Bebaskan Penyihir Itu

Pasar Serba Ada



Pasar Serba Ada

0"Hentikan!"     1

May menghentikan Irene yang sedang memegang belati, ia berpura-pura hendak menusuk seseorang. "Ekspresimu tidak perlu terlalu mengerikan. Meskipun pria ini seorang bajingan, ia masih tetap ayah tirimu. Jadi, kamu harus menunjukkan kebencian sekaligus keraguan dan pada akhirnya kamu harus mengekspresikan kelegaan dan kedamaian setelah menikam ayah tirimu. Lakukan sekali lagi."     

"Baiklah!" sahut Irene dengan serius.     

Sudah dua minggu berlalu sejak penampilan pertama May di kota ini, dan ia heran mengapa ia tidak meninggalkan tempat ini tetapi malah bergabung untuk mementaskan pertunjukan yang kedua. Para kru saat ini sedang berlatih untuk babak ketiga dari pertunjukan "Buku harian penyihir". Cerita dalam drama ini memang tidak ada tandingannya jika dilihat dari naskahnya. Ini adalah pertama kalinya May melihat cerita yang sangat menarik yang bukan mengenai kisah percintaan antara pangeran dan putri atau konspirasi pemberontakan di istana, tetapi drama ini berisi keberanian, persahabatan, dan prinsip-prinsip di kalangan rakyat dan penyihir … May bahkan merasa salut untuk setiap karakter dalam cerita itu setelah ia membaca seluruh naskahnya.     

Itu juga yang menjadi alasan May untuk tinggal lebih lama di kota ini.     

Namun, May sendiri merasa tidak jelas dengan apa yang ia inginkan sebenarnya.     

Tiba-tiba Irene menikam Sam yang berperan sebagai ayah tirinya dengan belati mainan. Sam berteriak dengan sedih, "Kamu benar-benar …" lalu ia memiringkan kepalanya ke satu sisi dan berpura-pura mati.     

Akting Sam terlihat berlebihan. May menggelengkan kepalanya. "Karena Irene menikammu di dada, bagaimana kamu bisa punya waktu untuk berteriak dan berbicara? Kamu bisa mengangkat tanganmu dan berpura-pura mencekik Irene kemudian jatuh ke lantai. Ini adalah ekspresi paling umum jika seseorang terluka. Apakah kamu tidak mendengarkan petunjuk selama berada di kelas drama?!"     

Sam tersipu malu. "Aku, aku minta maaf."     

"Lakukan lagi," kata May tanpa ekspresi.     

Performa Irene meningkat dengan pesat diluar dugaan May, dan Irene langsung dapat memperbaiki kesalahannya setelah May mengarahkannya. Irene bisa dianggap luar biasa berdasarkan sikap serius dan penampilannya. Julukan Irene sebagai Bunga Panggung sepertinya tidak berlebihan jika disematkan kepada dirinya.     

"Jauh lebih baik. Latihan cukup sampai di sini untuk hari ini." May bertepuk tangan ketika seluruh adegan itu akhirnya dimainkan dengan baik. "Apakah Ferlin Eltek sudah selesai mengajar? Kamu juga harus pulang untuk menyiapkan makan malam, lagi pula sekarang ada air apalah namanya itu …."     

"Air keran," Irene mengoreksi perkataan May sambil tersenyum.     

"Uh, air keran hanya akan dibuka satu kali sebelum sore menjelang, dan itu berarti tidak akan ada air untuk mandi jika kita terlambat mempersiapkan makan makan," kata May sambil terbatuk dua kali.     

"May, apakah kamu terburu-buru pulang karena Tuan Kesatria hendak menjemputmu?" Rosia tertawa cekikikan sambil menutup mulutnya. "Masih ada waktu satu jam sebelum matahari terbenam."     

"Aku dengar Tuan Carter adalah pengawal utama Pangeran Roland, ia selalu bepergian dengan Yang Mulia ke mana saja," Tina berkata dengan keras, "Ah … kamu memang seorang bintang yang mempesona di Wilayah Barat, tidak heran semua orang begitu terpikat denganmu ke mana pun kamu pergi."     

"Cukup bercandanya." Irene mengibaskan tangannya. "May tidak harus menerima undangan dari Tuan Carter jika ia tidak mau."     

"…" May mengangkat alisnya, mungkin karena ia tidak berperilaku sinis baru-baru ini. Irene dan Rosia awalnya bahkan tidak berani bernafas di depannya tetapi sekarang mereka sudah berani membuat lelucon tentangnya. May mungkin harus bersikap lebih tegas terhadap mereka selama latihan beberapa hari ke depan, jika tidak, mereka tidak akan memenuhi standar untuk berada di panggung yang sama dengannya dengan kinerja yang buruk seperti itu. "Aku pergi duluan."     

"Terima kasih atas bimbinganmu!" Irene dan yang lainnya membungkuk sebagai ucapan terima kasih kepada May.     

Biasanya, hanya seorang guru pengajar drama yang berhak menerima etika kesopanan seperti itu, namun, May tidak peduli. May mengangguk dan meninggalkan tempat latihan, tiba-tiba ia merasakan udara yang panas di sekelilingnya.     

Seorang pria tinggi dengan cepat berjalan ke arah May setelah ia duduk di bawah pohon yang rindang.     

Pria itu adalah Carter Lannis, Sang Pemimpin Kesatria milik Penguasa Kota Perbatasan.     

"Maaf aku telah membuatmu menunggu," Carter menyapa May.     

"Aku belum menunggu terlalu lama." sahut May sambil tersenyum. "Mari kita pergi."     

Carter tidak menyerah meskipun terakhir kali May menolak ajakannya. Carter tetap bertahan dan menunggu di pintu yang sama, dan sikapnya sama sekali berbeda jika dilihat dari penampilannya yang terkesan kaku dan sombong. May memahami apa yang diharapkan Carter dari dirinya tetapi ia merasa bingung dan takut jika memikirkan bahwa dirinya akan menetap di sebuah negeri yang asing.     

May tidak berencana untuk menetap di kota ini bersama Carter untuk jangka panjang meski awalnya May memutuskan untuk datang ke kota ini untuk bertemu dengan Ferlin Eltek.     

May adalah bintang drama terkenal di Benteng Longsong. Namun, May tidak berbeda dengan anggota lain dari tim drama di kota ini, dan reputasinya bahkan tidak dapat dibandingkan dengan Irene yang merupakan seorang guru di kota ini.     

Carter dan May berjalan melalui jalanan lebar yang rindang menuju ke Pasar Serba Ada.     

Kota itu tampak berbeda setiap minggunya, kota itu awalnya masih kosong minggu lalu, tetapi sekarang dipenuhi dengan tanaman-tanaman berwarna hijau. Ada kegiatan pembangunan setiap hari selama hari tidak hujan, dan selalu ada perbaikan jalan dan rumah. Terkadang seluruh kegiatan itu dilakukan pada saat yang bersamaan. Kebisingan karena seluruh proses pembangunan ini tidak akan ditemukan di Kota Raja yang tenang.     

Pasar serba ada terletak di bagian utara alun-alun, membagi kedua permukiman dan dipisahkan oleh pohon ara yang berada di tengah. Tata letak pasar serba ada ini mirip dengan pasar biasa, dikelilingi oleh jalan-jalan dan sebuah atap kayu dibangun di atasnya. Ada orang yang menjual beberapa setrika pakaian murah dan produk pertanian — Bagian yang pertama menjual alat pertanian, palu, bor, dan paku sementara bagian yang terakhir menjual telur, daging sapi, anggur, dan beberapa makanan yang tidak diketahui namanya. Barang-barang ini diatur di kios-kios yang berbeda dan masing-masing kios memiliki satu orang penjual.     

Area butik pakaian ada di sebelah kiri, area ini jauh lebih kecil dan dikelilingi oleh batu bata, butiknya tampak seperti sebuah bungalo[1]. Ada berbagai barang yang dijual di dalam dan di sini pengunjungnya tidak terlalu ramai karena harga barangnya sedikit lebih tinggi. May diajak ke sini oleh Irene untuk melihat-lihat pada hari kedua ia berada di kota ini. Jika Carter tidak menyebutkan bahwa ada beberapa produk baru yang langka yang dijual di sini hari ini, May lebih memilih untuk pergi ke bar dan minum bir dingin.     

Carter dan May berjalan ke area butik setelah membayar tiket masuk. Metode penjualan di sini sangat aneh. Hanya ada satu pintu untuk masuk dan satu pintu untuk keluar di seluruh pasar dan barang-barang dipajang di rak untuk dipilih sendiri. Tidak ada tawar-menawar dan tidak ada orang yang mempromosikan barangnya, semua harga dan deskripsi barang ditulis di selembar kertas yang ditempel di sudut rak dan pembayarannya dilakukan di sebuah gerai di dekat pintu setelah memilih barang-barang yang diinginkan.     

May memperhatikan bahwa hanya ada sekitar 10 buah kacamata berwarna-warni yang tersisa di barisan pertama raknya, dan modelnya masih sama dengan yang dilihatnya terakhir kali ia ke sini, itu berarti bahwa kacamata itu belum laku dijual dalam satu bulan. Bagi para pedagang biasa, barang yang tidak laku selama satu bulan itu pasti akan membuat pedagang itu merugi.     

"Apakah pasar ini benar-benar didirikan oleh Yang Mulia?" May bertanya kepada Carter.     

"Benar." Carter mengangguk. "Kamu akan melihat beberapa barang dagangan yang luar biasa." Carter berjalan menuju rak ketiga dan berkata, "Contohnya benda ini."     

"Ini … adalah produk baru yang kamu bicarakan?" May mengikuti Carter dan melihat lima atau enam batangan berwarna kuning muda yang hanya berukuran sebesar telapak tangan yang dipajang di rak tanpa ia ketahui produk apakah ini sebenarnya.     

"Barang ini diproduksi secara pribadi oleh Yang Mulia dan para penyihir di istana … Ehem, maksudku para pelayan dan penjaga sudah pernah menggunakannya. Barang ini dapat dengan mudah membersihkan minyak dan rasa lengket yang menempel di tubuh dan terasa sangat menyegarkan setelah kita mandi, barang ini meninggalkan aroma lembut bunga mawar di tubuh kita. Aku bersumpah itu barang yang paling keren yang bisa kita gunakan di kamar mandi," kata Carter dengan sungguh-sungguh.     

May memandang gulungan kertas yang ada di samping barang itu dan melihat sebuah istilah aneh yang tertulis di kertas itu — di situ tertulis sabun wangi.     

[1] Vila     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.