Devil's Fruit (21+)

Ice Cream, Chillin', Chillin'



Ice Cream, Chillin', Chillin'

2Fruit 1073: Ice Cream, Chillin', Chillin'      1

Siang di sebuah kafe di Tokyo pada akhir pekan.     

"Wuaahh! Panas sekali!" seru Voindra sambil mengipasi wajahnya menggunakan telapak tangan.      

Sedangkan kakaknya yang berada di samping kanannya hanya mendengus geli melihat ulah adiknya. "Kau ini ... pfftt!"     

Voindra menoleh ke sang kakak yang sedang menahan tawa. "Kok malah Kakak ketawain aku, sih?" Mulutnya mengerucut lucu karena kesal dan akhirnya untuk melampiaskan kekesalan itu, dia cubit pinggang Vargana.      

"Auwh!" Vargana mengelus bekas cubitan adiknya di pinggang ramping dia, rasanya geli sekaligus sakit. "Ha ha ha ... yah abisnya ... kamu tuh lucu, iblis tapi kepanasan ama hawa bumi begini. Apalagi kita punya kekuatan dasar api, Voi. Gimana aku nggak ketawa, coba? Phu hu huu ..."      

"Ihh Kakak ... emangnya kita juga bisa tahan meski dibakar? Enggak, kan?" sungut Voindra.      

"Tergantung apinya." Vargana kemudian menerima mangkuk dari pelayan kafe. "udah, udah, jangan bawel lagi, habisin aja tuh es krimnya." Dia menatap mangkuk di hadapannya yang berisi beberapa gunduk es krim warna-warni memikat selera.      

Voindra mengikuti gerakan pelayan kafe yang sedang menghantarkan mangkuk bagiannya. Di mangkuk dia, ada beberapa gundukan es krim coklat dan vanila dengan topping choco chip serta vanilla macaron.      

Setelah pelayan pergi, Voindra segera menyendokkan es krim dia dan masukkan ke dalam mulut. "Mmhh ... nikmatnya, aduh ..." Matanya terpejam sambil tangannya yang bebas memegang pipi dengan roman wajah bahagia terharu.      

Vargana terkekeh geli melihat kelakuan adiknya. Lalu dia terus menyendokkan es krim warna-warni dia ke mulutnya sendiri. "Pelan-pelan dan nikmati saja, Voi ..."      

"Harusnya kita ajak yang lain ke sini juga, Kak! Es krim di sini enak sekali!" Voindra terus menggali gundukan es krim bagiannya menggunakan sendok kecil.      

"Yang lain sedang sibuk dengan acara masing-masing. Sho sibuk pacaran dengan tunangannya, Kuro ikut aunty Andrea ke Cosmo, Shiro ... dia anti sosial dan lebih memilih jaga Joglo Fiesta. Jo aja sedang sibuk bantu aunty di Cosmo." Vargana menyebutkan satu demi satu anggota muda di tim Blanche dengan kesibukan masing-masing. "Gimana kalo kita undang Gavin aja?" Matanya mengerling nakal ke adiknya.      

Voindra malah mencebik kesal. Sambil menyendok es krim dia yang tinggal setengah porsi, dia berkata, "Ngapain ajak dia? Dia aja lebih milih nemani Kak Shiro, kok!"     

"Wooahh! Ternyata kamu dah sempat ajak dia, yah!" Vargana langsung paham dari ucapan yang diberikan adiknya. "Wa ha ha ... ya udah, sabar aja Voi, ntar juga dia nyadar ama ... tulusnya perasaan kamu." Di bagian akhir penggalan kalimatnya, Vargana mengucapkannya penuh penghayatan seakan sedang berpuisi, apalagi dengan satu tangan diletakkan di dada.     

"Ihh! Kakak menyebalkan, iisshh!" rutuk Voindra sambil cemberut. Kakaknya tertawa ringan menanggapi tingkah lucu sang adik. "Lah Kakak sendiri, kenapa tidak ajak pacar bucin Kakak?" Ia menemukan balasan yang dianggap setimpal.      

Wajah tawa Vargana langsung berubah kesal. "Gak usah ngomongin dia, ntar orangnya muncul, nyebelin!" Seketika saja, dia jadi sebal. Bagaimana tidak sebal jika tadi pagi, ketika Vargana sedang ingin lelap dulu sebentar mengistirahatkan tubuh setelah semalaman suntuk berpatroli, Pangeran Abvru malah mendatangi dia di mimpinya dan memaksakan keintiman di sana.      

Karena Vargana tahu hanya dengan cara demikianlah si pangeran incubus bisa seenaknya menyentuh dan menyetubuhi dia tanpa bisa dikenai pasal apapun untuk dimarahi orang tua Vargana, metode ini terus saja dipakai calon suami dia untuk menguasai tubuhnya di alam mimpi.      

"Aku mau pesan lagi yang lain!" Voindra bersemangat dan memanggil pelayan. Teriakan kecil adiknya membuat Vargana yang melamun pun jadi tersadar dan dia malu sendiri.      

Lalu, dengan heran, Vargana menyaksikan mangkuk adiknya sudah kosong akan es krim. "Voi, secepat itu?"     

Voindra mengangguk sembari tersenyum. "Kakak cepat dihabiskan es krimnya, ya ampun, nanti malah jadi bubur cair, loh kalau kelamaan didiamkan!" Ia melirik mangkuk Vargana yang masih ada setengah lebih es krim dan hampir meleleh. "Aku pesan ice cream cake, yang ini!" ucapnya riang pada pelayan sambil menunjuk salah satu menu di daftar yang disodorkan padanya.     

Vargana hanya bisa memutar bola matanya saking takjub dengan antusiasme adiknya pada es krim.     

Tak lama, es krim kedua pesanan Voindra pun tiba. Mata gadis itu berbinar senang mendapati sebuah piring dengan atasnya ada potongan segitiga dengan 3 lapis yang masing-masing berwarna coklat, ungu dan putih berbintik-bintik. Itu adalah roti sponge coklat, lalu lapisan tengahnya adalah es krim rasa taro, dan paling atas merupakan es krim vanila yang diisi potongan biskuit dan cacahan almond.     

Voindra terlihat sangat bahagia melihat es krim ini, ia lekas saja mengambil garpu, bersiap menggali lagi. Vargana terkekeh melihat wajah penuh hasrat adiknya pada si es krim.      

Dhuarr!      

Belum juga potongan es krim di garpu Voindra sampai ke mulutnya, terdengar suara ledakan cukup mengagetkan di dekat keduanya duduk. Orang-orang di sana menjerit kaget tanpa bisa ditahan.      

"Cukup! Aku muak dengan perintah-perintahmu, sialan!" seru seseorang di dalam dapur kafe. Area terdekat dengan dapur cukup menjadi berantakan, dan membuat pengunjung kafe pun berlarian ketakutan, mengira di dapur ada yang meledakkan bom.      

Vargana dan Voindra saling pandang dan sang kakak pun menyeret tangan adiknya untuk lekas menuju ke dapur, melihat apakah benar dugaan mereka akan sesuatu di ruang itu.      

Ketika semua orang berbondong-bondong keluar dari tempat itu, Vargana dan Voindra malah menerobos terus maju untuk masuk ke dapur yang sudah kacau.      

Ternyata dugaan Vargana dan Voindra benar, di dapur yang sudah menjadi puing-puing, ada seorang manusia dengan wajah yang tidak lagi mencerminkan manusia. Separuh tangan manusia itu menghitam dengan tubuh menyala-nyala berwarna merah dari dalamnya seakan dia baru saja menelan magma.     

Sedangkan di depannya, sudah ada manusia lain yang tergeletak dengan lubang besar di dadanya dan ada juga 3 manusia lagi tergeletak diam tak bergerak. Diperkirakan 1 tewas dan 3 lainnya luka akibat ledakan dari energi bola api yang dimunculkan si manusia magma itu pada yang tewas di depannya.      

Tanpa menunggu lama, Vargana lekas saja mengeluarkan kertas mantra buatan Andrea sebelumnya.      

Manusia berwujud mengerikan dan aneh itu menoleh ke Vargana dan Voindra yang tiba-tiba merangsek masuk ke tempat yang telah kacau balau, menghardik kedua gadis. "Mau apa kalian?!"      

Namun, pandangan marah dari manusia itu berubah pias ketika dia melihat kertas mantra di tangan Vargana. Dia mengutuk keras, hendak melarikan diri.      

"Tidak semudah itu, jamet!" pekik Vargana sambil melemparkan kertas mantra itu ke tubuh manusia tadi. Seketika, makhluk asap hitam yang mendiami tubuh itu pun terlempar keluar dan segera saja dia dilahap kobaran api ungu. Sedangkan Voindra sudah sigap menerima tubuh inangnya yang pingsan.      

Ini akan sangat menjadi ketidakberuntungan bagi si manusia ini nantinya ketika dia akan didakwa dengan pasal pembunuhan dan perusakan area publik. Kasihan, dia hanya dimanfaatkan tapi dia pula yang nantinya menanggung ulah si makhluk asap hitam.      

"Urrghh! Sebal! Aku kan belum makan es krim keduaku!" jerit Voindra sambil hentak-hentakkan kakinya ke tanah dengan wajah cemberut. Vargana terkikik.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.