Devil's Fruit (21+)

Membungkus Semua Penjahat



Membungkus Semua Penjahat

4Fruit 788: Membungkus Semua Penjahat     
1

Andrea julurkan lidah dengan mimik wajah nakalnya, terkekeh dan menoleh ke Zivena yang menatap ceria ke arahnya. Di mata para penculik, sosok Andrea sangat menyeramkan, tapi di mata Zivena, tidak.     

"Halo anak Mama yang manis …" sapa Andrea ke putri bungsunya.      

Zivena mendatangi si ibu sambil tertawa senang, seolah hendak berkata: "sudah waktunya pulang, yah? Asiikk!" lalu ia menoleh ke dua penculiknya dan mengoceh yang mungkin saja berkata: "besok main lagi, yah!"      

Ketika mereka mendengar suara mobil datang, itu pasti mobil si bos, bukan mobil polisi. Andrea bisa merasakan itu dengan sniffer dia.      

Lekas saja Andrea memasukkan Zivena ke Alam Cosmo dan meminta Sabrina dan yang lainnya menjaga Zivena di sana.      

Lalu, Andrea dan Dante akan mengurus si bos itu.     

Ternyata, si bos datang dengan anak buahnya juga. Dua orang berjaga di mobil, dan bos serta satu anak buah masuk ke rumah.      

Ketika bos masuk ke rumah miliknya tersebut, dia mendapati lampu rumah padam. Ia lekas menyalakan lampu sambil mengomel panjang lebar, "Apa-apaan ini lampu dimatikan? Apa mereka pikir aku ini tak mampu bayar listrik, hah? Ingin menghemat listrik, hah? Aku ini orang kaya, bayar listrik satu pulau juga aku sanggup! Enak saja lampu dipadamkan begini."     

Setelah lampu dia nyalakan, dia dikagetkan dengan matinya lampu secara mendadak setelah dia menapak delapan langkah usai dari tempat tadi.      

"Huh! Rupanya listrik rumah ini yang bermasalah!" rutuk si bos dan melanjutkan jalannya.      

Dan, ketika dia sudah berjalan hampir sampai di kamar besarnya, lampu mendadak menyala kembali. Si bos kaget, tapi kemudian tak menghiraukan.     

Justru anak buah yang mengikuti dia yang merasa deg-degan was-was karena merasa itu terlalu tidak wajar. Nyali si anak buah mendadak ciut tanpa sebab.      

Saat si bos sampai di kamar besar itu, dia terkejut melihat dua penculik itu sudah tergeletak. Satu di kasur, satu di lantai. Ia menyuruh anak buahnya untuk memeriksa apakah dua orang itu sudah mati.     

Anak buah pun mengecek hidung dan leher, lalu berkata ke bos, "Mereka masih hidup, Bos. Mungkin pingsan?"     

"Pingsan?" Bos lebih mendekat ke penculik dan seketika dia mencium bau menyengat urin. "Sialan! Si brengsek ini kencing di celana?!"     

Sementara si bos masih memaki-maki si penculik, tiba-tiba lampu mendadak mati lagi. Bos dan anak buahnya saling berpandangan dalam gelap dan hanya remang-remang dari cahaya rembulan yang menjadi penerang karena ini masih subuh.      

Lampu mendadak hidup-mati dan dari lorong, dua pria itu melihat sosok serba putih melayang menujuk ke kamar.      

Anak buah si bos pun pucat dan terbata-bata berucap, "Ha-hantu! Hantu!"     

Bos juga kaget dan tidak menyangka dalam hidupnya ia melihat dengan mata kepala sendiri adanya sosok hantu, dan mengerikan pula.      

"Kalian orang jahaattt …" Lagi, Andrea menggunakan suara serak menakutkan. "Kalian menculik anak-anak … akan aku bunuh kalian!" Andrea menjulurkan tangannya ke depan sambil menatap tajam dengan mata merah besar membulat.     

Bos dan anak buah itu pun berteriak histeris.     

Anak buah yang masih berjaga di mobil ingin menolong karena mendengar suara teriakan bos mereka.      

Namun, mendadak saja ada kabut mengelilingi mereka dan muncullah berbagai bayangan hantu satu demi satu di dekat mereka. Ada bayangan hitam besar, ada sosok serba putih, ada sosok pocong, ada juga yang berambut acak muncul di atas kap mobil.     

Kedua anak buah di luar juga akhirnya menjerit-jerit histeris, ketakutan setengah mati.     

"Kalian antek penjahat! Kalian sebaiknya ikut kami ke neraka saja …" Kali ini suara Dante yang disetel bagai suara monster yang berat dan dalam. "Kami suka teman seperti kaliaann … grooogghh …"     

Kedua pria di luar sangat ketakutan dan tak bisa melarikan diri, karena setiap mereka hendak lari, tiba-tiba muncul salah satu hantu menghadang langkah mereka.     

Akhirnya, sambil menangis, mereka berlutut. "Tidak lagi! Kami tidak ingin lagi ikut orang jahat! Ampuni kami! Ampuni kami! Biarkan kami pergi! Kami menyesal bekerja untuk orang jahat!"     

Dan tak lama, terdengar mobil polisi mendekat.      

Kabut hitam itu pun sirna begitu 3 mobil polisi datang ke area pelataran rumah besar tersebut. Hanya menyisakan dua anak buah yang menangis sambil berlutut. Bahkan mereka tak bisa berdiri karena terlalu lemasnya lutut mereka, dan harus diangkat para polisi.     

Sementara, polisi lainnya memasuki rumah dan mendapati empat orang dewasa sudah tergeletak di sebuah kamar.      

"Lapor, ada tiga lelaki dan 1 wanita!" Salah satu polisi memberi laporan ke polisi yang pangkatnya lebih tinggi darinya.      

Polisi lain memeriksa ruangan dan mendapati adanya 3 koper berisi 3 bocah cilik yang masih meringkuk di dalam koper yang terbuka. "Lapor! Ada 3 bocah di sini!"      

Ia melirik koper keempat yang kosong, lalu melaporkannya. Kemudian, mereka mulai membangunkan para penculik dan bosnya.      

Keempat orang itu masih sempat berteriak-teriak mengenai ada hantu, tapi polisi tidak menggubris omongan mereka berempat dan mulai mengevakuasi tempat, menyadarkan para bocah, dan membawa mereka pergi untuk dibawa ke rumah sakit.      

Di lantai, tergeletak sebuah kamera mini dan diambil oleh polisi dan dimasukkan begitu saja ke kumpulan barang bukti.      

Garis kuning pun dibentang pada rumah tersebut dan semua selesai bersamaan dengan kemunculan mentari di ujung timur sana.      

Rumah yang tadinya ramai oleh polisi dan warga yang ingin menonton, mendadak sepi setelah polisi memberi garis kuning dan menutup rumah tersebut.      

Setelah rumah itu benar-benar sepi, Andrea dan Dante saling pandang dan hendak pergi.      

Namun, Andrea masih menyempatkan diri untuk berbicara pada sosok di dekatnya. "Jagain ini rumah, jangan ampe ada yang berbuat maksiat atau jahat di sini lagi, oke?!"      

"Baik, Nyonya Besar." Sosok berwajah pucat dan berambut acak-acakan itu mengangguk ke Andrea.      

"Inget, cuma boleh gangguin orang jahat aja, kalo baik mah jangan diapa-apain, ngerti?"     

"Mengerti, Nyonya Besar." Sosok serba putih itu mengangguk lagi ke Andrea. Sebagai jin penunggu rumah itu, mana berani dia tidak mematuhi seorang iblis?     

Setelah itu, Andrea dan Dante pun mulai menghilang dari hadapan sosok mirip mbak Kunti tadi.      

Andrea dan Dante tiba kembali di kamar mereka di hotel resor, lalu mengeluarkan Zivena dari Alam Cosmo dan mengucapkan terima kasih pada Sabrina dan keluarganya yang sudah menjaga dan mengajak bermain bocah tersebut.      

Ketika Andrea membawa Zivena ke kamar Jovano, putra sulungnya itu berteriak lega sambil memeluk sang adik bungsu. Lalu Kuro dan yang lainnya juga berdatangan ke kamar itu untuk ikut bersuka cita akan ditemukannya si bocah.     

"Ayo kita rayakan kembalinya Zizi!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.