Devil's Fruit (21+)

Ratu Ivy



Ratu Ivy

4Fruit 1056: Ratu Ivy     2

"Hime ... Ivy-hime ... aku mencintaimu ... errrmmghhh ..." Dengan sebuah dorongan, Danang mendesakkan miliknya ke celah sempit Ivy.      

Usai mengatakan itu, Danang pun mulai memasukkan batang ajaib dia ke liang intim Ivy, masuk dan masuk ....     

"Rrrghhh ..." Ivy menggigit gerahamnya untuk menahan rasa menyengat di selatan sana.      

"Maaf, Ivy sayank ... apakah sakit sekali? Atau tidak usah saja, yah?" Danang jadi tak tega karena melihat Ivy seperti sangat kesakitan.      

"Ti-tidak apa-apa, Om ..." Ivy menjawab dan satu tangan dia mengelus rahang Danang. Mengatur napas beberapa detik, dia pun memaksakan diri tersenyum agar Danang tidak khawatir. "Om ... teruskan. Aku ingin menjadi milik Om dan Om menjadi milikku."      

Pandangan mata mereka saling terajut dan karena melihat Ivy begitu manis mengatakan itu, Danang mulai terliputi hasratnya kembali. "Iya, sayank ... aku memang milikmu."      

Maka, Danang kembali mendesakkan kepala batangnya agar bisa melewati celah sempit tersebut. Ivy terus menggigit gerahamnya dan menahan agar tidak mengeluarkan suara kesakitan apapun agar sang pria tidak cemas.      

"Arrghhh!" Akhirnya, bagian paling sulit itu pun berhasil menembus masuk dan pekikan suara Ivy menandai kesuksesannya. Proses itu terasa lama dan menegangkan. Keduanya terengah-engah meski hanya untuk memasukkan kepala pusaka Danang saja karena bagian itu paling krusial.      

Sembari sama-sama terengah, keduanya saling tatap, saling terkekeh singkat dan tanpa ada yang mengkomando, keduanya saling memagutkan bibir, seolah sebagai perayaan atas keberhasilan mereka. Keduanya mencurahkan perasaan lega itu dalam sebuah cumbuan mesra.      

Usai bercumbu beberapa menit, maka kini tiba saatnya melakukan aksi inti. "Ivy sayankku, aku bergerak sekarang, yah!" Danang meminta ijin pada 'kekasihnya'.      

Ivy mengangguk dan bersiap menerima apapun dari Danang. Pria itu benar-benar menggerakkan pinggulnya pada Ivy, perlahan dan pelan agar tidak menyakiti Ivy.      

Danang bukannya seorang amatiran dalam hal bersetubuh. Dia pernah melakukan hal demikian beberapa kali pada pacar-pacar sebelumnya, meski tidak sering.      

Ketika Danang sudah bergerak di dalam dirinya, Ivy merasakan berbagai luapan perasaan, dari rasa bahagia, lega, terharu, dan penuh cinta. "Om! Om! Unghh!" Dia memeluk Danang erat-erat dan menenggelamkan wajahnya di dada pria tercintanya.      

"Ivy! Ivy sayank! Kau kekasihku terhebat! Hnnghh! Ngghh!" Danang bergerak lebih cepat, menimbulkan erangan dan rintihan dari si gadis remaja yang menyamar wanita dewasa.      

Setelah beberapa saat, Ivy mulai terbiasa dengan hentakan Danang. Celah sempitnya mulai beradaptasi dengan batang ajaib sang pria di atasnya dan kini rasa sakit tidak lagi merajai di sana, melainkan gelenyar rasa nikmat mulai merangkak naik dan memenuhi seluruh diri Ivy.      

"Hangh! Angh! Om! Angh! Enak! Hangh!" Ivy terhentak dan terayun secara harmonis dengan pompaan dari Danang. Wajah pucatnya menjadi merona parah hanya karena terjangan rasa nikmat yang kian terasa.      

Danang menjauhkan wajah gadis terkasihnya agar dia bisa melihat wajah cantik Ivy. "Ngh! Hhgh! Ivy sayank ... kau cantik! Kau cantik, hime! Ngh!" Ia tumpu dirinya dengan dua tangan dan menatap sang gadis di bawahnya.      

Ivy makin merona dipuji cantik. Meski ada begitu banyak lelaki mengatakan kalimat serupa, namun rasanya jauh berbeda jika Danang yang mengatakan. Pujian Danang terasa memenuhi seluruh rongga ego Ivy.      

Meskipun masih sebuah misteri, apakah jika Danang tidak dalam pengaruh hipnotis Ivy, dia masih akan mengatakan hal itu atau tidak.      

Sembari terus memompa celah intim Ivy, Danang mengulurkan tangan ke payudara penuh Ivy agar bisa merasakan kekenyalan di sana, meremasnya sepenuh hati hingga Ivy melenguh, lalu merunduk untuk memasukkan pucuknya ke dalam mulut.     

"Anghh! Haangh! Ommm ... anghh! Terus! Teruuss! Angghh!" Ivy terayun-ayun dengan kepala mendongak dan mata terpejam ketika pucuk dadanya bergantian dihisap-hisap mulut Danang secara seduktif, melahirkan sensasi denyut nikmat di bagian itu.      

Rupanya begini. Rupanya seperti ini yang dirasakan para orang dewasa ketika mereka melakukan persetubuhan. Ivy tidak menyesal telah mengambil keputusan ini. Dia tidak menyesal telah melalui proses sakit sebelumnya.      

Danang terus dan terus menghentakkan miliknya pada Ivy hingga sampai pada batas limitnya dan menyerahkan peluru cair dia ke gadis vampir itu. Dia tidak mencabut dan tetap menenggelamkan pusakanya ketika memuntahkan benihnya ke dalam rahim Ivy.      

Keduanya sama-sama tersengal mengatur napas. Terkekeh seperti orang bodoh dan saling mengecup bibir satu sama lain sebelum Danang akhirnya mencabut miliknya dari liang intim Ivy.     

"A-aaghh!" Ivy memekik ketika batang ajaib 'kekasihnya' keluar dari dirinya. Mendesis melampiaskan rasa menyengat sedikit, Ivy tersenyum bahagia. Dia sangat bahagia. Akhirnya dia saling memiliki dengan Danang.     

Mereka pun saling merebahkan diri dan berhadap-hadapan dengan kondisi tubuh masih tanpa helaian kain apapun. Bahkan Danang lupa bagaimana proses sehingga mereka bisa sama-sama telanjang tadi?      

Akibat sensasi nikmat yang dirasakan, hanya dalam kurun waktu lima belas menit lebih sedikit, Danang merasakan libidonya bangkit lagi seiring bangunnya sang pusaka jantan. Melihat tubuh menakjubkan seksi dari Ivy, lelaki mana yang tidak berhasrat lagi meski baru saja memuntahkan benih cairnya?     

"Ivy sayank ..." Danang menerjang Ivy yang masih rebah. Dan mereka pun mengulangi kenikmatan itu meski dengan porsi lebih intens, lebih bersemangat dan lebih lama.      

Setelah jam menunjukkan waktu sekitar pukul 3 dini hari, Ivy pun bangkit dari futon. Dia melihat Danang sudah terlelap usai mereka bercinta beberapa jam lamanya. Setelah itu, Ivy membisikkan sesuatu di telinga sang pria sebelum dia mulai menjelma lagi jadi sekumpulan kupu-kupu dan pergi dari tempat itu.      

Kumpulan kupu-kupu pun kembali ke rumah kosong besar sebelumnya. Saat dia berubah ke wujud aslinya, sudah ada beberapa sosok di sana.      

"Yang Mulia."     

"Yang Mulia Ratu."     

"Ratuku."     

Mereka semua memberi salam menggunakan sebutan berbeda-beda kepada Ivy.      

"Hm ..." Ivy membalas salam mereka dengan gumaman singkat dan berjalan ke sebuah ruangan yang dijadikan singgasananya. "Bagaimana kerja kalian?" Ia pun duduk di sebuah sofa panjang dengan cara mendominasi.      

Para anak buahnya berdiri di depannya dengan sikap hormat.      

"Distrik Asakusa sudah kami pegang."     

"Aku sudah mencengkeram distrik Odaiba."     

"Adachi sudah aku kuasai."     

"Chuo mulai aku pegang."     

Mereka satu demi satu melaporkan kinerja mereka untuk Tokyo, mulai menancapkan kuku kekuasaan di tempat-tempat yang disebutkan tadi.     

Ivy mengangguk puas dan bertanya, "Apakah ada yang sudah merambah luar prefektur Tokyo ini?"      

"Sepertinya kelompok Janus mulai mendatangi prefektur Nagano." Salah seorang bawahan Ivy melaporkan.      

"Ohh, bagus. Yang lainnya?" tanya Ivy.      

"Kelompok Len bergerak ke Kyushu."     

"Hoo?" Mata Ivy menyala senang. "Dia dan kelompoknya pergi ke pulau paling ujung selatan Jepang? Ha ha ha, bagus! Aku suka jika anak buahku memiliki visi dan misi jauh ke depan, tahu apa yang aku inginkan."     

"Ratuku, perlukah kami menyebar ke seluruh pulau di Jepang?" tanya Leon sambil membungkuk hormat.      

"Hm, kalian fokus saja dulu dengan kelompok kalian untuk satu wilayah, dan jika sudah menggenggam sebagian besar dari wilayah kalian saat ini, menyebarlah ke pulau lainnya." Ivy menetapkan perintahnya.      

"Baik, Ratu!" Mereka serempak menjawab.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.