Devil's Fruit (21+)

Berwisata di Ubud



Berwisata di Ubud

2Fruit 791: Berwisata di Ubud      4

"Interiornya juga bagus, yank." Dante masuk ke ruangan itu bersama Zivena dan duo hybrid. "Lihat, tirainya saja ada detil bambunya."     

"Duuhh … iya!" erang Andrea penuh kagum pada tatanan ruangan yang penuh nuansa bambu. "Jadi kepingin ruang kamar kita kayak gini, Dan …" Ia menatap penuh harap ke suaminya.      

"Boleh saja. Apapun yang kau suka." Dante dengan enteng menyetujuinya.      

Danang sampai melongo melihat keduanya. Ia berkata ke Dante, "Mister, lu enteng banget serba iyain tuh babon! Ati-ati, Mister … bisa kering ntar dompet elu!" candanya.      

Andrea langsung saja meledak. "Danang! Tega banget sih ngatain aku babon! Aku kan burung merak!" ujarnya sambil kibaskan rambut panjangnya dengan tangan kanan dan gaya genit.      

"Hueekk!" Danang sok berlagak muntah.      

"Idiihh, Danang kedjam! Awas aja aku ga jadi beli semua di sini, loh!" Andrea berlagak cemberut sambil lipat dua tangan di bawah dada.      

"Ohh! Ohh! Enggak, kok duhai dewi cantikku … tadi sepertinya ada laler masuk ke mulut gue ampe salah sebut elu babon. Lu kan bidadari cantik …" Ekspresi Danang berubah 180 derajat ke Andrea, bermanis-manis.     

"Nah, gitu dong kalo ama pembeli …" Andrea tersenyum manis.     

"Tapi aku lebih suka kau menyebut dia babon daripada muji dia bidadari cantik." Dante menimpali.      

Danang dan Andrea menoleh ke mister Nephilim.      

Andrea cemberut sambil hentakkan kakinya. "Kok gitu, sih!"     

Sedangkan Danang memburaikan tawa keras-keras.      

Dante menatap sang istri dengan pandangan inosens. "Iya lah, yank … lebih baik dia hina kamu saja dan hanya aku yang boleh puji kamu."      

Ohh astaga … mister bucin!     

Andrea dan Danang pun memutar mata mereka secara kompak. Tak ada yang bisa mengalahkan mister bucin dari Antediluvian ini dalam hal kebucinan.      

Ahh! Mungkin Gavin? Pada Ivy, tentunya.      

Maka, Andrea pun semakin mengukuhkan niatnya untuk membuat sebuah restoran bertema bambu dan akan membeli berbagai interior dan eksterior serta perangkatnya dari Danang semua.      

Yah, itung-itung ikut membantu bisnis dari sahabat lama.      

Meski dulu sebelum Andrea pergi ke Underworld, Danang sempat terbius aroma Andrea dan menggila di depan rumah sang Cambion, namun kini sudah tidak lagi.      

Danang sudah bisa santai dan tenang meski ada Andrea. Dan meski begitu, jauh di dalam hati Danang, dia masih mengidolakan Andrea.     

Yah, Danang memang sudah menyukai sahabat masa kecilnya itu semenjak dulu, jauh sebelum Andrea berumur 17 tahun dan mempunya aroma memabukkan tersebut.      

Lelaki lajang itu menyukai Andrea semenjak mereka masih duduk di bangku SMP.      

Bahkan, Danang lajang hingga kini pun karena dia masih tidak bisa melupakan Andrea dan kerap membandingkan gadis yang dekat dengannya pada Andrea, dan akhirnya tentu saja tidak akan langgeng.      

Meski ini kategori bucin, tapi dalam aspek yang berbeda.      

Setelah selesai memesan berbagai macam pada Danang dan memberikan pembayaran penuh walau pun Danang membolehkan itu dicicil, tapi Andrea menolak dan ingin membayar penuh saja sekaligus biaya shipping-nya.      

Tapi yang dipesan Andrea kali ini bukan yang akan dia pakai untuk restoran barunya, karena itu butuh perencanaan matang lainnya nanti.     

Yang dibeli Andrea saat ini hanya sebatas chandelier, kerai bambu, partisi bambu, ranjang bambu yang sangat keren dan terkesan futuristic namun eksotik dan juga segala interior kamar tidur.     

Ivy juga meminta kamarnya diubah dengan tema bambu. Ia bisa memilih tipe ranjang, lemari, lampu gantung, meja kursi, dan banyak hal lainnya.      

Hari ini, Danang bagai dapat uang kaget. Dia sangat berterima kasih ke Andrea karena sudah mendukung sekali pada apa yang dia buat.      

Sebagai anak yatim piatu, Danang merasa pemesanan dari Andrea ini adalah berkah setelah dia bertahun-tahun bergelut berjuang dalam bidang bisnis bambu.      

Perjuangan dia dari nol, air mata darah yang udah terkuras, kini membuahkan hasil. Rasanya Danang ingin memeluk Andrea sebagai ungkapan terima kasih dia, namun dia takut pada Dante yang kerap menatap tajam ke arahnya tiap dia dekat-dekat dengan Andrea.      

Mister bucin tidak bisa disepelekan, Nang! Kau bisa dijadikan remahan citos kalau berani bertindak sembarangan ke Andrea.     

Setelah berpamitan dengan Danang dan membawa belanjaan yang bisa dibawa langsung, mereka pun berpisah diiringi lambaian tangan Danang, penuh semangat.      

Yah, mana mungkin Danang tidak bersemangat jika di dalam rekeningnya saat ini sudah muncul ratusan juta rupiah baru dari transfer internet banking Andrea.      

Ia ikut senang sahabat masa kecilnya kini hidup nyaman bersama keluarganya setelah dulu dia tau betapa susahnya kehidupan Andrea bersama Oma dan Opanya.     

-0-0-0-0-     

Esoknya, Andrea mengajak mereka untuk berwisata ke tempat menarik lainnya. Semalam dia sudah membaca banyak panduan tempat wisata dan sudah memilih beberapa yang paling menarik minatnya.      

Pertama-tama, tanpa sarapan di hotel mereka, 3 mobil pun pergi ke Titi Watu Ubud, karena sudah dibuka dari jam 7 pagi hingga jam 10 malam.      

Di Titi Watu, mereka sekeluarga bisa merasakan aktivitas bermain dan berolahraga. Apalagi karena tempatnya sangat cozy dan indah, banyak bocah Blanche yang sudah tak sabar ingin berfoto-foto di sana.      

Mereka mengisi perut dulu sambil merasakan kuliner Bali di restorannya. Setelah itu, mereka bersantai dan membebaskan para bocah untuk memilih apa yang ingin mereka lakukan.      

Untuk bocah Blanche, mereka ada yang ikut Jovano ke Skate Park dan mencoba bermain skateboard di sana, sedangkan yang lebih kecil dipilihkan ke Kids Room untuk menggambar, mewarrnai dan kegiatan indoor atau Playground di luar dengan ditemani ibu masing-masing.     

Untuk para bapak, mereka memilih untuk mencoba Squash Court, dimana mereka bisa saling memuaskan hasrat berlomba mereka untuk menentukan siapa yang paling hebat.      

Biasa … bapak-bapak jaman sekarang.     

Kalau para bapak sudah puas di Squash Court, mereka beralih ke Multi Sports Court dan kembali bertanding untuk menentukan mana yang lebih jago dalam basket, bulu tangkis, atau voli outdoor.      

Sementara itu, para ibu ketika anak-anak mereka sedang nyaman di Kids Room untuk menggambar dan mewarnai, mereka bisa menjalani spa bersama sambil dipijat relaksasi.      

Pada sesi akhir spa tersebut, para ibu bisa masuk ke Jacuzzi Pool. Dan setelah mereka merasa bugar lagi, mereka menjemput anak-anak kecil mereka di Kids Room dan memeriksa bocah besar lainnya.      

Pada sore harinya, mereka bersama-sama berkumpul di Family Pool, bermain air dan memuaskan diri berfoto dan merekam video singkat mereka untuk diunggah ke akun sosial media mereka.      

"Wo ha haaa … lihat, teman-temanku mengerang kesal melihat video kita!" Gavin memperlihatkan beberapa komentar bernada iri dari teman-teman dia di Jepang ketika dia selesai mengunggah video dia di skate park dan family pool.      

"Yeah, temanku juga ribut minta diajak kemari, he he!" Jovano terkekeh sambil memeriksa akun instagramm dia yang penuh akan love dan komentar manja dari para fans perempuan dia. "Lihat, bahkan mereka cemburu ketika aku berfoto dengan Vargana! Pfftt!"     

Semua bocah menoleh untuk melihat postingan foto Jovano dan Vargana di sebuah anyaman bambu membentuk lingkaran yang bisa diduduki di dalamnya, dan Jovano berfoto sambil memeluk Vargana.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.