Devil's Fruit (21+)

Menikmati Blossom Cherry



Menikmati Blossom Cherry

2Fruit 800: Menikmati Blossom Cherry     3

Ketika Zivena mengomel di kerumunan yang mengitari Jovano, para gadis-gadis itu pun hanya bisa tersenyum gemas memandang Zivena yang sangat lucu menggemaskan.      

"Ha ha ha … rasakan kalian dapat omelan dari Zizi …" Jovano terkekeh sambil dia mengangkat dan menggendong sang adik.     

"Ouwhh … namanya Zizi?"     

"Namanya cantik, seperti bocahnya!"     

"Jangan mulai merayuku." Zivena mulai lagi. "Jangan harap hanya karena kalian memberikan puji dan rayu padaku maka aku akan luluh dan memaafkan kalian?"     

"Ya ampun … bocah ini sangat menggemaskan! Rasanya ingin aku culik saja! Zizi, kau mau, kan, aku culik sehari saja!"     

"Tidak mau!" pekik Zivena dengan nada lucu. "Dan untuk informasi bagimu, nama lengkapku adalah Zivena. Catat itu dalam benak kalian. Zivena Zargas. Kalian harus tau … Zargas adalah nama dari Papa, karena dia adalah—phh."     

Jovano sudah buru-buru membekap mulut Zivena menggunakan tangannya dan lekas serahkan sang adik bungsu pada ibunya. "Ha ha … dia cerewet sekali, kan?" ucap Jovano ke kawan-kawan perempuannya.      

Andrea pun membawa Zivena ke "singgasana" si bocah di sebuah panggung rendah dari kayu dan mendapatkan karpet paling empuk dan nyaman.      

Itu memang lebih baik daripada Zivena berkeliaran sambil membuka rahasia keluarganya. Itu bisa gawat.      

"Nah, Zizi duduk sini aja ama Mama, yah!" Andrea mendudukkan Zivena pada karpet dari bulu Beast warna putih.      

"Mama, mereka itu harus diajarkan sopan santun jika bertamu ke rumah orang lain." Zivena masih kesal pada para tamu yang seakan datang ke pesta dia ini hanya untuk bertemu dengan saudara-saudara dia lainnya dan mengabaikan si bungsu.      

Karena Andrea sudah paham seberapa cerewetnya si anak kalau sedang kesal atau ingin mengomel, maka sang Cambion memilih untuk mengiyakan saja. "Iya, Zizi sayank, nanti akan Mama sampaikan keluhanmu ke ibu-ibu mereka."     

Zivena tampak puas dan berkata. "Jangan sampai lupa akan itu, loh Ma."     

"Iya, Zizi sayank." Andrea mengangguk saja. Ia tak menyangka mendapat anak yang lebih dari Jovano kalau soal kecerewetan, apalagi yang ini hobi sekali menceramahi seseorang.      

Kenapa anak-anak dari Dante pada doyan bicara semua?     

Kadang Andrea berharap bahwa kecerewetan Zivena kalau bisa, setengahnya dipindahkan ke Ivy agar Andrea bisa berkomunikasi lancar pada si tengah.      

Berbicara mengenai Ivy, dia benar-benar mengabaikan teman-teman sekolah dia yang datang ke acara ini. Sama sekali tidak menemui atau bahkan menyapa meski berpapasan.      

Teman-teman dari Ivy pun tidak sebanyak teman Jovano, namun para gadis cilik itu merasa gembira karena bisa berkenalan dengan Jovano dan yang lainnya. Mereka fangirlingan sembunyi-sembunyi meski tetap terlihat.     

Di sudut lain halaman tempat acara makan-makan dilaksanakan, Gavin hanya bisa menatap sendu ketika pujaannya dikerumuni banyak lelaki.      

Namun, ketika Gavin melihat bahwa Jovano mulai menyingkir dari Ivy dan gadis itu sendirian di tengah para serigala, Gavin pun lekas menghampiri Ivy sambil bertanya, "Ivy, kau ingin ambil makanan? Atau minuman?" Ia bertanya dengan bahasa Indonesia agar tidak dimengerti oleh para lelaki asing yang merubungi Ivy.      

Ivy terserang dilema. Jika dia mengiyakan tawaran Gavin, pasti nanti bocah lelaki itu akan mengira kalau Ivy menyukainya. Tapi kalau ditolak, maka dia akan susah keluar dari "kepungan" para serigala genit.      

Akhirnya karena bingung, Ivy malah melangkah meninggalkan mereka semua dan pergi ke bagian orang yang membuat teh sakura.      

Ya, mereka semua ditinggal Ivy—termasuk Gavin juga—dan gadis itu dengan tenang duduk bersimpuh di depan pembuat teh, menunggu dirinya dibuatkan secangkir teh sakura.      

Karena tempat pembuat teh itu sangat dekat dengan singgasana Zivena, maka para serigala genit tadi tidak berani mengekor ke sana karena terlalu dekat dengan ibu dari si gadis, akan sangat canggung kalau merayu Ivy di depan ibunya.      

Tapi ini tidak berlaku bagi Gavin yang dengan santainya berjalan ke Ivy dan mengambil alas bantal khusus untuk bersimpuh dan duduk melipat kaki ala sikap duduk orang Jepang di sebelah Ivy.      

Ivy mendesah kesal tapi mau bagaimana lagi? Cukup abaikan saja apapun yang dikatakan Gavin. Seperti biasanya.      

Andrea yang sedang duduk santai dengan Zivena hanya memperhatikan Ivy dan Gavin dari samping sambil sesekali menjawab pertanyaan si bungsu yang cerewet.      

Si Cambion jadi bertanya-tanya, benarkah Gavin menyukai Ivy dan jadi mister bucin cilik? Kenapa dia tidak merasakan mengenai itu, yah? Kenapa yang lain bisa tau dan dia tidak?     

Andrea hanya membatin: ya ampun, mereka ini kan masih pada piyik, ngapain juga ada cinta-cintaan, ya kan? Makanya, gak mungkin kalo Gavin naksir Ivy ampe ngebucin segala, ya kan?     

Apakah Andrea terlalu naïf?     

Ketika pandangan Andrea tertuju ke putra sulungnya, di sana ada banyak gadis muda yang mengerumuni dia dengan sikap genit-genit manja.      

"Lihat tuh, Zi … kakakmu Jo, laris bener dia. Duh, duh," ujar Andrea sambil menunjuk ke arah Jovano.     

Zivena yang duduk pun mulai berceramah, "Harusnya perempuan itu yang tenang, kalem, dan tidak terlalu menunjukkan perasaan dia, Ma. Yang mereka lakukan itu justru tidak akan membuat Kak Jo terpikat. Kak Jo hanya tau bahwa mereka terpesona dan terpukau ama dia aja, tapi belum tentu bisa bikin Kak Jo jatuh cinta."     

Andrea menatap takjub ke penilaian sang putri bungsu. Sejak kapan nih bocah bisa jadi psikolog sekaligus penceramah gitu, demikian batin Andrea. Ia mengingat-ingat, dulu sempat mengidam apa hingga keluarnya seunik Zivena.     

Apa dia ngidam mainan seperti Berbie Joged yang akan terus menampilkan lagu Barbie Girl sambil si boneka berjoget riang? Sepertinya tidak.      

Lalu Andrea melihat lagi bahwa Ivy mulai meminum teh sakuranya dengan sikap tenang, elegan, dan terkontrol indah. Sungguh, gadis itu memang membawa sebutan "hime" yang pantas.      

Ketika jam bergulir lagi dan lagi, teman-teman Jovano sudah mulai berkumpul di wahana air. Mereka rupanya sudah menyiapkan baju renang dan mulai main air di sana dan ada beberapa yang di kolam renang juga.      

Lumayan, kan … ke wahana gratis.      

Sementara itu, Ivy sudah kembali ke kamar dan Gavin tidak mungkin terus mengikuti atau dia bisa ditegur ayah dan ibunya nanti.      

Kini, Dante sudah duduk santai di singgasana Zivena sambil bergurau dengan sang anak bersama istrinya. Myren dan Ronh juga sudah bersantai duduk dan rebahan di karpet dekat pohon sakura sambil mengobrol mesra.     

Sedangkan bocah-bocah Blanche lainnya kini juga sudah bermain asik di kolam dan wahana air.      

Karena itu masih masuk di musim semi, maka sinar matahari juga tidak begitu terik, sehingga berteduh di bawah pohon sakura atau bermain air di luar begini tidak membuat kulit mereka tersengat.      

Oleh karena itu, teman-teman Jovano benar-benar menikmati acara "open house" tersebut. Jika mereka butuh makan atau minum, mereka tinggal melambaikan tangan ke pelayan dan nanti akan diambilkan untuk mereka.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.