Devil's Fruit (21+)

Ke Bamboo Craft Danang



Ke Bamboo Craft Danang

4Fruit 790: Ke Bamboo Craft Danang     
2

Akhirnya, rombongan Andrea pun pergi bersama-sama ke daerah Ubud, tempat workshop milik Danang berada.      

Rombongan dibagi menjadi 2 kelompok. Yang ikut Andrea dan ikut Myren.      

Di rombongan Andrea ada dia, Dante, Ivy, Zivena, Gavin, Kuro, Shiro dan Jovano.      

Sedangkan sisanya, yaitu rombongan Myren memilih untuk ke Pasar Seni Ubud. Di sana mereka bisa membeli berbagai oleh-oleh untuk dibagikan ke kolega dan teman-teman di Jepang.      

Bahkan jiwa dagang Myren langsung berkobar ketika melihat beberapa benda unik yang dia yakin bisa dijual di butiknya. Ia segera berkomunikasi dengan pedagangnya untuk mengajak berbisnis.      

Di rombongan Myren tidak ada keluarga Revka, karena mereka memiliki jadwal kegiatan sendiri.     

Setelah rombongan itu puas berkeliaran di pasar seni tersebut, Myren menentukan arah ke Podd Choco Factory and Cafe, tempat mereka bisa melihat pembuatan coklat dari dasar sampai akhir. Kemudian, juga bisa bermain dan berfoto dengan beruang madu yang manja dan jinak.     

Di pihak rombongan Andrea, begitu mereka datang, Danang sudah menyambut di depan workshop dia karena sebelumnya sang Cambion memang sudah memberitahu teman masa kecilnya itu bahwa mereka akan datang.      

Ivy yang bertemu lagi dengan Danang, tersenyum agak malu-malu ketika Danang menyapa dia. Jovano senang melihat adiknya sudah bisa berinteraksi dengan orang baru, namun tidak bagi Gavin.      

Gavin memang selalu menempeli Ivy dalam banyak kesempatan, karena di mata Gavin, Ivy tampak sangat unik, misterius, dan sikap apatis Ivy itu sungguh menggugah rasa penasaran Gavin.     

Bagi Gavin, dia seperti menemukan sosok gadis Lolita gothic yang banyak terdapat di anime pada diri Ivy. Apatis, pendiam, dingin, namun sangat cantik dan menggemaskan.      

Maklum saja, Gavin ini pecinta anime tingkat tinggi yang bisa dikatakan seorang otaku.      

Apalagi jika Ivy didandani dengan penampilan cosplay tokoh anime, Gavin bisa menggila memujinya.     

Tapi, meski begitu, Ivy tidak pernah menanggapi apapun pujian Gavin, meski hatinya senang karena dipuji, namun dia tidak terlalu merespon setiap Gavin mengajaknya bicara.     

Memang tampak konyol bila dilihat orang lain, dimana Gavin sibuk mengajak bicara pada Ivy, sibuk memuji Ivy, namun gadis itu bersikap dingin dan tidak menjawab selain dengan tatapan malas atau anggukan kecil saja.     

Poor Gavin.     

Meski begitu, Gavin semakin terpesona dengan sikap dingin Ivy yang dinilai mirip dengan tokoh waifu dia di anime. Ahh, biarkan sajalah Gavin dengan segala imajiliar serta khayalan dia mengenai Ivy.     

Ketika Gavin melihat Ivy terus saja senyum-senyum pada Danang, ia jadi merasa heran. Kenapa bisa begitu? Gavin pun memandangi Danang untuk tau apa hal dari lelaki seumuran Andrea itu yang bisa membuat Ivy bertingkah aneh demikian.      

Sementara itu, Andrea sibuk bertanya-tanya pada Danang mengenai apapun yang sedang dikerjakan di workshop tersebut.      

"Nang, berarti ini nanti kan mereka bakalan elu tarik ke toko lu kalo mereka udah kelar dari sini, gitu yak?" tanya Andrea sambil melihat satu demi satu para peserta di workshop tersebut.     

"Kalo mereka berminat, sih, bisa aja gue tawarin kerja di bengkel seni and craft gue. Tapi kalo mereka punya planning sendiri, yah terserah mereka juga kalo mo bikin craft sendiri nantinya." Danang menjelaskan.      

"Mana bengkel craft elu?" tanya Andrea ingin tau.      

"Di belakang workshop ini, ayok dah gue ajak lu ke sana untuk liat-liat jualan gue." Danang pun mengajak rombongan Andrea untuk pergi ke arah belakang yang lebih luas, yang ternyata itu seperti sebuah showroom.      

"Wuaahh! Nang! Keren banget ini!" Mata Andrea berbinar melihat meja kursi, box, tas, lampu, keranjang unik, gelas, alat makan, dan banyak lagi hasil karya kerajinan dari bambu.      

"Gimana? Beneran keren, ya kan?" Danang tampak senang dapat pujian dari teman masa kecilnya.     

Andrea mengangguk kencang. "Sumpah deh, Nang! Gue jadi makin kenceng kepingin bikin resto tema bambu!" Ia pun menoleh ke Dante. "Gimana, setuju kan, Dan?"     

Dante mengangguk-angguk sambil matanya melihat ke sekeliling ruangan yang dipenuhi berbagai craft dari bambu dan semuanya terlihat unik serta menarik. "Setuju, sayank. Nanti temanya bambu dan menunya?"     

"Masakan khas Indonesia, donk!" Andrea berbinar ketika mengatakan itu.      

Andrea melhat satu area yang memajang berbagai tas dari bambu. Ia pun ke sana dan Ivy mengikutinya. "Ya ampun! Ini keren banget!" Ia mengangkat salah satu tas tangan yang bentuknya unik dari jalinan bambu yang dibentuk setengah lingkaran. "Gue beli yang ini! Sumpah ini keren! Iya, kan Ivy honey?" Ia menoleh ke putri sulung di sebelahnya sambil mengangkat tas tersebut.     

Ivy mengambil sebuah tas cangklong kecil dari bambu dan mengenakannya. Lalu tersenyum samar ke ibunya dan kemudian ke Danang ketika lelaki itu memuji keserasian Ivy memakai tas itu. "Suka ini."     

"Oke, gue beli yang ini, ini, itu, dan ama pilihan anak gue ini." Andrea menunjuk berbagai tas berbagai model dan warna. "Ivy honey, pilih lagi yang lain yang kamu suka, gih!" Lalu dia menoleh ke Kuro dan bertanya, "Kamu pilih juga, yah sayank."     

Kuro mengangguk dan dia membawa sebuah tas cangklong bentuk bundar. "Ini keren, Ma! Aku suka!" Ibunya pun mengangguk setuju akan pilihan si anak hybrid.     

Andrea sudah memilih beberapa tas tangan yang bentuknya mirip seperti tas-tas merek mahal namun ini dari anyaman bambu yang bagus dan terlihat mewah.     

Sungguh ajaib, Ivy patuh akan ucapan ibunya dan dia berkeliling ditemani Gavin. Jovano dan Shiro memilih melihat craft bambu berbentuk miniatur perahu, motor, atau benteng, lalu mendiskusikannya.      

Dante yang menggendong Zivena, sedang melihat-lihat peralatan makan dan furniture dari bambu. "Gelas bambunya bagus. Terlihat rapi dan halus."     

"Iya, Dan! Itu nanti bisa jadi peralatan makan minum di resto bambu kita!" timpal Andrea yang mendengar. "Woah! Liat, tuh! Chandelier dari bambu! Gilak, deh lu Nang! Gue juga beli ini! Bisa kirim ke Jepang, kan?"     

"Bisa, dong! Gue udah berkali-kali ikutan pameran di sana, kok!" Hidung Danang kembang-kempis bangga.     

Dengan tatapan takjub, Andrea mengamati sebuah chandelier atau lampu gantung dari susunan batang bambu yang dibentuk menggerombol melingkar dan berjenjang.      

"Itu bisa untuk berapa lampu kecil, tuh rongga bambunya? Satu, dua, tiga … empat puluh?" Dahi Andrea sampai berkerut saking heran dan juga takjub.      

"Sini gue ajak liat chandelier itu yang udah ada bohlam lampunya aja." Danang menggiring Andrea ke dalam sebuah ruangan yang seperti ruang tamu dan menyalakan chandelier serupa yang dilihat Andrea tadi dan ruangan gelap itu mendadak terang benderang begitu Danang menyalakan chandelier bambunya.     

"Astaga! Gue mau ini! Gue mau ini, pokoknya! Ship ke Jepang!" Andrea sampai tidak bisa mengontrol hype dia ketika melihat gantungan lampu tersebut. Itu terlalu indah dan eksotik untuk dilewatkan!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.