Devil's Fruit (21+)

Mendapatkan Adegan Penculikan



Mendapatkan Adegan Penculikan

4Fruit 785: Mendapatkan Adegan Penculikan     
1

Jovano mendatangi resepsionis dan meminta pada petugas itu untuk memeriksa cctv pada lorong di gedung timur resor dan lift. Karena hotel resor itu tergolong besar dan luas, ada 2 gedung (timur dan barat) dan 1 sarana umum yang diapit 2 gedung tersebut seperti kolam tempat reuni Andrea.      

Petugas berkata bahwa pemeriksaan cctv hanya bisa dilakukan di ruang petugas keamanan. Jovano pun minta dibawa ke sana. Namun, petugas resepsionis dengan halus menolak dan mengatakan bahwa itu bukan sesuatu yang bisa dengan mudah diakses tamu.     

Shiro maju dan mendekat ke petugas resepsionis, menatap matanya dalam-dalam. Petugas itu juga kaget dan menatap mata Shiro. "Cepat bawa kami ke ruang keamanan."     

"Iya. Ayo." Petugas yang tadinya menolak, kini berkata dengan ringan, mengiyakan kemauan Shiro. Namun, matanya mendadak seperti orang kena hipnotis.      

Maka, di bawah hipnotis Shiro, petugas resepsionis pun berjalan diikuti kelompok 3 orang Jovano ke sebuah ruangan.     

Di ruang keamanan, mereka bertemu 2 petugas sekuriti di sana dan mereka terkejut serta heran kenapa rekan karyawan mereka membawa masuk 3 anak muda ke ruangan mereka.      

"Dengar, Pak …" Jovano maju ke petugas sekuriti yang berdiri ketika melihat kehadiran kelompok Jovano. "adik kami sepertinya hilang atau tersesat, atau bahkan ada indikasi diculik di hotel ini." Ia pun secara gamblang menceritakan kronologisnya, tentu saja selain mengenai array dan mengendus jejak bau.      

Petugas keamanan itu terperangah tak menyangka ada kejadian seperti demikian di hotel mereka. "Kalau memang ada kejadian seperti itu, maka kita harus bergerak cepat."     

Petugas satunya lagi segera saja memeriksa cctv di lantai yang ditempati Jovano. Dan benar saja, di lorong itu terlihat pertama-tama Ivy keluar dari kamar, lalu diikuti Zivena yang juga keluar dan berjalan di belakang Ivy tanpa Ivy ketahui.     

Jovano dan duo hybrid kaget melihat itu. Itu seperti Zivena melongok ketika Ivy keluar dari kamar, lalu diam-diam mengikuti, sedangkan Ivy berjalan cepat masuk ke ruang tangga darurat, namun tanpa Zivena.      

Sedangkan, ketika Zivena sendirian di lorong dan mondar-mandir, tiba-tiba lift terbuka lagi dan muncul seorang lelaki besar dan bercambang, bertemu dengan Zivena dan dia menoleh kanan kiri sebelum akhirnya menarik tangan Zivena untuk masuk ke lift lagi.     

"Dia menculik Zizi! Dia penculiknya!" jerit Kuro.      

"Pak, tolong cek, kemana lelaki tadi, turun di lantai mana." Jovano semakin berdebar-debar.     

Petugas pun mulai mencari cctv yang tepat dan menemukan pria tadi yang berjalan menggandeng Zivena ternyata turun di 2 lantai di bawah lantai Jovano.      

"Coba telusuri, Pak … mereka masuk ke kamar nomor berapa." Jovano terus menatap ke layar di depannya.      

Petugas itu membesarkan gambar di layar dan terlihat pria itu akhirnya masuk ke sebuah kamar. Petugas pun mengatakan nomor kamar itu ke Jovano.      

"Aku akan ke sana!" Kuro pun melesat setelah dia mengetahui kamar mana yang ditempati lelaki itu.      

Sedangkan Jovano dan Shiro masih ada di ruang itu.      

"Pak, tolong periksa rekaman lorong tadi, apakah orang itu sudah keluar atau belum," pinta Jovano.      

Petugas itu memutar rekaman di lorong itu sesuai dengan jam kejadian dan kemudian mempercepat sampai ada pergerakan dari kamar tersebut.      

"Astaga! Mereka sudah keluar! Jam berapa itu?" pekik Jovano ketika melihat ada pria dan wanita keluar sambil masing-masing menyeret 2 buah koper besar. "Itu pasti ada Zizi di dalam koper itu!"     

"Itu terjadi di … 49 menit lalu." Petugas itu memeriksa waktunya dan mendapati bahwa sepasang orang mencurigakan itu keluar dari kamar mereka dengan 4 koper di 39 menit lalu.      

"Sialan! Itu pasti waktu aku baru diberitahu Kak Kuro kalau Ivy hilang!" Jovano meninju telapak tangannya sendiri. Rasanya dia tidak hanya ingin meninju tapi juga membalikkan meja dan melobangi dinding saking marahnya.     

"Jo, mereka sudah keluar dari hotel." Shiro menatap di layar bahwa sepasang pria dan wanita itu sudah memasukkan koper mereka ke dalam bagasi mobil jenis SUV dan meninggalkan hotel.     

"Pak, bisa tolong perjelas mobil itu? Bagus lagi jika bisa tertangkap nomor polisinya." Jovano sungguh berharap nomor polisi mobil itu terlihat di cctv.     

"Duh, maaf … ternyata cctv tak bisa menjangkau sampai ke bagian mobil mereka." Petugas itu meminta maaf. Dia sudah berusaha untuk melakukan zoom out ke arah mobil yang diparkir di depan pintu masuk hotel dan ternyata karena terlalu jauh, tidak bisa melihat jelas di sana.     

Tiba-tiba saja Jovano merasakan anting komunikasi dia bergetar di telinga dia, menandakan ada yang menghubungi dia.      

"Jo." Ternyata Zevo.      

Jovano berlagak mengambil ponselnya dan menempelkannya di telinga agar terkesan dia sedang berbicara dengan orang lain karena masih ada petugas di sana. "Ada apa, Zev?"     

"Di anak tangga darurat, aku malah cium jejak bau yang agak familiar, tapi sepertinya bukan Zizi." Zevo berkata sambil menekan antingnya.      

Zevo memang setibanya di tangga darurat sempat mengendus bau yang familiar, tapi berbeda dengan bau dari baju Zivena. Ia akui ilmu pelacak dia tidak sehebat Jovano atau Andrea, tapi dia masih bisa jika hanya mencium bau yang jelas saja.      

"Lalu, itu bau siapa, Zev?" tanya Jovano, masih berakting menerima telepon.      

"Itu bau Ivy kurasa. Apa mungkin Ivy sempat mendatangi ruang tangga darurat?" Zevo kerutkan dahinya.      

Jovano jadi galau sendiri. Dia memang tau adiknya sempat keluar dari kamar untuk menemui orang yang menyelamatkan dia, namun tak mengira bahwa Ivy justru memilih tangga darurat ketimbang pakai lift.     

Lalu Jovano pun berasumsi bahwa sang adik menggunakan tangga darurat agar bisa berjalan sangat cepat tanpa tertangkap kamera cctv, karena biasanya tidak ada cctv di tangga darurat.     

Ya, pasti begitu. Jovano mengapresiasi sang adik yang berpikir cerdas menghindari mengekspos kekuatannya di depan mata manusia.      

"Zev, lebih baik kau keluar saja dari ruang itu, Zizi sudah dibawa keluar dari hotel."     

"Oleh siapa?"     

"Penculiknya."     

Maka, pembicaraan disudahi. Jovano juga menghubungi Gavin untuk menceritakan mengenai penemuan dia soal Zivena melalui rekaman kamera cctv.      

"Gav, bawa keluar Kevon dari sana dan kembali saja di lantai kita. Tunggu aku di sana."     

"Oke, Kak Jo."     

Sementara itu, petugas keamanan bertanya ke Jovano. "Lebih baik kita segera hubungi polisi, oke?"     

Jovano menimbang ini dan itu. "Mungkin tidak usah." Ia berpikir bahwa ini mungkin bisa dilakukan kelompok mereka saja tanpa melibatkan polisi.      

"Tapi kasus ini marak terjadi di Bali, Nak." Petugas itu membantah Jovano.      

"Marak?" Jovano dan Shiro hampir berbarengan berbicara.     

"Iya, akhir-akhir ini banyak terjadi penculikan anak kecil di daerah wisata."      

Jovano dan Shiro saling berpandangan. Ternyata ada kejadian begitu!     

Tidak terduga, anting Jovano bergetar lagi. Jovano lantas berlaku menempelkan ponselnya lagi sambil diam-diam menekan antingnya.     

"Jo! Kalian semua di mana?! Kok Mama cek kamar kalian pada kosong cuma ada Ivy dan dua balita?!"     

Mampus! Itu Andrea!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.