Devil's Fruit (21+)

Membangun Sebuah Talent House



Membangun Sebuah Talent House

4Fruit 854: Membangun Sebuah Talent House     
3

Kini, sudah disepakati bahwa lantai 1 dari gedung baru yang dibeli Andrea nantinya akan digunakan sebagai tempat berjualan pernak-pernik cosplay dan sekaligus pemotretan juga.      

Orang biasa akan dikenai biaya, sedangkan anggota sanggar bisa menikmatinya secara gratis gratis meski tetap akan ada biaya bulanan.     

Jovano meyakinkan Andrea bahwa jika sang ibu hendak beramal pada anak muda berpotensi sebagai anggota sanggar dia, maka membebaskan biaya pemotretan lengkap dengan make up itu sangat beramal, terlepas ada iuran bulanan.      

"Mom, make up itu tidak murah. Percayalah. Temanku banyak yang bermain di bidang cosplay. Jadi aku paham apa saja yang mereka pakai dan keluhkan. Yaitu make up. Oh, dan kostum juga sih andaikan kostumnya ribet."      

"Hm, begitu yah?" Andrea mengulum bibirnya sambil berpikir.      

"Mam," sela Zivena. "Kenapa tidak sekalian menyediakan jasa pembuatan kostum juga di sini?"      

"Ah! Pemikiran bagus, Zizi sayank!" Jovano mengecup pipi sang adik setelah melakukan toss dengan si bocah cilik 5 tahun."      

Andrea menambahkan itu ke daftar rencana. "Apakah kita akan ke lantai 2 sekarang?"      

"Oke. Ayo."      

Semua orang pun mulai beralih ke lantai 2 menggunakan anak tangga biasa yang memutar.      

Setelah Jovano menyaksikan lantai 2, ia berasumsi bahwa lantai 3 juga pasti akan sebesar ini. "Mom."      

"Ya, Jo?" Andrea berhenti melangkah di sana dan menoleh ke Jovano.      

"Bagaimana jika sanggar itu tidak saja mengenai cosplay." Jovano menatap sang ibu.      

"Maksudmu?" Andrea bertanya dengan wajah penasaran.      

"Bagaimana jika selain cosplay, juga Mom adakan pelatihan seiyuu atau pelatihan menyanyi untuk lagu soundtrack?" Tiba-tiba saja Jovano memikirkan tentang itu.      

Ide itu melintas begitu saja.      

"Ouwh!" Andrea tidak menyangka bahwa rencana akan berkembang sebesar ini spektrumnya. Tidak hanya merambah dunia cosplay namun juga lebih dari itu.      

"Tunggu, tunggu." Jovano naikkan tangannya. Lalu berkata, "Lantai 1 khusus untuk cosplay. Lantai 2 untuk seiyuu dan penyanyi soundtrack dan lantai 3 ... pelatihan dance."      

"Dance?" Andrea, Dante, dan Zivena sama-sama mengulang kata yang diucapkan Jovano secara bersamaan.      

Si sulung mengangguk dengan senyum terkulum. "Ya, dance. Sekarang ini kan lagi booming dance ala K-Pop. Jepang juga mulai dilanda demam K-Pop. Apa salahnya jika memberikan pelatihan dance modern untuk mereka?"      

Andrea dan yang lain termangu sejenak menelaah ucapan Jovano.      

"Um, tidak buruk juga kalau dipikir-pikir." Dante yang pertama menimpali. "Itu keren, kok!"      

"Dad berpikir kayak gitu? Beneran, Dad?" Jovano tersenyum girang.      

Tuan Nephilim mengangguk. "Ya, itu sungguh tidak buruk. Siapa tau nanti kita akan bisa menjadikan ini semacam PH? Atau agensi, ya kan?"      

"Tapi apa kagak kebanyakan nanti, Jo?" Andrea agak ragu.      

"Bukankah semakin banyak pilihan itu justru bagus, Mom?" balas Jovano. "Tenang aja, aku yakin Mom pasti bisa menangani semua ini, kok! Ajak saja Aunty Myren. Kalian bisa mengelola bersama-sama. Kalian belum pernah punya bisnis yang dikelola bareng, ya kan?" Ia tersenyum jenaka sambil naik turunkan alisnya.      

"Hm, oke. Nanti Mama akan hubungi Kak Myren dan tawarin ini ke dia. Semoga aja dia mau." Andrea mulai memiliki keyakinan. Bisa. Dia pasti bisa.      

"Andaikan Aunty Myren gak mau pun aku yakin Mom akan bisa kelola ini sendirian. Toh Mom udah buktiin bisa kelola Tropiza, Schubert, Joglo Fiesta dan juga kantor properti, kan?" Jovano terkekeh sambil memuji sang ibu secara terselubung sekaligus menyuntikkan semangat rasa percaya diri di kalimatnya.      

"Dan aku akan jadi orang super sibuk di dunia." Andrea naikkan alisnya dengan wajah pasrah. Batinnya, kok gini amat yak perjuangan demi anak.      

-0-0-0-0-      

Ketika ide ini diungkapkan ke Myren, kakak dari Nyonya Cambion itu langsung antusias menyambut ide tersebut.      

"Ahh, Ndre. Jahatnya kau sekarang. Beli gedung tidak bilang-bilang." Myren berlagak kesal.      

Tapi Andrea paham itu hanya kamuflase dari rada bangga sang kakak saja kepadanya. "Aku kan kepingin sukses kayak Kakak."      

"Apaan! Sekarang justru kau yang jauh melebihi kesuksesan aku!" jerit Myren.      

"Oohh ... Jadi adanya butik yang ampe kayak cendol di Jepang saking banyaknya kesebar dan juga di luar negeri. Di Singapore, di London, di Los Angeles, di Paris, di Milan, di Hong Kong ... itu kurang dinamakan sukses, yah?" cecar Andrea menggunakan nada suara menyindir.      

"Ha ha ha ha!" Myren tertawa keras akan sindiran lucu adiknya.      

"Bahkan ini mo ketemuan aja ampe musti pake janji, jadwal, sesuaikan agenda ama bos satu ini, heh?" imbuh Andrea.      

Myren tertawa terbahak-bahak. Memang, dia juga semakin menanjak dengan bisnis dia sendiri, seperti bisnis butik pakaian dengan brand dia sendiri. Ada juga bisnis hotel dan resor di beberapa negara tropis. Dan semuanya sukses.      

Ide yang ditawarkan oleh Andrea sulit ditepis Myren karena dia belum pernah merambah bisnis yang itu. Meski dia sudah super sibuk, tapi dia masih ingin menjajal membantu sang adik mengelola bisnis baru Andrea.      

Apalagi ketika diceritakan ke anak-anaknya, Vargana dan Voindra sangat berminat ingin ikut sanggar tersebut.      

"Aku ingin masuk ke yang bagian seiyuu dan cosplay." Vargana yang kini sudah berusia 16 tahun, berminat pada bidang yang dia sebutkan tadi.      

"Kalau aku, ingin ikut yang dance!" Voindra bocah usia 15 tahun dan sangat menyukai K-Pop, terutama tariannya.      

Adik mereka, Vicario yang berumur 6 tahun hanya melompong mendengarkan antusiasme para kakaknya.      

Maka, pembangunan atau lebih tepatnya dikatakan perbaikan dan pemolesan gedung pun dilaksanakan secepatnya.      

Andrea dan Myren sudah sepakat akan menamai tempat itu: Talent House Adora.     

Bagaimana dengan Ivy sebagai pangkal alasan di balik pembangunan gedung tersebut? Alasan diadakannya Talent House Adora?      

Dia sudah mengetahuinya berkat kekuatan pendengaran dia yang bisa menguping omongan ayah dan ibunya serta sang kakak juga.      

Dalam hati Ivy, dia merasa ada rasa senang dan puas bahwa dirinya diperlakukan setinggi itu hingga bisa membuat ibunya mendirikan sebuah sanggar seni untuk dia.      

Ivy mulai merancang berbagai rencana di kepalanya, ia hendak begini dan begitu nantinya. Pasti akan sangat menyenangkan.      

Dia mungkin akan mengumpulkan banyak fans di sana. Atau mungkin pengikut? Sepertinya keren juga memiliki namanya pengikut. Ia akan bisa bertindak bagai tuan putri yang akan memiliki dominasi.      

Jika selama ini hobi cosplay dia dipandang remeh oleh teman-teman sekolahnya, dia akan bisa meraup banyak teman dan pengikut melalui Talent House Adora.      

Ohh, dia sudah tidak sabar ingin Talent House Adora lekas berdiri dan beroperasi. Ia tak sabar ingin memamerkan berbagai koleksi OC dia nanti di Adora.      

Bahkan dia akan bisa menikmati pemotretan yang lebih bagus daripada yang biasanya dia lakukan sendiri.      

Boleh kan jika Ivy menganggap bahwa Talent House Adora adalah miliknya? Karena itu dibuat berdasarkan dia?      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.