Bebaskan Penyihir Itu

Persaudaraan



Persaudaraan

2"Selamat datang di Persatuan Penyihir!" Di aula istana, sekelompok penyihir berpakaian warna-warni bersulang menyambut anggota baru dengan penuh kegembiraan.     3

"Terima kasih, terima kasih." Lucia merasa air matanya hendak mengalir. Lucia menarik nafas dalam dalam dan berusaha agar tidak menangis. Lucia meminum segelas bir dalam sekali teguk. Bir ini rasanya tidak sepahit yang ia kira. Sebaliknya, bir ini malah terasa sedikit manis.     

Setelah bertemu dengan Yang Mulia, Nightingale membantu Lucia dan Ring mandi dengan air hangat, dan berganti pakaian yang bersih. Ketika perlengkapan untuk Ring sudah dipersiapkan, Lucia mengikuti Nightingale kembali ke aula istana. Di sini, para penyihir mengadakan pesta penyambutan selamat datang untuk Lucia.     

Ini adalah pertama kalinya Lucia melihat begitu banyak penyihir, dan keraguan yang awalnya ada di dalam hatinya akhirnya sirna. Jika para penyihir ini sedang dikurung atau dipaksa untuk mengabdi kepada Yang Mulia di istana ini, mereka tidak mungkin bisa tersenyum bahagia dan bersikap ceria seperti itu.     

Lucia teringat dengan apa yang Nightingale katakan, "Ini adalah rumah bagi para penyihir." Tiba-tiba, Lucia merasa begitu nyaman dan damai, dibandingkan dengan pengalaman sebelumnya ketika para penyihir di Kota Valencia diekspos, diburu dan dibunuh oleh gereja. Bagi para penyihir, menemukan tempat berlindung yang aman dan nyaman sangat sulit. Karena Kota Valencia telah diserang oleh para penjahat, lebih dari satu bulan yang lalu,Lucia telah melalui berbagai macam penderitaan dan pengembaraan yang sangat melelahkan. Sambutan hangat yang diberikan oleh Persatuan Penyihir, membuat Lucia merasa sangat lega dan nyaman.     

Pesta penyambutan yang diselenggarakan oleh para penyihir itu sangat menakjubkan.     

Api hitam milik Anna sedang memanggang sepotong daging dengan cepat, dan apinya tidak sampai menghanguskan wajannya.     

Seorang gadis kecil dengan rambut berwarna emas pendek sedang melayang di udara, sambil membawa ketel berisi air untuk mengisi cangkir-cangkir semua orang.     

Penyihir yang terlihat seperti orang asing sedang memainkan berbagai jenis instrumen, dan membentuk sebuah alunan lagu yang indah.     

…     

Lucia bisa dengan cepat mengingat nama masing-masing penyihir yang diperkenalkan Nightingale kepadanya. Ketika Lucia sedang bercengkerama dengan para penyihir itu, rasa sakit di hatinya perlahan memudar.     

Di Persatuan Penyihir ada banyak penyihir yang memiliki kemampuan unik, ada Gulir dan Wendy yang bisa diandalkan seperti seorang kakak bagi mereka, ada Daun dan Gema, serta teman-teman lain seperti Anna, Soraya, dan penyihir lainnya. Tidak ada yang memperlakukan Lucia seperti orang asing. Lucia merasa hatinya penuh dengan rasa syukur.     

Setelah jamuan makan malam, Lucia dan para penyihir lainnya saling mengucapkan selamat malam dan Lucia kembali ke kamar barunya. Yang Mulia telah memberi Lucia dan Ring sebuah kamar terakhir yang ada di lantai dua. Yang Mulia tidak memisahkan Lucia dan Ring, meski mengetahui bahwa Ring bukanlah seorang penyihir.     

"Kakak?" Ring membuka matanya karena mendengar ada suara orang masuk ke kamar.     

"Kamu sudah bangun!" Lucia sangat senang, ia langsung menghampiri Ring ke samping tempat tidur. "Bagaimana perasaanmu?"     

Ring tampak seperti baru saja terbangun dari tidur yang panjang, namun tubuhnya tidak merasa sakit lagi. Mata Ring tampak bingung, dan ia bergumam, "Aku merasa sangat lapar."     

"Tunggu sebentar …" Lucia dengan cepat mengeluarkan sebuah kantung dari sakunya. Setelah Lucia membuka kantungnya, aroma ikan bakar memenuhi kamar itu. Itu adalah dendeng ikan yang diberikan Nightingale pada Lucia "Makanlah dendeng ikan ini."     

Melihat Ring duduk di samping tempat tidur dan mengunyah ikan itu dengan lahap, Lucia mengusap-usap kepala adiknya itu. Ring baru berusia sepuluh tahun dan mereka tidak memiliki orang tua lagi. Sekarang Ring hanya memiliki Lucia sebagai tempat bersandar.     

Setelah beberapa saat, Ring tampak menyadari sesuatu. Ring melihat sekelilingnya. "Kita ada di mana? Bukankah kapal itu tidak memiliki tempat tidur yang besar."     

"Kita berada di Kota Perbatasan, di Wilayah Barat. Kita baru saja tiba di sini."     

"Jadi kita sudah sampai?" Ring berkata sambil menyentuh pipinya. "Tetapi bukankah aku … sedang sakit? Apakah mereka membiarkan orang sakit masuk ke kota?"     

"Tidak, mereka tidak akan mengizinkan orang sakit masuk ke kota," Lucia menjawab sambil tersenyum. "Tetapi Yang Mulia memiliki seorang penyihir yang telah menyembuhkan penyakitmu." Lucia mulai menceritakan kepada Ring apa yang terjadi di dermaga waktu itu. "Sekarang kita tinggal di istana milik Yang Mulia."     

"Seorang penyihir yang telah menyembuhkan aku?" Ring memiringkan kepalanya dan bertanya, "Orang itu sama seperti kamu, kakak?"     

"Benar, semua orang disini sangat baik kepadaku, terutama penyihir yang bernama Nightingale," Lucia dengan lembut memain-mainkan rambut Ring. "Nightingale juga membantu aku untuk memandikan kamu."     

"Tetapi, bukankah kamu sering mengatakan bahwa kaum bangsawan sangat membenci para penyihir? Mengapa Yang Mulia mau melindungi para penyihir?"     

Pertanyaan Ring membuat tenggorokan Lucia sedikit tercekat, dan ia terbatuk dua kali. "Karena … kadang-kadang ada satu atau dua orang yang baik di antara kaum bangsawan."     

Ring meraih dendeng ikan lagi dari kantung itu. "Lalu, apakah kamu perlu bekerja untuk Yang Mulia? Menjadi pembantu rumah tangga, menyapu, memasak, atau menghangatkan tempat tidurnya?"     

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan?" Lucia mencubit pipi Ring, "Aku ini penyihir! Kemampuanku berguna bagi Yang Mulia! Dan siapakah yang memberitahumu bahwa seorang pelayan harus melakukan hal-hal semacam itu?"     

"Ibu yang memberitahuku," jawab Ring. "Itu sebabnya Ibu tidak pernah membiarkan ayah mempekerjakan seorang pembantu yang berwajah cantik."     

Ketika berbicara mengenai keluarganya, Lucia kembali murung. Namun, daripada Lucia menyalahkan Ring karena sudah membuatnya teringat akan kenangan akan orang tuanya, ia malah memeluk Ring sambil menghela nafas.     

Lucia tidak khawatir dengan ucapan Ring karena ia tahu apa maksud Yang Mulia ketika berbicara dengannya. Selain bertanya mengenai kehidupan Lucia, Yang Mulia juga menanyakan mengenai kemampuannya. Sepertinya Yang Mulia memikirkan apakah kemampuan Lucia menguntungkan baginya atau tidak.     

Ketika Lucia memikirkan kemampuannya sendiri, ia merasa khawatir.     

Lucia juga mengetahui cukup banyak mengenai kehidupan para penyihir, karena ia telah bertemu banyak penyihir lain di Kota Valencia. Tetapi enam bulan lalu, para penyihir mulai meninggalkan Kota Valencia. Lucia dengar para penyihir itu menuju ke Fjords untuk menemukan rumah baru. Lucia tidak ingin meninggalkan kedua orang tuanya, jadi ia tidak ikut pergi bersama mereka. Setelah beberapa kali bergaul dengan para penyihir itu, Lucia mengetahui bahwa kemampuan penyihir biasanya dibagi menjadi dua jenis: penyihir yang bisa bertempur dan penyihir yang tidak bisa bertempur.     

Kemampuan Lucia untuk mengembalikan benda ke bentuk aslinya sepertinya dianggap tidak berguna. Kemampuan Lucia tidak berpengaruh banyak dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam masa peperangan. Ayah Lucia adalah seorang pengusaha yang bergerak di bidang pembuatan kertas, sehingga ruang tamu mereka sering diisi dengan kertas-kertas baru. Pada hari Lucia menjadi seorang penyihir, ia telah menggunakan kemampuannya secara tidak sadar dan ia tidak sengaja membuat lembaran kertas itu menjadi bilah-bilah rumput dan serpihan-serpihan itu beterbangan kemana-mana. Orang tua Lucia memarahinya tetapi mereka tidak menyerahkan dirinya ke gereja. Sebaliknya, orang tua Lucia menyembunyikan jati dirinya, dan memakaikan Liontin Penghukuman Tuhan kepadanya. Mereka melakukan itu untuk menyamarkan Lucia sebagai jemaat gereja yang taat.     

Awalnya, Lucia merasa penasaran mengenai kemampuannya. Lucia sering bersembunyi di kamarnya dan diam-diam menggunakan kemampuannya untuk mengembalikan berbagai benda ke bentuk asalnya. Tetapi Lucia menyadari bahwa kemampuannya sangat sulit untuk dikendalikan. Sama seperti kejadian kertas itu, kadang-kadang kertasnya berubah menjadi bilah-bilah rumput, dan kadang-kadang berubah menjadi partikel-partikel berwarna hitam. Jika Lucia terus menggunakan kemampuannya pada objek yang sama, maka objeknya akan menjadi semakin kecil lagi. Hasil akhirnya akan berupa bubuk atau butiran-butiran halus. Ini berarti kemampuan Lucia tidak dapat digunakan untuk memulihkan benda-benda yang rusak. Yang bisa Lucia lakukan adalah menghancurkan produk yang sudah jadi.     

Penyihir lain juga berpikir bahwa kemampuan Lucia tidak begitu berguna. Dalam pertempuran, jangkauan sihirnya terlalu pendek, dan tidak bisa digunakan pada makhluk hidup. Kemampuan Lucia tidak bisa merobohkan seorang petani biasa, apalagi untuk merobohkan seorang kesatria yang terlatih. Lucia bukan penyihir yang bisa bertempur dan ia juga tidak berguna sebagai penyihir yang tidak bisa bertempur. Kemampuan Lucia bisa dibilang tidak berguna sama sekali.     

Hal ini membuat Lucia tertekan untuk waktu yang lama.     

Tetapi sekarang … kekhawatiran terbesar Lucia adalah Yang Mulia akan menganggap kemampuannya tidak berguna, dan ia akan mengusir Lucia dan Ring keluar dari istana.     

Dengan perasaan gelisah, Lucia memadamkan lilin di kamarnya. Sambil memeluk Ring, yang sudah kenyang setelah menghabiskan dendeng ikannya, Lucia menutup matanya, dan menunggu hari yang baru tiba.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.