Devil's Fruit (21+)

Kembali ke Aktivitas Semula



Kembali ke Aktivitas Semula

4Fruit 793: Kembali ke Aktivitas Semula      2

Siang ini, mereka semua kembali ke Jepang karena esoknya anak-anak sudah harus mulai bersekolah. Semua akan kembali ke kehidupan masing-masing.      

Dan ketika sorenya sampai di Jepang, disambut dengan turunnya salju pertama di Tokyo. Mendadak, suasana jadi melankolis, syahdu, dan penuh kehangatan.      

Tokyo termasuk prefektur (daerah setingkat provinsi jika di Indonesia) yang tidak terlalu ada banyak salju dalam setahunnya, tidak seperti Hokkaido yang ada di utara yang saljunya bisa begitu tebal di saat musim dingin.      

Salju di Tokyo juga sedikit dan kadang terjadi sangat singkat. Selain Tokyo, Osaka dan Fukuoka juga jarang sekali turun salju. Kyoto pun termasuk tidak memliki salju yang tebal. Meski begitu, di sana masih bisa ditemukan salju yang cukup tebal menumpuk di daerah pegunungan.     

Sambil mengendarai mobil dalam perjalan pulang ke Roppongi Hills, Dante memeluk Andrea di mobil sambil diiringi suara musik lagu-lagu romantis.      

"Kata petugas di Bandara tadi, ini salju pertama musim dingin tahun ini di Tokyo, yank." Dante menyetir sambil memeluk istrinya dan sesekali mengecup kepala sang istri yang bersandar padanya.      

"Hu-um. Apalagi biasanya salju di Tokyo cuma itungan hari doang lalu ilang. Gak selebat di Hokkaido. Ahh … jadi kangen main salju di Hokkaido." Andrea membalas tanpa mendongak ke suaminya, tetap memandang ke depan.      

"Ohh, vila tempat dulu kamu trip bersama Gio, kan?" Dante pernah mendengar cerita mengenai itu.      

"Iya. Dan Ivy lahir di sana, sebenarnya. Hi hi …" Andrea terkikik ketika mengenang kejadian itu. Berlibur bersama keluarga dan teman di vila musim dingin nan mewah di Hokkaido, lalu kedatangan serangan kecil dari para vampire pimpinan Emanuela, dan kemudian Andrea malah melahirkan Ivy.     

Ivy yang tidak tidur sejak tadi mendengar ucapan ibunya. Mendadak dia rindu pada sosok sang ayah. Ayah yang dia rindukan sejak 5 tahun lalu. Apa kabar Beliau sekarang? Kenapa lama sekali tidak pulang dari yang katanya berobat di tempat yang tidak terjangkau mereka? Batin Ivy terus bertanya-tanya mengenai itu.      

Ia melirik ke samping kanan, ada Zivena yang sudah lelap dalam baby seat khusus dia dan di samping kiri ada sang kakak, Jovano, yang sedang asik dengan ponselnya.      

Setelah perjalanan selama beberapa jam, rombongan mobil itu pun sudah tiba di kawasan mansion milik Andrea. Semua orang pun turun dari mobil dan barang-barang dibawa para pria, dari Gavin yang paling kecil sampai Dante.     

Sebenarnya Andrea ingin Kyuna ikut kembali ke mansion, tapi dia dan keluarganya lebih memilih ke Alam Cosmo saja. Andrea bertanya-tanya, apakah anak-anak Kyuna masih takut dengan Ivy?     

Karena Andrea mengharagai keputusan Kyuna dan Rogard, maka dia membiarkan itu dan mengembalikan keluarga itu ke Alam Cosmo setelah beberapa hari ikut bersenang-senang di Bali.     

Malamnya, salju turun makin deras. Semua orang sudah masuk ke kamar masing-masing sambil membawa minuman hangat favorit mereka masing-masing.      

Dante terus memeluk istrinya sambil mereka membiarkan jendela tidak ditutupi gorden agar bisa melihat turunnya salju di luar.      

Karena suasana makin terasa syahdu, Dante pun merasakan libidonya turut naik dan mulai menggerayangi Andrea. Sang istri juga tidak menolak dan membiarkan suaminya berbuat apa yang dimau.     

Setelah semalaman melakukan pergumulan penuh bara, Dante pun berkata sebelum sang istri lelap. "Kenapa kita tidak pergi ke vila di Hokkaido?"     

Andrea menatap sang Nephilim. "Kamu pengin ke sana?"     

Dante mengangguk. "Aku belum pernah ke sana. Juga nanti kalau musim panas sudah datang, aku ingin ke beach house punya Ayah."     

Sang Cambion berpikir sejenak lalu tertawa kecil. Tangan lentiknya menyentuh pipi sang suami dan mengelus rahang tegas Dante. "Ini gak gegara cemburu atau iri karena aku pernah ke dua tempat itu tadi bareng Gio, kan?" goda Andrea.      

Dante tersenyum. "Iri ada, tapi cemburu tidak. Aku juga ingin merasakan kebahagiaan yang dirasakan Gio. Itu saja." Ia mencubit lembut pipi istrinya.      

"Bo-ong. Hi hi … bilang cemburu aja napa? Aku malah senang kalo kamu bisa cemburu." Andrea makin menggoda sang suami.      

"Kenapa harus cemburu pada Gio? Kalau aku cemburu padanya, aku takkan membiarkan dia menyentuh dan menyetubuhimu berulang-ulang di depanku," elak Dante tak mau kalah.      

Tapi Andrea malah makin tergelak geli. Ini mengakibatkan tuan Nephilim sekali lagi berhasrat untuk membuat sang istri kembali merintih di bawah tekanan tubuhnya.      

Keesokan harinya, Dante dan Andrea bangun agak siang. Anak-anak sudah diantar oleh Kenzo ketika keduanya turun bersama-sama ke ruang makan.      

Di sana ada Shelly sedang membantu Zivena makan dan Kuro juga sedang belajar memasak.      

"Mama! Papa!" sapa Kuro ketika tau ayah dan ibunya masuk ke ruang makan. "Akhirnya kalian bangun juga!"     

Mendengar celoteh Kuro, Andrea jadi tersipu malu. Ini memang bangun tidur dia yang paling siang selama Kuro tau.      

"Masak apa, sayank?" tanya Andrea sebagai pengalihan topik karena saking malunya ketahuan apa yang membuat dia dan Dante bangun sangat siang.      

Kuro menoleh ke ibu angkatnya yang sudah mendekat di belakangnya. "Masak rendang, Ma. Kata Tante Shelly, rendang itu makanan nomor satu yang paling enak sedunia ini menurut penilaian sebuah survey apa, yah? Ya, kan Nte Shel?" Ia melongok ke arah Shelly.      

"Iya, Kuro." Shelly sedang memunguti nasi yang berceceran di sekitar meja makan khusus untuk Zivena.      

Dante juga ikut mendekat dan mencicipi bumbu rendang yang sedang diproses Kuro. "Hm, sepertinya dagingnya kurang empuk dan santannya kurang banyak lagi."     

Kuro melongo. "Pa, kau hanya mencicip bumbunya saja, kenapa bisa sampai tau tentang dagingnya?" Ia heran.     

Andrea terkekeh sambil tepuk-tepuk bahu anak angkatnya. "Jangan remehkan skill papa kamu soal memasak. Bahkan dia juga bisa tau kamu nyuci bahan-bahannya apa enggak."     

"Heh?!" Kuro sampai linglung. Lalu karena dia tidak percaya, ia pun mengambil sepotong daging yang sudah dia ceburkan ke wajan dan menggigitnya. Shelly dan Andrea juga melakukan hal sama.     

Dan mereka serempak berkata, "Dagingnya belum empuk."     

"Ha ha! Betul belum empuk!" Kuro menertawakan dirinya sendiri.     

Akhirnya, ia pun mendapatkan petunjuk dari Dante, sang master chef, dan mengulang lagi prosesnya dari awal.     

Meski harus bersusah payah lagi, tapi Kuro puas karena hasilnya dengan bimbingan sang ayah angkat ternyata memang enak dan memuaskan.     

"Hm, ini persis rendang yang di warung nasi padang, nih!" puji Andrea dan Shelly mengangguk setuju.      

"Ha ha! Akhirnya aku bisa membuat makanan paling enak sedunia manusia ini! Woo hoo!" Kuro mengangkat tangannya yang terkepal di udara.      

Zivena yang sudah selesai makan dari tadi pun ikut mengangkat tangannya ke atas dengan gaya canggung lucu dan berseru, "Wuhuu!"     

Semua yang ada di ruangan itu pun tergelak.      

"Oh ya," ucap Dante setelah mereka selesai menertawakan lagak lucu Zivena. "aku dan Andrea mungkin akan pergi berlibur musim dingin di Hokkaido."     

"Di vila Keyaki," sambung Andrea.     

"Itu bukannya vila tempat kita berlibur di musim dingin dulu itu, Ndre?" tanya Shelly.     

Andrea mengangguk. "Iya, tempat Ivy lahir." Ia terkekeh.      

"Woaahh! Kita akan berlibur lagi?" Kuro langsung bersemangat.      

"Hanya Papa dan Mama saja kali ini." Dante mencubit hidung anak hybrid-nya.      

Kuro mengerucutkan bibirnya. "Tidak bersama-sama yang lain seperti kemarin di Bali?"     

Andrea pun memeluk sang anak angkat. "Nanti kita ke sana bareng-bareng yang lain kalo akhir pekan yang cocok, yah! Kali ini … papamu minta dimanjain berdua aja di sana." Ia tersenyum penuh makna ke Kuro.      

Si hybrid pun paham maksud dari ucapan ibunya. Dia sudah tidak selugu dulunya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.