Devil's Fruit (21+)

Mengganti Target



Mengganti Target

0Fruit 1159: Mengganti Target      3

Andrea masih tertegun diam di kursi ruang makan pondok Cosmo, sedangkan yang lainnya sedang berbicara sekaligus berdiskusi mengenai apa yang telah mereka lihat dari mata prajurit yang tertangkap Ivy.      

"Sungguh tidak menyangka Ivy sekejam itu!" Voindra terus saja mencetuskan ucapan itu dengan maksud menyindir Gavin. Lihat seperti apa orang yang kau puja-puji bagaikan idola! Voindra seakan ingin meneriakkan itu ke telinga Gavin.      

Gavin memilih diam sedari tadi. Wajahnya tertunduk lesu. Ivy sudah bersama dengan lelaki lain. Bahkan itu merupakan lelaki yang jauh lebih tua dari Ivy! Itu lebih pantas dikatakan sebagai ayah daripada suami! Bagaimana bisa Ivy memilih pria seperti itu? Batin Gavin ingin berteriak tidak terima.      

Di ruangan itu, hanya Gavin dan Andrea saja yang tertunduk diam tidak berkata sepatah katapun semenjak Pangeran Djanh selesai memperlihatkan sebuah 'film dokumenter pendek' di teras pondok tadi. Setelah itu, sang pangeran dan istrinya keluar dari Cosmo.      

"Kalian ingat kata papanya Zevo tadi?" Kuro tak henti-hentinya antusias membahas ini. "Ivy menggunakan metode gigitan agar dia bisa mengendalikan mangsanya!"      

"Tadinya aku juga sudah mengira ini pasti ada kaitannya dengan kemampuan vampir yang bisa menginfeksi korbannya melalui gigitan mereka. Ternyata dugaanku ada benarnya." Vargana juga turut bersuara.      

"Kalau begitu, yang harus kita lakukan adalah jangan sampai tertangkap dan tergigit. Ya, kan?" Voindra bicara lagi.      

"Ya, ya, ya! Jangan sampai tertangkap dan tergigit! Atau kita akan tamat menjadi budak Ivy!" Kuro mengangguk tegas beserta sorotan mata penuh bara. Seperti pernah dia akui, sejak dulu dia memang tidak menyukai Ivy karena gadis vampir itu terlalu antisosial.      

"Haruskah kita juga menelan Peek a Boom seperti para prajurit kerajaan Huvro itu?" Kyuna merasa ngeri sendiri membayangkan andaikan dia tertangkap dan harus meledak sebelum dirinya berhasil dijadikan budak oleh Ivy.      

"Aku harap Mom bisa menciptakan alat atau kertas mantra yang fungsinya lebih baik dalam menghindari gigitan vampir." Jovano mengerutkan keningnya dalam-dalam. Meski Ivy adalah adiknya, tapi dia tidak boleh menutup mata bahwa yang dilakukan sang adik adalah salah.      

"Ya! Aku yakin Mama akan menemukan cara agar kita tidak perlu memakai Peek a Boom punya papanya Zevo!" Kuro menyetujui saran Jovano.      

"Hei, ayahku kan juga sudah menjadi ayahmu." Zevo gemas dan tidak bisa menahan tangannya untuk mencubit pipi istrinya.      

Vargana dan para wanita lainnya di sana terkikik, apalagi Kuro malah merona malu ketika diingatkan mengenai itu.      

"Nah, Mom, kau pasti akan memikirkan cara untuk memb-" Jovano sudah hendak meneruskan ucapannya kepada Andrea ketika dia menoleh ke arah ibunya dan sang ibu sedang tertunduk diam. Ia lekas berhenti tanpa melengkapi kalimatnya.      

Jovano kini sadar ibunya sedang bersedih.      

"Ya, Mama! Buatlah sebuah benda agar kami tidak bisa dijadikan budak Ivy, yah!" Sayangnya, Kuro kurang paham mengenai membaca situasi dan malah berseru antusias pada ibu angkatnya.      

Dante mengerling memberikan kode melalui matanya kepada Kuro agar si hybrid bisa mengerti sedikit perasaan Andrea. Tapi, Kuro tak paham.      

Andrea mendongakkan kepalanya menatap Kuro dan yang lainnya, memaksa sebuah senyum meski itu palsu, dan berkata, "A-ahh, ya ... nanti aku ... aku pikirkan caranya." Lalu, dia bangkit berdiri. "Aku ... aku ke kamar dulu."      

Semuanya terdiam dan mengamati Andrea yang berjalan menuju kamarnya di lantai atas.      

"Sayank!" Dante menyusul istrinya. Dia sangat paham kesedihan macam apa yang sedang menguasai perasaan Andrea.      

Sepeninggal Andrea dan Dante, giliran Gavin yang bangun dari duduknya. "Aku tak enak badan. Permisi." Tanpa menoleh ataupun merespon siapapun, dia lekas berjalan keluar dari pondok.      

"Astaga, sepertinya kita sudah melukai perasaan dua orang yang sangat sayang ke Ivy." Vargana tersadar.      

"Aku akan bicara dengan Gavin." Jovano lekas berdiri dan menyusul sahabat masa kecilnya. Ia tidak ingin menyalahkan siapapun karena dia juga tidak sepenuhnya tidak bersalah.      

"Sepertinya kita benar-benar sudah mengacaukan suasana." Voindra mulai menyesal. Harusnya dia tidak berkata seperti itu mengenai Ivy saat ada Gavin di dekatnya.      

Kalaulah Voindra berada di posisi Gavin, dia pasti juga kalut dan sangat sedih jika orang yang dia sangat sayangi berubah kejam dan merugikan teman-temannya yang lain.      

"Ehh? Kok begitu, Voi? Mengacaukan suasana apanya?" Kuro belum paham. Dia terlalu lugu dan kurang peka dengan empati.      

"Dasar EQ jeblok!" ledek Shiro.      

"Hei! Kenapa malah kau menghinaku, putih buluk!" Kuro tak terima.      

"Sudah, sudah, jangan bertengkar lagi." Zevo menengahi sebelum dua hybrid kembar bisa saling bertarung dan menghancurkan ruangan ini.      

"Bicara dengan orang tolol sepertimu tak ada gunanya!" Shiro bangkit dari kursi. "Mulutmu memang lebih cepat daripada otakmu!" Ia tidak menahan diri mengkritik saudara kembarnya. "Ayo, Ran, lanjutkan latihanmu."      

Kuro makin geram. Apa-apaan Shiro menghina dan bahkan berkata seperti itu padanya! Ia berteriak. "Kau putih bedebah! Jangan seenaknya pergi kabur setelah membuang kotoran di sini!"      

"Malas meladeni orang tolol macam kau." Shiro menyeret tangan Kiran.      

Kuro sudah hendak menyusul kembarannya dengan perasaan meletup-letup emosi, tapi Zevo segera menangkap pinggangnya. "Sudah, sudah, tidak usah dihiraukan. Shiro mungkin sedang kesal dengan hal lain."      

"Tapi kan tak perlu melampiaskan ke aku!" pekik Kuro ke suaminya.      

"Ya sudah, ayo kita ke spa. Kita berendam di sana, yuk! Nanti aku pijat sampai kau tertidur, oke?" bujuk Zevo.      

"Tak mau!" tolak Kuro. "Itu hanya akal-akalan kamu saja, ya kan?" Wajahnya mendadak cemberut. "Yang sudah-sudah, kau bilang hendak memijat aku tapi ujung-ujungnya kau malah menelanjangi dan menyetubuhi aku!"      

Vargana dan yang lainnya di ruangan itu sekuat tenaga menahan tawa mereka. Astaga, apakah Kuro sebegitu lugunya sampai hal seperti itu pun diungkap?     

Melihat ekspresi geli semua orang di ruang makan, Zevo rasanya malu dan ingin benamkan dirinya ke tanah. Dia segera berkata ke istrinya, "A-aku janji, Kuro sayank, akan benar-benar memijat kamu, tidak yang lainnya!"      

Setelah melihat suaminya nampak bersungguh-sungguh, Kuro pun luluh dan pergi bersama Zevo ke area spa yang mereka bangun beberapa minggu sebelum ini.      

-0-0-0-0-      

"Ratu, sepertinya kita tidak bisa lagi menangkap prajurit dari kerajaan Huvro." Argaz, salah satu punggawa kerajaan Ivy berbicara di aula istana.      

"Hm, begitu, yah?" Ivy menopang dagu menggunakan satu tangannya sambil dia duduk santai di singgasananya.      

"Benar, Yang Mulia Ratu," sambung Mago. "Hamba merasa mereka sepertinya memiliki sesuatu di tubuhnya sehingga akan meledak ketika Yang Mulia Ratu hendak menguasai mereka."      

Ivy mengingat momen itu. Sangat membahayakan dan juga mengejutkan dia. Ia lekas berpikir. "Hm, baiklah. Sepertinya memang tidak bisa lagi merekrut iblis dari golongan mereka. Arahkan ke pasukan yang lainnya. Kalaupun hendak merekrut iblis pengembara, pastikan dia terlihat kuat. Aku tak mau orang tak berguna."      

"Baik, Ratu!" Semua yang di aula segera membungkuk dan serempak menjawab Ivy.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.