang membuka pintu itu sendiri dan keluar dari kamar?!" Kuro mulai berkesimpulan demikian.     

"Hah? Zizi keluar dari kamarnya sendiri?" Jovano tambah heran. "Tapi dia kan aku kasi array pelindung, tak bisa membuat siapapun memegang Zizi dan Zizi juga tak bisa keluar dari array jika array tidak aku nonaktifkan."     

"Aku lupa, ya ampun! Astaga! Matilah aku!" Kuro panik dan berjalan berputar-putar di kamar itu.      

"Lupa apa, Kak?" tanya Jovano ikut panik.      

"Lupa kalau Zizi itu kadang bisa nembus keluar dari array!" pekik Kuro. "Biasanya array yang dibuat Mama itu harus yang tingkat tinggi biar bisa kurung Zizi. Tadi kamu pakai array tingkat berapa, Jo?"     

"Waduh, tadi aku cuma pakai yang tingkat menengah standar saja, Kak, karena aku pikir, mana mungkin bocah kecil kayak Zizi bisa keluar atau jatuh dari array jenis itu." Jovano meremas rambutnya.      

"Cepat kita cari Zizi, Jo!"     

"Sebentar, aku ke kamar untuk minta ama Ivy diam di kamar aja. Kak Kuro bisa hubungi yang lain pakai anting komunikasi, tapi … jangan hubungi Mom dan Daddy, yah!"     

"Hu-um!"      

Maka, Jovano pun kembali ke kamar dia dan melihat Ivy sudah di atas tempat tidur, memainkan ponselnya dan telah memakai piyama tidur serta bergulung selimut.      

"Ivy sayank, Ivy cantik …" Jovano mendekat ke tempat tidur adiknya. Ivy menoleh ke sang kakak. "Kak Jo mo keluar sebentar, Kak Jo mintaaaa banget Ivy nggak keluar kamar ini lagi, yah! Kalo mo keluar kamar, harus ijin Kak Jo dulu, oke?"     

Ivy mengangguk sambil tersenyum. Jovano lega adiknya tampak menurut. Kemudian dia pun segera keluar dari kamar untuk bergabung dengan para bocah lain mencari Zivena.      

"Gimana, Jo? Kamu bisa cium aroma Zizi, gak?" tanya Vargana ketika para bocah Blanche saling bertemu di lorong. Kebetulan kamar-kamar mereka memang berada dalam lantai yang sama.      

"Bentar." Jovano menerima salah satu baju Zivena dari Kuro dan menghirup sebentar baunya. Ia lalu berkonsentrasi memakai kekuatan indera dia untuk mengendus jejak bau Zivena.      

"Gimana, Kak Jo?" tanya Gavin dengan wajah cemas.      

"Ketemu! Di sana!" Jovano menunjuk ke arah lift. Para bocah pun bergegas ke lift.     

"Kok Zizi bisa ke lift, yah? Apa dia sudah bisa pakai lift? Dia kan masih belum 2 tahun dan pendek! Mana bisa dia menggapai tombol di lift?" Voindra bingung.      

Mereka menatap lift yang sengaja mereka tahan agar tetap membuka terus dan memandang bahwa memang tombol di lift hotel itu lebih tinggi daripada lift biasanya.      

"Ada dua kemungkinan." Jovano terus kerutkan dahinya. "Antara Zizi bisa melayang … atau dia diculik."     

"Diculik?!" Banyak bocah Blanche yang berseru tak percaya pada dugaan Jovano.      

"Yah, karena … gimana lagi Zizi bisa menghilang dari kamar dan jejak bau dia di sini?" Jovano menatap mereka.      

"Ayo kita lekas lacak keberadaan Zizi." Kuro berseru. "Jo, bisa kau lacak lagi bau Zizi, kan?"     

"Akan aku coba. Sebenarnya, ilmu daya lacakku masih dibawah Mommy. Aku belum bisa sekuat Mom untuk mengeluarkan Sniffer." Jovano mengeluh.      

Dan benar saja, Jovano kesulitan menemukan kelanjutan jejak dari Zivena di lift.      

Karena itu, mereka tak bisa mengetahui Zivena pergi ke lantai berapa.      

"Apakah kita harus minta bantuan Mama?" Kuro mulai gelisah, dia sampai menggigiti kukunya dengan sikap cemas.      

"Aduh, jangan kasi tau Mommy, Kak! Bisa berabe kita!" Jovano tak berani membayangkan akibatnya jika nanti ibunya tau mengenai kehilangan si anak. "Kita ke resepsionis aja untuk minta dikasi lihat rekaman cctv, siapa tau ada."     

"Ya sudah, ayo!" Kuro makin bersemangat dan optimis bisa menemukan Zivena.      

"Sebagian ikut aku ke bawah ke resepsionis dan sebagian lagi coba cek lantai demi lantai, yah! Andaikan Zizi diculik dan dia sedang membawa Zizi keluar dari kamarnya, siapa tau kalian bertemu dia." Jovano membagi kelompok.     

Semua bocah Blanche mengangguk. Maka, ditetapkan bahwa Jovano, Kuro, dan Shiro pun pergi ke bawah ke bagian resepsionis.     

Sedangkan bocah Blanche lainnya membagi diri mereka dalam kelompok dua orang untuk memeriksa tiap lantai di gedung resor itu.      

"Aku akan cek tangga darurat." Zevo menawarkan diri.      

"Aku akan periksa taman dan kolam." Gavin juga menawarkan diri.     

Mereka saling mengangguk dan mulai berpencar. Bocah-bocah yang tidak memiliki pengalaman bertempur seperti Kiran, Alyn, dan Kevon … tidak dibiarkan membentuk kelompok dan justru didampingi yang sudah berpengalaman di meda tempur seperti bocah Blanche.      

Gavin mengajak Kevon untuk memeriksa taman dan kolam. Shona mengajak Alyn memeriksa lantai lain. Voindra mengajak Kiran memeriksa lantai lain juga, sedangkan Zevo memeriksa tangga darurat sendiri.     

Untuk bocah yang lebih kecil seperti Xavea dan Vicario yang masih balita, mereka dibiarkan tetap tidur dan diberi array tingkat tinggi oleh Jovano agar tidak keluar dan tidak ada yang bisa mengambil juga.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.