Bebaskan Penyihir Itu

Perencanaan Terlebih Dahulu



Perencanaan Terlebih Dahulu

4Belakangan ini, Theo menghabiskan waktunya di penginapan Dalam Kota sambil menunggu surat balasan dari Yang Mulia di Kota Perbatasan.      1

Tembok dalam kota yang tinggi membagi Kota Raja menjadi dua dunia yang berbeda. Ada pengontrolan ketat untuk keluar masuk ke Kota Raja. Baik para bangsawan ataupun pedagang, semua orang harus diperiksa di sebuah ruangan kecil yang berada di pintu masuk, dan jika mereka memiliki tanda-tanda penyakit, seperti demam, kemerahan, atau bintik-bintik hitam, mereka tidak diizinkan masuk. Jika Theo meninggalkan area Dalam Kota, ia harus kembali masuk ke Dalam Kota di malam hari, atau pada saat matahari terbenam karena gerbang kota akan dikunci dan ia terpaksa bermalam di luar.     

Namun, kebijakan yang diberlakukan di Kota Raja ini juga tidak dapat mencegah Wabah Iblis menyebar. Theo mendengar rumor bahwa ada kaum bangsawan di daerah Kota Bagian Dalam yang ikut terinfeksi. Seandainya gereja tidak segera memberikan Obat Sucinya, para bangsawan itu mungkin akan berkumpul dan meninggalkan Kota Raja.     

Pada hari keenam setelah mengirim surat kepada Yang Mulia, Theo akhirnya menerima berita dari Serikat Dagang Margaret. Theo bergegas ke sana - yaitu sebuah toko penjahit, ia dibawa ke ruang bawah tanah oleh seorang pelayan toko. Di ruangan itu, Margaret telah menunggu Theo.     

Margaret duduk tegak di samping meja pendek, ada satu toples berisi air es yang terus-menerus mengeluarkan udara dingin. Sementara masih berkeringat, Theo berjalan ke sisi meja di seberang Margaret dan duduk bersila. Theo merasakan angin yang sejuk bertiup di wajahnya, dan ia merasa sangat segar.     

"Yang Mulia memintaku untuk menyerahkan surat ini kepada kamu." Margaret memberikan kepada Theo sebuah amplop berkulit domba yang terlipat, yang segelnya tampak masih utuh.     

Theo membuka amplop itu dan mengeluarkan suratnya dengan cepat. Di dalam surat itu ada ringkasan rencana yang harus ia lakukan, berita tentang keberangkatan Tentara Pertama ke Kota Raja, serta tugas-tugas yang harus diselesaikan Theo. Setelah membaca surat itu dengan saksama, Theo meletakkan surat itu di sakunya dan menatap Margaret. "Apakah Yang Mulia juga meminta sesuatu darimu?"     

"Tidak. Yang Mulia hanya mengirimkan merpati pos ini. Tentu saja, mengirim pesan secara ekspres memerlukan biaya tambahan, dan biaya pengiriman surat ini sudah aku catat ke dalam buku catatanku."     

"Ehem, begitu." jawab Theo sambil berdeham. "Yang Mulia harus menjemput semua pengungsi kembali ke Wilayah Barat dalam waktu yang sangat singkat. Oleh karena itu, Yang Mulia berharap kamu dapat memberi bantuan berupa sejumlah besar kapal yang akan digunakan untuk transportasi dari Kota Raja ke Kota Perbatasan, bukan hanya satu atau dua armada saja."     

"Yang Mulia masih mau mengambil para pengungsi itu meski mereka terinfeksi?" Margaret menebak dengan penasaran "Aku yakin Yang Mulia tidak akan mengubah seluruh Wilayah Barat menjadi kota kematian, jadi … apakah Yang Mulia sudah menemukan obat untuk wabah iblis itu?"     

"Tepat sekali." sahut Theo sambil mengangguk. "Sebenarnya, Yang Mulia menemukan orang yang terinfeksi di kapal pada saat pengangkutan pengungsi yang pertama, tetapi wabah itu tidak sampai menyebar ke Kota Perbatasan dan sudah ditemukan saat mereka sampai di dermaga. Saat ini, para Tentara Pertama sedang dalam perjalanan kembali ke kota raja, dan semua awak kapal sudah dalam kondisi sehat."     

"Yang Mulia benar-benar seorang yang luar biasa. Bahkan gereja tidak bisa langsung mengeluarkan obatnya." Margaret berdecak dengan kagum. "Dalam berapa hari Yang Mulia ingin membawa para pengungsi itu? Satu minggu?"     

Theo mengulurkan tiga jarinya.     

"Tiga hari … itu tidak mungkin!" Margaret tertegun sejenak, dan menggelengkan kepalanya karena tidak setuju. "Bahkan jika setengah dari pengungsi ini mati, masih ada lebih dari lima ribu orang lagi. Mengangkut mereka dalam waktu tiga hari berarti aku harus mempersiapkan hampir seratus kapal. Jika kapalku menghentikan pekerjaan mereka demi mengantarkan para pengungsi ini, baru kapalnya cukup. Tetapi jika aku berbuat demikian, kerugian yang akan aku derita senilai ribuan keping emas, sedangkan kerugian pelangganku karena tidak mendapatkan pengiriman juga tidak terhitung. Jika Yang Mulia memberikan aku mesin uap secara cuma-cuma pun, harganya tidak akan cukup untuk mengimbangi kerugian yang akan aku hadapi. Karena itu … maafkan aku karena menolak rencana ini."     

"Jika para pengungsi duduk di geladak bukannya tidur di kabin, kapasitas dalam satu kapal bisa berlipat ganda." Theo membantah Margaret. "Jika kenyamanan bukan faktor utama, kapal bertiang ganda yang biasa digunakan untuk mengangkut bijih juga dapat digunakan untuk mengangkut para pengungsi. Jika lubang palka dibuka, kapal-kapal ini bisa mengangkut sekitar dua ratus orang dalam sekali angkut. Temanmu yang bernama Hogg, pasti punya banyak kapal seperti ini, bukan?"     

"Hogg memang memiliki beberapa kapal besar seperti ini di Kota Perak …" Margaret tampak ragu-ragu. "Dan menurut perhitunganmu, jumlah kapal bisa dikurangi menjadi sekitar lima puluh kapal. Tetapi … ini tetap bukan kesepakatan yang bagus."     

Theo juga berpikir hal yang sama seperti Margaret. Untuk mengumpulkan lusinan kapal di sungai, penjadwalan dan koordinasi saja sudah sangat melelahkan. Selain itu, biaya sewa tidak mendatangkan keuntungan bagi Hogg, dan tugas itu menuntut banyak pemikiran dan upaya dari pihak Hogg. Jika imbalannya tidak tinggi, permintaan ini tidak bisa menjadi kesepakatan yang bagus. Jadi, Theo hanya bisa menggunakan upaya terakhirnya untuk membujuk Margaret.     

Di akhir surat itu, Yang Mulia telah menulis sebuah kalimat pendek: Jika Margaret tidak mau membantu, katakan padanya bahwa Kilat juga akan datang.     

Kalimat ini membuat Theo bingung. [Apakah Margaret memiliki hubungan khusus dengan gadis muda berambut emas itu? Kelihatannya, Kilat dan Margaret tidak saling mengenal … tetapi Yang Mulia pasti memiliki alasan untuk mengatakan hal ini.] Setelah berpikir kembali, Theo kembali berbicara dengan perlahan, "Tidak ada alternatif selain mengangkut pengungsi dalam waktu tiga hari. Apa yang Yang Mulia lakukan memang seperti mengambil makanan dari mulut harimau. Tetapi jika kita biarkan terlalu lama, gereja kemungkinan akan menyerang ke Kota Perbatasan juga. Kilat juga ikut dalam perjalanan kali ini, dan akan ada bahaya besar jika gereja mengetahui keberadaan seorang penyihir."     

"Apa katamu?" Tiba-tiba Margaret bertanya dengan nada melengking. "Kilat juga ikut dalam perjalanan itu?"     

"Itulah yang tertulis dalam surat Yang Mulia." Theo berkata dengan jujur. "Mungkin Kilat berguna untuk memimpin jalan dan memberikan peringatan bahaya bagi rombongan kapal itu. Lagi pula, Kota Raja adalah wilayah kekuasaan Raja Timothy."     

"Aku mengerti." Margaret langsung bangkit berdiri. "Kapan kamu membutuhkan kapalnya?"     

"Mungkin dalam empat hari, jika mereka tidak tersesat di jalan."     

"Aku akan melakukan yang terbaik untuk mengatur kedatangan kapal-kapal itu." Margaret berjalan ke mejanya, mengambil pena, dan dengan cepat menuliskan sesuatu. "Tetapi aku punya satu syarat. Kamu harus memberitahuku posisi di mana mereka bersembunyi di Kota Raja. Jika rombongan itu berniat memasuki Kota Raja, aku bisa mengatur penginapan yang layak."     

[Bagus, sepertinya metode yang digunakan Yang Mulia memang efektif,] pikir Theo. "Aku pikir itu mudah," jawab Theo sambil tertawa, "Dan aku mempunyai permintaan lain untukmu."     

"Bicaralah." jawab Margaret sambil menghela nafas.     

"Aku butuh tim kereta kuda untuk mengangkut tong-tong bir. Semakin banyak jumlah tongnya, semakin baik. Namun, jangan mengisi tongnya dengan bir atau anggur, tetapi sebaliknya tongnya harus diisi dengan air sungai atau air sumur." Menurut penjelasan dalam surat Yang Mulia, kunci untuk menyembuhkan wabah ini adalah seorang penyihir yang bernama Lily. Lily bisa mengubah air menjadi obat untuk menyembuhkan penyakit ini. Namun, ada resiko besar dalam rencana ini. Tikus Jalan Hitam tidak boleh sampai mendekati perkemahan Tentara Pertama. Jika mereka mengetahui bahwa ada seseorang di perkemahan yang dapat terus-menerus menghasilkan "obat suci", Theo yakin berita ini akan tersebar ke seluruh kota keesokan harinya.     

"Diisi dengan air sungai dan air sumur?" Margaret mengangkat alisnya dengan tidak percaya. "Apakah kamu yakin?"     

"Jangan khawatir, Yang Mulia akan membayar tugas ini juga," jawab Theo sambil tertawa.     

Demi alasan kerahasiaan dan keselamatan, Theo sendiri yang harus mengangkut tong-tong ini ke perkemahan Tentara Pertama dan ke Kota Raja. Jika Theo hanya membawa satu tong saja, itu tidak hanya menyusahkan untuk bolak-balik tetapi juga sangat tidak efektif. Karena itu, Theo harus memikirkan cara lain untuk mengangkut tong-tong itu sebanyak mungkin dalam sekali angkut.     

Dan kelihatannya, mengangkut air dalam tong bir besar yang ditaruh di kereta sepertinya merupakan pilihan terbaik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.