Devil's Fruit (21+)

Insiden di Taman Belakang Gedung



Insiden di Taman Belakang Gedung

0Fruit 871: Insiden di Taman Belakang Gedung     
0

Jovano dan Ivy menarik perhatian pengunjung festival cosplay anime di Ikebukuro karena keserasian dandanan mereka. Ivy yang imut dan manis, sedangkan Jovano jangkung serta berwajah tampan perpaduan Asia dan Eropa, membuat siapapun terpikat.      

Melihat banyaknya pujian dilayangkan ke pasangan karakter Jovano dan Ivy, Gavin merasa tersisihkan dan hanya bisa manyun saja. Dia sadar diri ternyata memang dia tidak bisa bersaing dengan Jovano. Meski begitu, Gavin tidak marah pada sang sahabat dari kecil. Dia hanya bisa menyalahkan kenapa dia belum tumbuh tinggi sehingga bisa dikatakan serasi dengan Ivy.      

Mengetahui Gavin tampak suram di dekatnya, Jovano pun memanggil Gavin usai dia menurunkan Ivy. "Gav, ayo sini! Kau juga Ren, jadi harus berfoto dengan Ivy!" panggil Jovano sambil gerakkan tangan ke Gavin.      

Sedikit enggan, Gavin pun mendekat. "Nggak yakin aku serasi ama Ivy, Kak Jo. Mendingan nggak usah aja, deh!" Ia sudah siap jika memang Ivy menolaknya. Performa dia memang kalah dengan Jovano.      

"Hiss! Jangan sok-sokan galau!" Jovano menarik tubuh Gavin agar lebih dekat ke Ivy, adiknya. "Juru foto, siap, yah!" teriak Jovano pada Sagawara Mori dan Leode Watts. "Gav, deketan lagi gih ama Ivy." Ia malah membantu menata gerakan. "Peluk Ivy dari belakang. Ekspresi, Gav! Ekspresi Ren yang rada nakal. Satu tangan lingkarin di pinggang Ivy dan kamu agak miring begini."     

Para fotografer Adora menunggu sampai Jovano selesai menata gaya kedua bocah remaja itu. "Oke, sip! Mori-san dan Leode-san! Jepretkan kamera kalian!" seru Jovano.     

Sagawara Mori dan Leode Watts pun mulai membidik pada masing-masing spot untuk mengambil gambar sebanyak mungkin.      

Setelah itu, Jovano masih juga menatakan gaya bagi Gavin dan Ivy. Itu sampai menghasilkan 5 gaya. Ia puas karena berhasil mendekatkan Gavin dan Ivy tanpa si adik protes.      

Kemudian, Kedua fotografer pun berlalu untuk memotret anggota Adora lainnya yang sudah menunggu untuk bergaya di depan kamera.      

Jovano melingkarkan satu lengannya ke bahu Gavin. "Gayamu oke juga, loh bro!"     

Gavin tersenyum kecut. "Itu juga gara-gara Kak Jo, ya kan?" Ia paham ia sedang dibantu oleh Jovano agar Ivy "jinak" tadi.      

Tak lama kemudian, sembari mereka bertiga berjalan, ada beberapa remaja putri yang ingin berfoto dengan Jovano. Pemuda itu tidak menolak dan menyanggupi sesi foto bersama orang lain.      

Ivy terlihat cemberut, namun ketika beberapa pemuda ingin mengajak dia berfoto, wajahnya kembali normal dan ia tidak menolak juga.      

Hanya Gavin yang harus bersabar melihat Ivy bolak-balik diajak berfoto, entah dengan anggota Adora, maupun orang lain tidak mereka kenal yang ada di acara tersebut.      

Andrea dan Myren juga hadir di sana dan keduanya sibuk mendokumentasikan kegiatan divisi cosplay dengan banyak rekaman video dari kamera mini mereka. Nantinya, hasil itu akan dipajang atau diunggah ke instagramm dan kanal yutub Adora.     

Vargana juga datang meski Voindra menolak ikut karena malas melihat Ivy dan Gavin yang pasti berduaan terus. Vargana juga membantu merekam tingkah para anggota divisi cosplay Adora.      

Acara berakhir di sore hari menjelang petang. Besok adalah hari terakhir festival tersebut. Dan besok giliran 100 anggota lainnya dari divisi cosplay Adora untuk datang.      

"Yok! Semua masuk ke bus!" seru Andrea pada banyak anggota cosplayer Adora. "Yang tadi di bus Kak Myren, sana segera mendatakan diri ke Kak Myren. Yang di bus ini, sini mulai absen ke aku!"     

Para anggota Adora secara patuh absen ke Myren dan Andrea satu demi satu di depan pintu masuk bus dan lalu mereka mulai naik untuk duduk tenang di dalam bus.      

"Kak Myren, udah lengkap semua yang di sana?" tanya Nyonya Cambion.      

"Udah. Di sini udah lengkap. Di tempatmu gimana, Ndre?" balas Myren sambil berseru.      

"Tinggal trio bandel, nih! Bentar, aku cari dulu mereka." Andrea kemudian meminta anak-anak yang sudah masuk bus untuk tidak keluar lagi. Dia pun melangkah kembali masuk ke gedung acara untuk mencari Jovano, Ivy dan Gavin. Ketiga bocah itu belum hadir di dekat bus. Padahal ini sudah mulai petang.      

Di dalam gedung, masih ada beberapa orang yang sedang bersiap pulang atau sedang mengemasi barang-barang dagangan mereka. Andrea cukup menggunakan kekuatan Sniffer dia untuk melacak keberadaan ketiga bocah bandel tersebut.      

Ia sudah menemukan aura mereka di taman belakang gedung. Memangnya sedang apa, sih? Tapi kenapa seperti ada yang tidak beres, yah? Andrea lekas berlari menuju ke area belakang gedung yang merupakan taman mirip hutan buatan.      

Betapa terkejutnya dia ketika melihat di sana ada Gavin yang tengah dipegangi Jovano, sedangkan ada seorang bocah lelaki entah siapa yang terkapar kesakitan di tanah. Ivy hanya berdiri di sana saja tanpa berbuat apa-apa.      

"Aku sudah peringatkan kau!" teriak Gavin pada bocah itu. Sedangkan teman-teman si bocah yang terkapar mulai tampak geram pada Gavin.      

"Bro! udah, Bro! Stop!" Jovano terus memegangi Gavin yang emosi.      

Melihat adegan itu sekilas saja Andrea sudah paham pasti pangkal keributan adalah Ivy. Gavin terlalu proteksi dan terlalu cemburu pada Ivy. Pasti anak-anak lelaki yang ada di dekat mereka tadi sedang menggoda Ivy, makanya Gavin kehilangan kesabaran.      

"Hei! Hei! GavGav!" seru Andrea sambil dia berlari mendekat. Tenaga Gavin itu kuat karena dia bukan manusia biasa. Jika sampai terjadi sesuatu yang buruk pada bocah lelaki lainnya, Andrea akan kesusahan.      

Gavin dan yang lain segera menoleh ke Andrea yang bergegas datang. Mister bucin cilik mulai reda karena ia tak mungkin terus emosi jika Andrea sudah datang. Dia menaruh hormat ke ibunda Jovano dan Ivy.      

Lelaki di tanah itu terus mengerang sambil memegangi tangan dan juga perutnya. Ini bisa gawat kalau ada orang lain melihat. Oleh karena itu, Andrea bergerak cepat memasang array penghalang di lingkup tersebut, meniadakan figur mereka semua di mata manusia biasa.      

Andrea lekas memeriksa bocah di tanah dan memasukkan satu butir pil alkimia buatannya untuk meredakan rasa sakit di perut si bocah. Sedangkan dia kemudian mengeluarkan salep obat dari cincin ruang RingGo karena ternyata pergelangan tangan bocah itu nyaris patah. Hanya retak.      

Tangan Andrea secara cekatan mengoleskan salep obat tersebut ke pergelangan tangan si bocah dan menunggu reaksi salep beberapa menit. Andrea memandang Gavin. "Harusnya kau tidak sampai menggunakan kekerasan, GavGav. Ini fatal kalau terjadi sesuatu pada dia."      

Gavin cemberut. "Dia keras kepala, tidak mau berhenti mengganggu Ivy meski aku sudah minta baik-baik dia pergi."     

Setelah pergelangan tangan bocah itu sembuh cepat, Andrea lekas menggunakan tenaga pikiran dia untuk menghapus semua memori bocah itu dan kawan-kawannya agar lupa apa yang terjadi, lalu membuka array penghalang, membiarkan mereka pergi.      

"Ayo kita ke bus, semua udah nunggu di sana." Andrea berjalan di depan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.