Devil's Fruit (21+)

Aku Suka Dengan Orang yang Memiliki Tekad



Aku Suka Dengan Orang yang Memiliki Tekad

3Fruit 1136: Aku Suka Dengan Orang yang Memiliki Tekad      4

Setelah malam itu Vargana, Pangeran Abvru dan kedua liger kembali ke pondok Cosmo, pada pagi harinya, Andrea dan Jovano didampingi Dante, Shiro dan Kenzo, melesat terbang ke arah yang ditunjuk oleh Jaida.      

Begitu mereka menemukan sebuah daerah luas yang tandus seperti yang dideskripsikan oleh Jaida, mereka semua diam melayang di angkasa sambil menatap tempat itu.      

"Ternyata ini area berbahaya di sini. Sungguh tidak disangka ada begini di Cosmo yang asri dan aman." Dante tidak bisa menyembunyikan keheranannya.      

"Ini menunjukkan alam Cosmo ini masih menyimpan banyak misteri lainnya yang belum dijangkau kita." Andrea menatap lurus ke bawah dimana hanya warna coklat kering yang menandakan kegersangan saja yang terhampar sepanjang mata memandang. "Kita hanya berhasil menguak seujung kuku dari Alam Cosmo."     

"Benar, Ma." Shiro ikut bicara. "Aku yang hampir seumur hidup tinggal di sini saja cukup terkejut akan adanya daerah seperti ini. Bayangkan jika banyak dari kami yang tidak sengaja masuk ke sini dan terhisap masuk ke tanah dan tak bisa keluar ...."     

"Maka dari itu, ayo kita segel saja dengan array daerah mengerikan ini. Sangat berbahaya jika sampai ada yang menginjakkan kaki di sini." Jovano mempersiapkan diri.      

Andrea mengangguk. "Ayo, Jo!"      

Diiringi tatapan dari yang lainnya yang masih di angkasa, Andrea dan Jovano segera memulai ritual pembuatan segel array. Beberapa batu array dilemparkan ke titik-titik yang seharusnya oleh Andrea yang bekerja sama dengan putranya.      

Sesudah batu-batu berjumlah puluhan itu ditempatkan ke sudut-sudut tertentu, segera saja Andrea dan Jovano mengeluarkan tenaga magis mereka, menarik aura dari batu itu keluar untuk membentuk sebuah benang energi yang dijalin menjadi sebuah kesatuan melingkupi daerah tandus itu.      

Segera seusai jalinan benang magis dari array itu saling berkait erat dan kokoh, itu menjadi transparan dan tidak terlihat lagi.      

Andrea dan Jovano membutuhkan sekitar satu jam untuk membuat segel array tersebut.      

"Nah, sekarang udah beres, deh! Diharapkan gak ada lagi yang bisa usil masuk ke sini." Andrea menepuk-nepukkan kedua tangan dia seolah itu berdebu saja.      

"Memangnya apa yang akan terjadi kalau nantinya ada yang tidak sengaja melangkah ke sini, sayank?" tanya Dante pada istrinya.      

"Mereka akan dibawa kembali ke tempat semula mereka." Sambil mengusap cepat hidungnya, Andrea menjawab.     

"Apakah ini sungguh-sungguh kokoh, Tuan Putri?" tanya Kenzo, khawatir jika suatu hari anak-anaknya secara tidak sengaja mendatangi tempat ini.      

"Tsk! Zo, emangnya kamu mulai mempertanyakan kemampuanku, hm?" Andrea melirik tajam ke panglima kerajaannya.      

"Ah ha ha ha ... tidak begitu maksud hamba, Tuan Putri. Kalau benar kokoh, maka hamba sangat berterima kasih atas kehebatan Tuan Putri dan Pangeran Muda." Kenzo secara alami memberikan kalimat manis untuk menghindarkan Andrea dari salah paham.      

-0-0-0-0-0-     

"Wuaahh! Lihat cambukku! Ini sangat cantik tapi juga kelihatan kuat!" Vargana mulai mengibas-kibaskan cambuk baru buatan Jovano. Warnanya merah kehitaman dengan selipan bara api yang tertanam di sela-sela jalinan materialnya.      

"Ini bisa berubah jadi cambuk belati kalau kamu mau." Jovano memberitahunya. "Coba kamu konsentrasi dan alirkan tenaga murni kamu ke pegangannya."     

Gadis itu mengangguk patuh dan melakukan seperti yang Jovano perintahkan. Dengan sekelumit aliran energi murninya pada pegangan cambuk, seketika muncullah banyaknya bilah tajam dari baja terbaik yang tipis namun jangan ragukan ketajamannya. "WOW!" Ia tidak menyangka akan seperti itu. "Ini hebat banget, Jo! Ini lebih seram dibandingkan cambuk durinya mamaku!"     

Menatap takjub pada evolusi cambuknya yang dari cambuk bara api, mendadak berubah jadi cambuk belati. Itu sungguh-sungguh membuat Vargana sangat gembira.      

"Kau memang hebat, Jo! Kau terbaik!" Vargana spontan saja memeluk sepupunya. Jovano hanya bisa tersenyum canggung, apalagi ketika melihat wajah suram Pangeran Abvru.      

"Kak Jo! Jangan lupa punyaku, oke!" Voindra mengingatkan.      

"Aku juga yah, Jo!" Kuro tak mau kalah.      

"Astaga kalian ... apakah tidak kasihan jika Jovano sampai kewalahan dan pingsan karena kelelahan nantinya?" Shona mengulum senyumnya usai mengatakan itu.      

Pangeran Abvru menoleh ke kakaknya yang berdiri di samping Shona, bertanya-tanya apakah sang kakak sungguh tidak merasakan kecemburuan sama sekali ketika calon istrinya mengkhawatirkan mantan pujaannya?     

Tapi, nyatanya, raut wajah Pangeran Zaghar sama sekali tidak memiliki jejak cemburu secuilpun. Sepertinya dia sangat mempercayai Shona dan juga Jovano yang sudah dia anggap seperti adik sendiri.      

"Ha ha ha, tenang aja, Sho. Aku ini kan kuat! Kalau lemas, tinggal kunyah buah energi roh sebanyak mungkin, ya kan? He he he ...." Secara tidak langsung, Jovano ingin mengatakan bahwa mereka tidak perlu mencemaskan dia, apalagi ibunya memiliki beribu hektar kebun buah energi roh.      

Sementara itu, di dekat danau, masih tetap dijadikan Shiro untuk membimbing Kiran. Kemajuan Kiran kini semakin pesat. Gadis itu sudah mulai bisa menggerakkan pusaran air dan meliukkannya bagaikan tarian air. Sungguh indah.      

Shiro sangat puas melihat kegigihan usaha Kiran pada kekuatan elemennya.      

"Apakah aku mengganggu?" Tak disangka, Shona muncul di area danau bersama calon suaminya, mendekat ke tempat Kiran berlatih.      

"Kak Sho." Kiran tersenyum. "Pangeran." Ia menundukkan kepala secara hormat pada Pangeran Zaghar. Bagaimana pun, status si pangeran lebih tinggi dari dia yang hanya anak seorang panglima. Sedangkan kepada Shona, dia sudah mengenal lama dan tidak lagi sungkan.      

"Tentu saja kalian tidak menjadi gangguan di sini." Shiro menyahut dengan wajah datar seperti biasanya.      

Shona segera bergegas mendekati Kiran dan memeluk gadis muda itu. "Sepertinya kau berlatih sangat giat hari-hari ini. Karena elemen kita sama, coba tunjukkan padaku, siapa tahu aku bisa memberikan masukan padamu." Lalu dia beralih ke Shiro dan bertanya, "Tidak apa-apa, kan, Guru Shiro?"      

"Justru aku sangat mendukung itu demi kemajuan Kiran." Shiro menjawab dengan bijaksana.      

Kiran pun lekas mengeluarkan kemampuan terbaru dia, meliukkan pusaran air bagaikan sebuah tarian indah.      

"Wah! Itu keren sekali, Ran! Kamu hebat!" Shona memuji tulus.     

"Kak Sho, ajari aku trik dan jurus lainnya." Kiran secara malu-malu memintanya. Ia ingin lekas bertambah kuat.      

"Hm, apa yah? Bagaimana kalau penjara air?" Shona memilah apa yang sebaiknya dipelajari Kiran.      

"Konsep dasarnya seperti apa, Kak?" tanya Kiran.      

"Sesuai namanya, itu adalah sebuah penjara dari air, dengan konsep untuk mengurung seseorang menggunakan media air dan menekan dia dengan kekuatan air kita sehingga dia tidak bisa melawan." Shona menjelaskan.      

"Pasti susah." Kiran memiringkan kepalanya.      

"Apakah kau menyerah?" tanya Shona.     

"Mana mungkin? Ajari aku dasar-dasarnya yah, Kak! Aku ingin lekas menjadi kuat sehingga aku bisa ikut melindungi orang-orang yang aku sayang." Kiran menampilkan binar mata penuh semangat.      

Shona senang melihat semangat yang dimiliki Kiran dan menepuk lembut kepala gadis kecil itu. "Bagus, aku suka dengan orang yang memiliki tekad."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.