Devil's Fruit (21+)

Bertemu Kawan Lama



Bertemu Kawan Lama

4Fruit 781: Bertemu Kawan Lama     2

Seorang lelaki sigap menarik dan menangkap tubuh ramping Ivy ketika bocah itu hendak jatuh dan terinjak-injak para bule bertubuh besar di sekitarnya.      

"Kamu nggak luka?" tanya pria itu lagi.     

"Aku … mana kakakku?" Ivy sudah berurai air mata.      

"Ayo, kita cari dulu mana keluargamu. Kita ke bagian resepsionis, oke? Keluargamu menginap di resor ini, kan?" tanya pria yang menyelamatkan Ivy.      

Ivy mengangguk dan patuh digandeng pria itu ke meja resepsionis untuk menanyakan identitas Ivy.      

"Ohh, dia putri dari Nyonya Andrea." Resepsionis mengenali Ivy di antara rombongan Andrea karena rombongan itu sangat mencolok dan bahkan memesan banyak kamar sekaligus ruang-ruang penting di resor tersebut untuk acara.      

"Nyonya Andrea?" ulang pria itu. "Kamu … anaknya Andrea?" Sepertinya pria itu mengenal Andrea. Ia terus menatap Ivy.      

Sedangkan Ivy mulai usap air matanya dan mengangguk. Entah Andrea yang mereka maksudkan apakah sama atau berbeda.      

Pria itu bertanya lagi ke petugas resepsionis, "Apakah acara reuni masih berlangsung?"     

"Sepertinya masih, Tuan." Kemudian petugas itu memanggil petugas bell-boy di dekatnya untuk mengantarkan pria itu dan Ivy ke lokasi reuni Andrea.      

Bertiga, mereka pun mendatangi tempat reuni tadi. Dan Ivy hanya bisa pasrah ketika pergelangan tangannya masih saja digandeng pria penyelamatnya tadi. Ingin lepaskan itu, tapi dia masih berdebar-debar dengan kejadian didesak-desak dan hampir terinjak tadi.      

Mungkin pria itu tau kalau si gadis manis masih syok dan butuh dipegangi agar tidak jatuh karena lutut masih lemas dan gemetaran.      

Sesampainya di lokasi reuni, masih ada begitu ramai orang di cafe dan sekitar kolam, berbincang dan ada juga yang berjoged ketika musik EDM dari cafe diputar untuk menambah semarak suasana.     

Setelah bertanya sana dan sini dimana keberadaan Andrea, orang-orang di cafe menunjuk ke sebuah gazebo tanpa atap di tengah kolam. Lalu setelah itu, petugas bell boy itu pun permisi dari sana, membiarkan pria itu dan Ivy berjalan ke salah satu gazebo.     

Sedangkan Andrea dan Dante masih berbincang dengan teman mereka sambil memegangi Zivena, tiba-tiba saja dia dikagetkan sosok seorang lelaki yang menggandeng Ivy, berdiri di depannya.      

"Oi, mamak gubluk! Lu bisa kagak sih jaga anak elu?" Seketika saja lelaki itu menegur Andrea ketika mata mereka bertatapan.      

Andrea melongo, Dante dalam mode siap tempur, Zivena juga ikut melongo, kompak dengan ibunya, dan orang di gazebo itu menahan napas karena ada orang yang sungguh berani mengomel ke Andrea.     

"Da … DANANG KANCUT KADAL!!!" Andrea langsung saja bangkit dari duduknya disertai wajah berseri, dan meninju bahu pria tersebut.      

Semua orang tambah ternganga melihat adegan itu. Apakah akan ada adegan gelut setelah ini? Maka, teman-teman Andrea di sana diam-diam ambil ponsel mereka, bersiap membidik dan merekam.      

Tapi, ekspektasi seringnya tidak sesuai harapan. Berharap akan ada adegan ribut dan saling melotot ala pertengkaran online, mereka malah melihat Andrea memeluk pria itu usai menonjok bahunya. Dengan wajah ceria pula. Dan, anehnya yang ditonjok juga menyeringai saja.      

"Lu kurap kebo bisa-bisanya ada di sini?" tanya pria yang ternyata adalah Danang—teman masa kecil Andrea di kompleks.      

"Danaaang … ma'boy! Ha ha ha!" Andrea melepaskan pelukan sambil memukuli lengan Danang. Lebih tepatnya menampari lengan itu dengan dua telapak tangannya secara beruntun.      

"Etdah, sakit, goblok!" Danang sambil mengerutkan tubuh, mengomeli Andrea.      

"Ha ha ha! Bodo amat! Salah sendiri lu nongol!" Andrea tertawa senang. "Eh iya, kenapa lu datang ama Ivy? Jangan bilang lu mo ijin culik anak gue, deh!" Ia tatap curiga Danang dengan pandangan jenaka.      

"Heh, kutil babi ngepet! Ngapain juga gue musti ijin kalo mo culik anak elu yang manis ini, gubluk! Mendingan langsung gue bawa kabur aja, kan mayan bisa gue kenalin ke mak gue siapa tau mak mau nambah anak." Danang dengan santainya berceloteh sambil bernada keras seperti orang hendak mengajak berkelahi.      

Yah, begitulah memang cara Danang bicara dengan orang yang sudah akrab dengannya.      

"Hi hi … awas aja kalo lu berani culik anak gue, ntar gue panggilin anjingnya Pak RW."     

"Cewek bedebah, tuh anjing udah jadi bangke!"      

Ivy dan yang lainnya hanya jadi penonton setia sejak tadi. Dan akhirnya Dante pun bangun dari duduknya, menghampiri sang istri yang masih saling tegur sapa dengan kawan lamanya.      

"Yank, siapa ini?" tanya Dante sambil menatap penuh selidik ke Danang, apalagi tadi Andrea sempat memeluk pria itu meski hanya beberapa detik, namun jiwa bucin Tuan Nephilim meronta tak terima.      

Zivena yang berada di gendongan Dante pun meminta ganti gendong pada ibunya. Tak lupa sambil dia berceloteh.      

"Ohh, dia teman aku di kompleks dulu," jawab Andrea sambil menerima si bungsu dari suaminya. "Kenalin, dong. Namanya Danang kencut wedus."     

"Sialan lo!" Danang mendelik ke Andrea, lalu ia pun ulurkan tangan ke Dante. "Hai, gue Danang, yang biasa jagain dia waktu dia masih ingusan meler dulu."     

Sebenarnya Dante malas membalas jabat tangan Danang, tapi karena dilihat banyak orang, mana mungkin dia melakukan hal kekanakan itu? Menahan cemburu, ia pun meraih tangan Danang dan lekas melepasnya. Yang penting sudah berjabat tangan walau satu detik. "Dante, suami Andrea."     

Setelah itu, Andrea juga memperkenalkan Danang ke teman-temannya yang lain di gazebo itu. Tak lupa, dia juga menghubungi Jovano melalui anting dalam mode telepati, mengabarkan Ivy ada bersama dia dan menyuruh Jovano datang untuk menjemput adiknya.      

"Beb!" Andrea memanggil Shelly yang mendekat ke gazebo tempat dia berada. "Sini! Ada Danang kancut, nih!"     

Shelly dan Kenzo pun menghampiri Andrea.     

"Ehh! Danang!" Shelly kaget karena Danang bisa ada di tempat reuni ini, padahal pria itu bukan merupakan teman sekolah mereka. "Ken, ingat Danang, nggak?"     

"Ohh, dia yang teman baik Pu—Andrea kan? Yang pernah teriak-teriak di depan rumah bilang cinta ma Andrea dan bikin gempar tetangga Andrea? Yang itu?" Kenzo malah menjabarkan aib Danang satu itu begitu polosnya. Polos atau sengaja, Tuan Panglima?     

Dante yang mendengar itu langsung memberi stempel mati untuk Danang. Kenapa dia tidak pernah mengetahui itu? Kenapa malah Kenzo lebih tau banyak dibandingkan dia? Bara cemburu makin berkobar menggelegar.      

Zivena yang berada di dekat ayahnya pun ayunkan tubuh hingga condong ke Dante dan menepukkan dua tangan mungil dia ke pipi Tuan Nephilim.      

Andrea terkejut akan gerakan tiba-tiba dari anaknya. Ajaibnya, Dante usai ditepuk Zivena langsung merasa lebih tenang, hatinya lebih longgar, terasa bisa untuk menampung seribu gajah.     

Kemudian, Jovano datang bersama Kuro dan Shiro untuk menjemput Ivy.      

"Oh ya, kenalin … ini anak gue juga, Jovano." Andrea kenalkan sulung dia pada Danang. "Dan dua ini anak angkat gue, namanya Kuro ama Shiro. Kembar tuh mereka."     

Danang menjabat tangan Jovano, Kuro, dan Shiro. "Hai, gue mantan idola mamak kalian."     

Andrea mendelik. "Mana pernah, oi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.