Devil's Fruit (21+)

Melacak Zivena dan Penculiknya 



Melacak Zivena dan Penculiknya 

1Fruit 786: Melacak Zivena dan Penculiknya      
2

Gawat! Andrea menghubungi dia! Bagaimana ini?! Jovano jadi gelagapan.      

"Jo?" ulang sang ibu di sambungan anting komunikasinya. "Jo, kalian ke mana jam subuh begini?"      

Apakah Jovano harus menjelaskan pada sang ibu mengenai hilangnya Zivena? Pasti ibunya akan heboh dan freak sendiri nantinya.      

Tapi, jika dia tidak segera memberitahu ibunya, itu malah lebih buruk jika sang ibu tau dari orang lain.      

Akhirnya, secara terbata-bata, Jovano pun menceritakan dengan suara terbata-bata karena takut akan hilangnya sang adik bungsu, Zivena.      

Benar saja, Andrea berteriak histeris dan terdengar ada suara sang ayah di dekat ibunya. Andrea terus mengomeli Jovano, namun kemudian dia terdengar di tenangkan oleh Dante untuk fokus mencari Zivena saja daripada memarahi Jovano dan yang lainnya.      

Maka, dengan kekuatan teleportasi, Andrea dan Dante kini sudah berada di ruangan keamanan dan berlagak seolah mereka membuka pintu dan mencari Jovano.      

Jovano memperkenalkan kedua orang tua dia pada petugas di sana. Petugas itu pun terkejut melihat kehadiran Andrea dan Dante, karena seantero petugas hotel sudah mengetahui tentang duo itu sebagai orang super royal yang memesan begitu banyak kamar hotel dan juga tempat paling prestisius di hotel itu untuk sebuah perayaan di malam tahun baru.      

Bisa dibayangkan sekaya apa pasangan itu sampai bisa menyewa begitu banyak tempat di sana untuk sekitar seminggu. Apalagi mereka tampak masih sangat muda dan rasanya para karyawan hotel tidak pernah mengenal mereka sebelumnya. Andrea dan Dante seolah orang kaya baru dari Indonesia yang tidak terlacak.      

Oke, lupakan kekaguman mereka sebentar, karena itu berhubungan dengan hilangnya salah satu anak dari pasangan super kaya tersebut.      

Ini bisa membawa nama buruk bagi hotel.      

Akhirnya, Andrea memutuskan tidak perlu memanggil polisi dan dia akan mencari sendiri anaknya bersama Dante.      

"Ayo, Dan." Andrea pun mengajak sang suami untuk keluar dari ruangan itu, mencari putri bungsu mereka. "Jo, kamu ama yang lain berjaga-jaga di sini aja, dan jaga juga adikmu Ivy. Jangan ampe dia juga ngilang, ngerti?!"     

"Iya, Ma." Jovano tertunduk dan mengajak Shiro kembali ke lantai mereka.      

Sementara itu, Andrea dan Dante menggunakan kekuatan iblis mereka untuk melacak jejak Zivena, terutama Andrea yang memiliki tenaga Sniffer yang kuat.      

Karena itu masih subuh dan suasana terbilang sepi dan dingin, Andrea mengoptimalkan Sniffer dia untuk melacak jejak bau putri bungsunya.      

Mereka terbang di udara sambil mengikuti jejak bau Zivena dan membuat tubuh mereka menyatu dengan gelap, alias membuat diri mereka tampak menjadi bayangan hitam.      

Jika ini ada orang yang tidak sengaja sedang membuat vlog atau tik tok, maka mungkin akan menjerit karena melihat sekelebat dua bayangan hitam terbang di langit yang masih gelap. Lalu jika diunggah, akan menuai viral dengan judul berbau penampakan makhluk astral dan sejenisnya.      

Saat ini, Andrea terus memompa Sniffer dia untuk memilah berbagai macam bau yang ada di udara untuk mencari bau Zivena. Dante terus mengikuti pergerakan sang istri.     

Kini, mereka sudah tiba di sebuah rumah yang terletak di daerah terpencil. Rumah itu tampak kosong, tapi di depannya ada sebuah mobil SUV besar terparkir, dan mobil itu mirip dengan mobil yang tertangkap kamera cctv hotel tadi.      

Andrea dan Dante mulai menyelinap masuk ke dalam rumah.      

Terlihat ada seorang lelaki sedang bertelepon dengan entah siapa dan yang wanita sedang membuka koper-koper besar.      

Andrea terpekik tertahan melihat isi koper itu tidak hanya Zivena, tapi juga ada anak-anak balita lainnya. Ternyata mereka penculik anak!     

Seperti kebiasaan tabiat Andrea, dia hendak melabrak para penculik, namun Dante mencegah dan melalui telepati, Tuan Nephilim meminta istrinya untuk merekam saja.     

Andrea mengangguk paham dan mulai menyusupkan alat perekam yang pernah dia gunakan pada Tuan Endo Yokuzawa sebelumnya. Alat itu bagai hidup, mengendap-endap mendekat ke para penculik dan diam bagai benda tak penting di sana.     

"Iya, Bos! Ini sudah semua untuk hari ini. Bos bisa ambil secepatnya. Aku sudah jauh-jauh ke sini untuk menghilangkan jejak, Bos! Untung saja jalanan lumayan sepi walau sehabis tahun baru. Pokoknya, Bos, barang kali ini lebih bagus dari yang seminggu lalu!" Pria itu berbicara dengan orang yang dipanggil Bos, yang Andrea asumsikan sebagai penadah anak-anak, atau jangan-jangan justru merupakan dalang penculikan.     

Sedangkan ketika Andrea melirik ke si wanita, dia tampak terkejut karena ternyata Zivena bangun dari biusnya. "Ehh! Kok dia bisa bangun, sih? Bukannya itu obat bius kelas tinggi yang bisa membius sampai 3 hari, ya kan? Er, ini kenapa dia bisa bangun?!" Wanita itu berteriak pada si pria.     

Pria yang tadinya terganggu atas teriakan patnernya, kini mulai ikut terkejut. "Sebentar, Bos, aku urus bocah yang bangun dulu. Pokoknya, aku tunggu Bos secepatnya, jangan kelamaan, nanti keburu dilacak polisi!"     

Telepon disudahi dan pria itu menghampiri Zivena yang mengerjap-kerjapkan matanya. "Hei, bocah, bagaimana kau bisa bangun, heh? Suntikan biusmu itu bisa bikin gajah pingsan sampai 2 hari, kenapa kau bisa lebih cepat bangun?"     

Zivena menatap pria itu dengan wajah lucunya, membuat pria dan wanita itu tak tega untuk memukul Zivena. Apalagi Zivena juga tidak menangis atau rewel.     

Karena si pria sudah bersiap jika Zivena menangis keras, bocah itu hendak dipukul sampai mati agar tidak menimbulkan keheranan warga sekitar jika mendengar bunyi tangisan keras.     

Tapi, nyatanya … Zivena diam saja dan tampak melongo menatap kedua orang tersebut.     

"Bocah, sehabis ini … kau akan berlayar, naik kapal, lalu nanti pergi ke orang yang bayar kamu, yah! Semoga aja kamu yang imut ini dijadikan anak aja daripada dibedah-bedah kayak kodok dan diambil jeroanmu." Wanita itu mengelus pipi Zivena.     

Andrea mengepalkan tangannya. Dante terus berusaha menenangkan sang istri.      

"Jadi ini gimana, nih Er?" tanya si wanita pada lelaki itu. "Tak perlu diapa-apakan, ya kan? Dia anteng aja, tuh!"     

"Ya udah, bius aja lagi dia." Si pria memberi saran sambil lalu.     

"Jangan dulu, yah! Aku lagi kepingin main ma dia dulu sebelum dia diambil Bos. Dia kayaknya anteng aja, kok!" Wanita itu menatap gemas ke Zivena.      

"Terserah, tapi kalau ntar dia nangis, kau harus bunuh dia, ngerti?" kata si pria.     

"Iya, iya, tau!" rutuk wanitanya.      

Sedangkan Andrea dan Dante kian mendekat di balik jendela untuk mengawasi anak mereka agar tidak diapa-apakan yang berbahaya.      

Ketika Zivena mengedarkan pandangannya, dia melihat bayangan hitam milik ayah dan ibunya. Ia tergelak dan tampak senang. Tapi Andrea lekas memberikan sinyal telunjuk di bibir ke putrinya agar Zivena tidak membocorkan persembunyian mereka.     

Tapi wanita itu kaget karena melihat Zivena tiba-tiba tergelak riang sambil menoleh ke sebuah arah. Ketika wanita itu ikut menoleh ke arah pandangan Zivena, dia melihat ada bayangan hitam yang lekas merunduk.     

"Aaarrhh!" jerit si wanita, tak menyangka dia bagai melihat penampakan.      

"Ada apa? Kenapa kau malah yang berteriak?!" Pria itu kembali ke kamar dan mendapati si wanita pucat ketakutan.     

"A-ada hantu, ada hantu, bayangan hitam …"     

"Tsk! Jangan jadi penakut! Kau ini sudah membunuh kok masih bisa penakut? Jaga terus bocah itu! Tidak ada hantu di dunia ini!"     

Sepeninggal pria, wanita itu mendekat ke Zivena dan berbisik, "Kau tadi juga melihatnya, kan bocah?"     

Zivena menjawab dengan celoteh antah berantahnya, dan si wanita makin yakin Zivena memang juga melihat "hantu" tadi.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.