Devil's Fruit (21+)

Ada Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso



Ada Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso

0Fruit 797: Ada Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso     
3

Kenzo dan Dante mulai mengerjakan taman belakang.      

Tuan Panglima sudah menaruh semua bibit pohon sakura di sepanjang jalan menuju ke ujung tempat nanti Zivena tiup lilin.      

Sedangkan si Nephilim bertugas untuk mengubah rumput di halaman belakang menjadi rumput yang mirip seperti di lapangan bola.      

Kenzo sudah menanam banyak inti Kristal elemen bumi ke sekitar akar pohon sakura, sehingga hari demi hari, pohon itu bisa lekas tumbuh besar dan tinggi serta dahannya begitu banyak bercabang, sehingga nantinya pasti ketika bunganya mekar, akan terlihat rimbun dan hebat.      

"Ini nanti mekarnya kapan, Zo?" tanya Andrea ketika sudah H-7 dari pesta ulang tahun.      

"Sekitar tiga sampai empat hari lagi, Tuan Putri. Atau hendak dimekarkan tepat ketika perayaan?"     

"Jangan, jangan, mekarnya biar sebelum perayaan aja. Jadi, ntar waktu tamu datang, udah pada mekar penuh dan lebih keren."     

"Baiklah, Putri. Ini mereka sudah setinggi pohon sakura dewasa dan cabang juga sudah memunculkan kuncup bunga."     

"Ini warnanya apa? Satu warna, kan?"     

"Warnanya merah muda lembut, Putri. Atau Putri ingin diganti dengan warna yang lebih tua?"     

"Gak usah, gak usah, yang kayak biasanya di Jepang aja, yang pink lembut. Oh, beb, ingatkan aku tentang seorang pembuat teh sakura. Nanti dia akan aku tempatkan di antara meja hidangan lainnya."     

"Apa nanti kita bakalan pindahkan lemari copy paste ke sini?"     

"Lemari yang ada di Tropiza, yah? Hm, gak usah. Nanti aku aja yang beli di Underworld." Andrea tak ingin Tropiza tutup di hari itu hanya karena lemarinya akan dipinjam ke acara perayaan ulang tahun Zivena.      

"Urusan lemari yang itu, serahkan ke Ayah saja." Tiba-tiba, pintu ruang terbuka dan muncullah King Zardakh dari dalamnya.      

Andrea mendadak girang. "Nah, bagus tuh! Gitu, dong, kalo jadi simbah!"     

"Anggap itu kado dari Ayah ke Zizi, yah!" tambah King Zardakh.      

"Dih! Ntar kado harus ada sendiri, lah! Jangan pelit, napa?" rutuk Andrea di depan ayahnya.      

"Yah, siapa suruh Zizi selalu mengomeli Ayah?" lirik King Zardakh pada bocah yang duduk tak jauh dari Beliau berdiri.     

Kontan saja Zivena benar-benar mengomeli King Zardakh dengan kalimat antah berantah disertai ekspresi wajah mirip orang mengomel.     

Yang ada di ruangan itu pun tertawa geli, menertawakan kemalangan seorang kakek yang sering diomeli cucunya yang masih bayi. Seberapa langka itu?     

"Ya udah, Beh! Nanti kirim lemari copy paste ke sini H minus 1, yah! 4 biji!"     

King Zardakh melotot. "Hah? 4 biji? 2 saja yah, anakku sayang …"     

"Beh, jangan pelit." Andrea menyipitkan matanya. "Jangan pelit biar rejekinya gak sempit, Beh!"     

"Huff …" King Zardakh menghembuskan napasnya. Ia berpikir, apakah kedatangan dia ke sini adalah sebuah kesalahan?      

"Jangan bilang Babeh udah bangkrut, yah!" selidik Andrea.     

"Tidak lah, Nak! Mana mungkin Ayah bangkrut? Itu sangat mustahil! Tidak mungkin!" tolak King Zardakh dengan sikap tegas.      

"Ya udah, buktikan aja kalo emang gak bangkrut. 4 biji lemari copy paste adalah pembuktiannya."     

King Zardakh mendesah lirih. Ia memang terlalu tak bisa menolak jika berkaitan dengan Andrea. Mungkin ini akibat cinta dia yang terlalu mendalam pada ibu Andrea, makanya sang raja lebih memanjakan si Cambion ketimbang anak lain Beliau.     

"Oke, 4 lemari. H minus 1." King Zardakh mendesahkan kalimat itu dengan wajah pasrah.      

"Nah, gitu dong! Itu namanya simbah sayang cucu!"      

Andrea sudah mengatur bahwa nanti lemari akan ditempatkan di dalam ruangan khusus yang bisa dikatakan dapur darurat yang diletakkan di dekat tempat pesta.      

Sudah dipersiapkan beberapa iblis yang bertugas menjadi pelayan dan mereka tidak perlu mengubah wajah mereka menjadi seperti selebritis dunia, cukup berwajah tampan dan cantik saja, itu sudah cukup.      

"Jadi gini … ntar … dapur khususnya dijaga dua iblis yang akan bikin bunyi-bunyi seperti orang lagi masak. Nah, pelayan akan bawa makanan keluar dan nanti makanan bisa ditempatkan di meja panjang dekat pintu masuk ke lorong sakura."     

"Meja panjangnya gak ditaruh di dekat kue tart Zivena nanti?"     

"Mendingan nggak, deh. Semua meja ala prasmanan di taruh di ujung depan lorong sakura aja, biar para tamu bisa langsung bawa makanan ke karpet mereka."     

"Ndre, usul. Gimana kalo disediakan daftar menu juga di masing-masing karpet? Jadi, misal ada yang ingin nambah atau ingin makanan lainnya dan mereka udah terlanjur duduk, mereka bisa angkat tangan untuk panggil pelayan dan nantinya pelayan yang akan ambilkan makanan sesuai yang tamu mau?"     

"Ahh, ya! Bisa juga tuh usulnya, beb!"     

"Itu juga berlaku untuk minuman, yah?"     

"Yups! Makanya aku minta ke Babeh untuk kasi 4 lemari. 2 untuk makanan, 2 untuk minuman."     

"Baiklah, aku akan buat dapur khusus itu sekarang." Kenzo pun mulai bergerak.      

"Dan, ntar kamu mulai masak begitu lemarinya datang, yah."     

Tuan Nephilim mengangguk dan menyahut, "Iya, sayank. Jangan khawatir."     

"Ato perlu aku suruh Babeh majuin hari pengiriman?"     

"Tak usah, sayank. Aku sanggup menyediakan semua makanan yang kamu mau dalam sehari."     

"Gue berasa punya lakik ala Bandung Bondowoso." Andrea tergelak.     

"Dan kamu Roro Jonggrang-nya, yah Ndre. Hi hi …"     

"Iya, ha ha! Tapi aku gak bakalan minta dibikinin seribu candi, kok! Palingan seribu makanan aja. Hei, kau Prabu Dante, buatkan aku seribu hidangan jika kau ingin mempersunting aku." Andrea berpolah bagai sedang berakting.     

Dante lekas meraih pinggang istrinya dan berkata di dekat wajah Andrea, "Seribu, Tuan Putri? Seribu, katamu? Apa kau sedang meremehkan kekuatanku? Kenapa tidak sepuluh ribu?"     

Shelly terbahak-bahak menyaksikan adegan itu. Andrea malah tersipu dan mendorong wajah sang suami sambil melepaskan diri.     

-0-0-0-0-     

"Gimana list-nya? Udah pada ngisi semua?" tanya Andrea di grup chat teman SMA dia.      

"Udah, Ndre. Udah kekumpul sekitar tiga puluh tujuh orang."     

"Itu ngitungnya bareng anak-anaknya apa kagak?"      

"Belom ama pasangan en anak-anak, lah!"     

"Ya udah, gue sediakan kamar apartemen sebanyak 37, yah! Tapi mungkin itu kagak di satu daerah aja, bisa gue pencar ke kota lain, gak apa, kan?"     

"Yang penting gratis, ya kan Ndre?"     

"Iya, gratis di sono sehari semalam doang, yah! Abis itu, get out! Kalo kesengsem nginep di sono, bayar sendiri perpanjangan harinya, yak!"     

"Tempatnya luas, gak Ndre?"     

"Bisa untuk 4 orang. Komplit ada ruang tengah, dapur en ruang makan. Kamar ada 2 en ada kamar mandi dalam. Pas kan untuk satu keluarga dengan 2 anak? Kalian gak pada jadi kelinci yang beranak banyak, kan?"     

"Etdah, Ndre! kayak elu gak kelinci aja!"     

"Ha ha! Oh ya, karena gue lagi baek, gue bakalan traktir tiket ke Jepang, deh!"     

"Lah, pulangnya?"     

"Ya elu beli sendiri, lah!"     

"Ya udah, gak apa-apa, gaes! Ntar kalo kita kebanyakan belanja di sono ampe duit abis, kita cukup ngegelandang aja di Jepang. Ato numpang idup ke Andrea. Dia kan sultonah!"     

"Anjir dah kalian!"     

-0-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.