Devil's Fruit (21+)

Gawat!



Gawat!

2Fruit 554: Gawat!      4

Kehidupan keluarga dan rekan Andrea tanpa terasa sudah terlewati selama setahun setelah pesta ulang tahun Jovano yang meriah.      

Untuk ulang tahun ke-11, Jovano tidak menginginkan sebuah pesta meriah. Dia hanya ingin dirayakan di rumah secara sederhana bersama keluarga dan semua yang di mansion. Dia tumbuh makin dewasa dan kian tampan serta jangkung, menuruni gen ayahnya.      

Kegiatan berlatih pedang juga terus berlanjut dan Tuan Vampir sudah hampir sehebat Dante dalam mengayunkan pedangnya.      

Malam itu, semua berkumpul untuk makan malam di ruang makan mansion. Suasana begitu hidup dan meriah karena mereka tidak perlu terpaku pada aturan table-manner yang tidak memperbolehkan bicara di meja makan.      

Shelly dan Andrea bergiliran mengeluarkan hidangan demi hidangan yang sudah dimasak oleh Dante. Ternyata masakan Tuan Nephilim memang tidak mengecewakan.      

Apalagi, Dante setiap hari selalu belajar banyak menu baru dan makin berimprovisasi dengan apa yang sudah dia pelajari.      

"Humm... bau sayur lodehnya enak bingit!" Andrea menghirup aroma Sayur Lodeh yang dia bawa ke meja makan.      

Dante yang mendengar pujian istrinya pun menyahut, "Itu aku beri sedikit susu full cream selain santan."      

"Uwaaaa! Pantesan dari baunya aja udah bikin baper perut gini..." Andrea tersenyum lebar. Suami pertamanya akhir-akhir ini banyak mempelajari makanan-makanan kesukaan dia. Termasuk Semur Jengkol.      

Mereka tidak kesulitan dengan bahan-bahan khusus, karena Kenzo bisa dengan mudah menggunakan teleportasi ke Indonesia untuk berbelanja bahan apapun yang susah dicari di Jepang.      

Meski Shelly juga pintar memasak, tapi ternyata lidah Andrea lebih menyukai masakan buatan sang suami pertama.      

"Wohohoo... ikan asinnya mantap!" Mata Andrea berkilau senang melihat ikan asin garing yang sudah selesai dimasak Dante.      

Sayur lodeh dengan ikan asin garing, itu adalah salah satu menu kesukaan Andrea.      

"Permisi, permisi... sambel terasi mo lewat..." Shelly berseru sembari kedua tangannya membawa sebuah cobek besar dari batu.      

"Sambel terasi!" Mata Nyonya Cambion makin berbinar melihat sambal kesukaan dia. "Ini sempurna banget makan malam hari ini! Uwu..." Ia pun menyingkir agar sang sahabat bisa lewat dan menempatkan cobek besar dari batu itu ke atas meja.      

Semua orang pun duduk di kursi masing-masing, memulai mengambil nasi dan lauk yang ada di meja.      

"Ivy sayank... kok belum ambil lauk?" tanya Andrea ketika melihat putri bungsunya masih diam ketika semua orang bergegas memenuhi piring mereka dengan nasi dan lauk.      

Putrinya menggeleng lemah sambil menatap piring.      

"Mungkin Ivy tidak terbiasa makan sayur lodeh dan ikan asin, sayank." Dante menyahut. "Ivy ingin makan yang lainnya? Apa? Telur kornet? Nugget ayam? Akan Daddy masakkan." Tuan Nephilim memandang ke anak tiri dia.      

Giorge mengelus punggung putrinya yang ada di sebelahnya. "Hime-chan ditanya Daddy, tuh. Ingin makan apa? Biar Daddy yang akan buatkan untuk Hime-chan."      

Ivy menatap sebentar ke ayahnya. Kemudian ke Jovano, lalu ke Dante. "Telur kornet gulung." Ia menjawab lirih seakan-akan tidak rela.      

Dante langsung bangun dari kursi. "Oke, Daddy buatkan dulu, yah. Tidak lama, kok!" Tuan Nephilim lekas pergi ke dapur di sebelah yang terhubung melalui sebuah ambang tanpa pintu. Ia mengeluarkan kornet dan telur dari lemari es, dan juga keju cheddar. Kemudian, dengan cepat mempersiapkan semuanya.      

Tak berapa lama, telur gulung kornet keju pun hadir di depan Ivy. Asapnya masih mengepul dan bentuknya juga cantik menggiurkan.      

"Woaahhh! Ini pasti enak! Aku minta, yah Dad!" Jovano bersiap mengambil sepotong telur gulung itu.      

Tapi, ayahnya bergegas menahan tangan sang putra. "Hei, itu milik adikmu. Tanya dulu pada Ivy, oke?"      

Jovano meringis dan kemudian menoleh ke adik di sebelahnya. "Ivy cantik, Kak Jo boleh minta sepotong telur gulungnya. Itu terlihat enak sekali! Baunya juga harum!"      

Ivy memandangi Jovano sebelum menjawab, "Boleh. Kita habiskan berdua, yah Kak!" Senyum imut pun muncul dari wajah si bungsu yang sebelumnya datar saja.      

Dante, Andrea, dan Giorge lega melihatnya. Giorge acungkan ibu jari ke Dante seolah berterima kasih. Andrea mengusap lengan suami pertamanya dan berikan senyum disertai ucapan terima kasih pula.      

Memang... Ivy agak canggung dengan Dante. Mereka berdua sama-sama berkarakter pendiam dan canggung pada orang baru. Walaupun Tuan Nephilim sudah berusaha untuk bisa berinteraksi dengan Ivy, namun sepertinya gadis kecil manis itu masih belum mau membuka sikap padanya.      

Tak apa, Dante memahami Ivy karena dia juga seperti itu dulunya. Susah bergaul dengan orang baru.      

"Oh ya, sebentar lagi ulang tahun Ivy, kan?" Jovano berkata sambil mengunyah.      

"Ahh, benar! Tinggal beberapa bulan lagi, yah!" Giorge menoleh ke putrinya. "Ulang tahun ke-5, ya kan? Patut dirayakan!"      

"Sayank, mau kan dirayakan seperti ulang tahunnya Kak Jo yang tahun lalu?" Ibunya ikut bertanya.      

Ivy memandang kedua orang tua dan kakaknya. Kemudian, dia mengangguk setuju. "Pesta baju cantik."      

"Aha ha ha! Benar! Tema pesta untuk ulang tahun Ivy harus tema lolita cantik!" Jovano bersemangat, lalu meneguk jus buah di gelasnya. "Nanti biarkan aku yang akan jadi EO untuk perayaan ultah Ivy-ku!"      

"Astaga nih bocah, belagu banget mo jadi EO," celetuk sang ibu. "Kamu kira gampang jadi EO, Jo?"      

"Mom, apa sih yang tak bisa aku pelajari, hm?" sahut putra bungsu sang Cambion dengan wajah penuh bangga akan diri sendiri. Si ibu hanya mendecih, sadar akan talenta jenius anaknya.      

Si bungsu tersenyum malu-malu sambil meneruskan makannya. Ia akui, telur gulung buatan ayah tirinya memang enak dan gurih.      

Sesudah itu, semua orang di ruang makan pun tenggelam dalam diskusi mengenai perayaan ulang tahun Ivy yang akan tiba lima bulan lagi.      

Ivy sendiri juga merasa bersemangat dan antusias dalam hatinya membayangkan pesta perayaan ulang tahun dia nantinya. Dia termasuk anak yang lebih suka memendam perasaan, berbeda jauh dengan sang kakak yang jauh lebih terbuka dan senang bicara.      

Sementara itu, Jovano sudah menepati janjinya pada Ivy untuk membelikan banyak kostum lolita manis. Giorge juga melimpahi baju-baju ala princess ke putrinya, membuat Ivy makin menyukai dandanan seperti itu.      

Kehidupan berlanjut dengan penuh nyaman dan damai. Giorge dan Dante yang kian akrab dan kompak, Andrea dan Shelly yang lebih banyak di rumah, anak-anak juga berkegiatan seperti biasa. Termasuk Jovano yang disibukkan dengan klub martial arts-nya.      

Dua bulan menjelang hari ulang tahun Ivy yang ke-5, Jovano makin terlihat sibuk mempelajari seluk beluk menjadi EO yang hebat. Ia terus browsing berbagai tempat dan juga properti pesta yang sesuai dengan harapannya.      

Jovano ingin membuat pesta yang tidak terlupakan untuk sang adik tersayang. Ia serius mendata berbagai hal yang harus ia persiapkan nantinya.      

Suatu pagi di akhir pekan, ketika semua orang berada di taman belakang untuk berkegiatan apapun yang mereka inginkan sembari bermandi sinar mentari pagi yang hangat, tiba-tiba terlihat sebuah fluktuasi energi dari langit.      

Giorge yang pertama kali bersikap waspada. Matanya mengernyit. Ia sangat akrab dengan aura energi dan bau ini. "GAWAT!"      

Detik berikutnya usai Giorge berteriak keras, terdengar jeritan Ivy dari dalam mansion.      

Ketika Giorge sudah melesat secepat yang dia mampu menggunakan tenaga vampirnya, ia sudah mendapati kamar putrinya kosong. "DAMN!"      

Semua orang sudah tiba setelah Giorge dan mereka tertegun melihat kamar Ivy berantakan bagai diterjang angin puyuh.      

"Mana Ivy? MANA IVY, GIO?!" teriak Andrea panik. Ia yang paling akhir sampai karena tak punya tenaga super seperti yang lainnya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.