Bebaskan Penyihir Itu

Sang Informan



Sang Informan

0Di aula gereja yang megah, Pendeta Ferry sedang menatap seorang petani yang berlutut di samping kakinya.      0

Petani itu meringkuk sampai tubuhnya membentuk seperti bola, tangannya gemetaran dan bintik-bintik berwarna ungu nampak di kulitnya. Bintik-bintik ungu ini akan menyatu dan berubah menjadi bintik-bintik hitam, dan akan menyebar ke seluruh tubuh dalam waktu setengah hari, dan petani ini dianggap cukup kuat karena ia baru terinfeksi wabah iblis hari ini.     

Pendeta Ferry berkata, "Aku mengenalmu. Namamu adalah Rock Hill, kamu tinggal di distrik timur, dan kamu sering membawakan kami gandum yang baru dipanen."     

"Anda … Anda ingat kepadaku! Terima kasih, Yang Mulia," Rock Hill bersujud berkali-kali dan berkata, "Semua anggota keluargaku terinfeksi wabah iblis. Tolong beri aku sedikit obat suci, Yang Mulia. Tolonglah …."     

Ferry berkata dengan perlahan, "Apa yang kamu bawa untuk kami kali ini? Kamu tentu sudah tahu bahwa obat suci itu sangat berharga dan mahal sehingga tidak dapat diberikan secara cuma-cuma, tetapi kamu dapat mengambil obat ini jika kamu mau mengabdi kepada gereja."     

Rock Hill berkata dengan suara bergetar, "Untuk membeli obat itu, aku telah ditipu oleh para Tikus, tolong maafkan aku karena aku telah berusaha membeli obat suci itu di pasar gelap sebagai jalan pintas. Sekarang yang aku miliki hanyalah sebutir telur, tolong terima persembahanku." Rock Hill mengeluarkan sebutir telur dari balik bajunya dan memegang telur itu di atas kepalanya.     

Ferry menerima telur itu sambil tersenyum dan berkata, "Ketika kamu menaruh harapan dengan berusaha membeli obat suci di pasar gelap, pasar gelap itu penuh dengan penipuan dan ketidakadilan, kamu tentu akan menerima hukuman. Tetapi Tuhan selalu menolong domba-domba yang terhilang seperti kamu. Selama kamu menyadari kesalahan yang kamu perbuat, kamu masih bisa bertobat. Berdirilah. Tuhan telah mengampuni dosa-dosamu!"     

"Be-benarkah aku sudah diampuni?" Rock Hill bertanya dengan tidak percaya.     

"Kami, adalah para utusan Tuhan, kami tidak pernah menipu rakyat jelata." sahut Ferry sambil melambaikan tangan, dan seseorang datang sambil memegang satu kotak berisi obat-obatan. Kemudian Ferry mengambil empat botol obat suci dari dalam kotak itu dan hendak menyerahkannya kepada Rock Hill. "Jika aku tidak salah, keluargamu berjumlah empat orang, bukan?"     

"Benar, Yang Mulia." Rock Hill menelan ludahnya dan memegang botol-botol itu di tangannya. Rock Hill membungkuk untuk mencium kaki Pendeta Ferry. "Terima kasih, Yang Mulia! Terima kasih banyak! Aku akan mengabdikan diriku untuk gereja dan Tuhan sepanjang hidupku!"     

Para jemaat yang berdiri di samping tersentuh melihat kejadian ini dan mereka semua bersorak-sorai, karena ada jemaat baru lagi yang bergabung dengan keluarga besar gereja.     

Ferry mengangkat tangannya untuk membuat semua orang terdiam dan berkata dengan keras, "Berikutnya."     

…     

Upacara pemberian obat ini berlangsung hingga sore hari.     

Ketika waktu sudah menunjukkan pukul enam sore, Pendeta Ferry mengumumkan bahwa upacara hari ini sudah berakhir dan akan dimulai lagi esok. Meskipun rakyat meminta Pendeta Ferry untuk tetap tinggal, ia tetap meninggalkan aula gereja.     

Meskipun Pendeta Ferry sedikit lelah, ia merasa sangat bersemangat. Berdiri di aula sambil mendengarkan permohonan dan mengabulkan permintaan rakyat jelata, dan menyaksikan mereka semua berterima kasih kepadanya membuat dirinya bersemangat, ia merasa berkuasa seperti Tuhan.     

"Tidak, gereja sendiri adalah Tuhan," pikir Ferry, "Gereja mengembangkan Wabah Iblis dan juga membuat penawarnya sehingga dapat mengendalikan kehidupan rakyat jelata dengan mudah. ​​Kekuatan yang dimiliki gereja tidak berbeda dengan Tuhan." Ferry merasa bahwa pilihan terbaik yang ia buat dalam hidupnya adalah dengan terjun ke gereja daripada menjalani bisnis keluarga yang diwariskan kepadanya.     

Tidak ada orang yang bisa menahan diri jika diberikan kekuasaan seperti itu. Bisakah seorang pedagang kaya atau bangsawan menahan diri mereka jika diberikan kekuatan seperti itu? Jika menghadapi kematian, semua orang akan memberikan segalanya untuk tetap bisa bertahan hidup.     

Kembali ke kubah gereja, seorang pendeta lain berjalan sambil tergesa-gesa dan berbisik di telinga Ferry. "Yang Mulia, ada Tikus yang hendak melaporkan informasi."     

"Informasi mengenai apa?"     

"Informasi mengenai para pengungsi Wilayah Timur. Tetapi Tikus ini bersikeras untuk menceritakan kepada Anda secara langsung," jawab pendeta itu.     

Berdasarkan instruksi yang gereja perintahkan, Ferry harus memanfaatkan Wabah Iblis dan obat penawarnya untuk mendapatkan lebih banyak jemaat untuk dikirim ke gereja di Hermes. Jadi rencana Ferry adalah untuk menarik para pengungsi ini menjadi jemaat untuk Hermes. Dalam rencana Ferry, dalam dua atau tiga hari ketika setengah dari para pengungsi itu mati, ia akan pergi ke luar kota untuk membagikan obat suci kepada mereka, dan menjadikan mereka penduduk Kota Raja. Karena itu, sembilan puluh persen penduduk Kota Raja akan menjadi pengikut gereja. Dengan prestasi seperti itu ditambah dengan campur tangan Ferry terhadap Keputusan Kerajaan mengenai seleksi calon Putra Mahkota, ia sudah lebih dekat selangkah lagi untuk menjadi seorang Uskup.     

Terlepas dari siapa jati diri Ferry yang sebenarnya, gereja bisa memberikan imbalan kepada orang yang berhak. Selama jemaat memberi kontribusi besar kepada gereja, orang itu bisa mendapatkan promosi yang menguntungkan.     

Apakah ada masalah dengan para pengungsi itu?     

Ferry menyembunyikan pemikirannya dan berkata dengan tenang, "Bawa Tikus itu ke ruang rahasia, aku akan segera ke sana."     

"Baik, Yang Mulia."     

Ferry melepaskan jubah pendeta dan mengambil baju zirah besi dari lemari dan berganti pakaian. Kemudian Ferry mengenakan mantel longgar dan bercermin, lalu ia berjalan menuju ruang rahasia.     

Ferry bertemu dengan informan itu di sebuah ruangan kecil di ruang bawah tanah — rambut informan itu acak-acakan, wajahnya pucat, lengannya juga kurus kering. Anehnya, tidak ada bintik-bintik hitam di tubuh informan itu.     

Saat informan itu bertemu dengan Ferry, ia berlutut dan berkata, "Yang Mulia, namaku Needle dan aku memiliki informasi yang sangat penting untuk disampaikan."     

"Silahkan."     

"Tetapi …" Needle menoleh dan melihat orang-orang yang berada di ruang rahasia dan ia berhenti bicara.     

"Tidak apa-apa. Mereka adalah orang kepercayaanku, ini adalah Pendeta Shattrath, sedangkan wanita itu bernama Hera, ia yang bertanggung jawab untuk menjaga dan membersihkan ruangan dan Hera tidak pernah meninggalkan ruangan ini," Ferry menjelaskan kepada Needle.     

"Aku akan beritahukan informasi itu, tetapi Anda sudah berjanji kepadaku …."     

Ferry mengguncangkan sebuah botol berisi cairan berwarna biru dengan kesal. "Penawarnya ada di sini. Jika informasimu cukup berharga, aku akan menyembuhkan penyakitmu."     

Needle mendongakkan kepala dan berkata dengan lantang, "Yang Mulia, aku yakin informasi ini sangat berharga. Seseorang membawa para pengungsi itu pergi dari Kota Raja dan aku menyaksikan ada banyak kapal di sungai. Aku rasa kapal-kapal itu akan membawa semua pengungsi pergi dalam beberapa hari."     

Ferry mengerutkan keningnya. "Seseorang membawa para pengungsi yang terkena wabah itu? Apakah kamu yakin dengan yang kamu lihat?"     

Ferry memang sudah mendengar bahwa ada kapal yang digunakan untuk mengangkut para pengungsi dari Wilayah Timur, tetapi ia pikir bahwa itu normal — lagi pula, semua bangsawan dari wilayah lain ingin membeli sekumpulan pekerja dengan biaya yang murah. Ketika Wabah Iblis mulai menyebar, "Tuhan" yang akan menghukum para pengungsi itu. Namun, sekarang wabah iblis semakin meluas, mengapa ada seseorang yang masih mau mengambil para pengungsi itu?     

"Tidak, mereka memiliki obat untuk menyembuhkan Wabah Iblis! Para Tentara bayaran membantu para pengungsi minum air yang aneh, kemudian bintik-bintik hitam di tubuh mereka segera menghilang. Selain itu, mereka mengklaim bahwa mereka berasal dari Wilayah Barat dan selama para pengungsi itu bersedia ikut pergi ke Wilayah Barat, mereka akan mendapatkan makanan, rumah, dan juga upah." Needle terdiam sejenak dan melanjutkan, "Tetapi yang paling mengherankan ada penyihir yang bersama dengan mereka."     

"Apa katamu!?"     

Needle berseru, "Aku yakin, Yang Mulia! Aku menyamar sebagai salah satu pengungsi, aku naik ke kapal lalu ada seseorang yang melompat ke sungai untuk melarikan diri. Tentara bayaran segera mengejarnya dan pada saat itu, aku memperhatikan ada bayangan gelap di langit, tetapi itu bukanlah seekor burung, melainkan seorang penyihir yang sedang terbang. Aku sangat terkejut dan menunggu kesempatan untuk melompat ke sungai setelah kapal berlayar beberapa saat dan menunggu penyihir itu menghilang. Butuh waktu hampir satu hari bagiku untuk berenang kembali ke Kota Raja." kata Needle sambil mengusap-usap lengannya dan ia kembali bertanya, "Yang Mulia, bukankah informasi ini sangat pantas untuk ditukar dengan satu botol Obat Suci?"     

"Tunggu sebentar, kamu bilang mereka memiliki obat untuk Wabah Iblis dan kamu sudah meminum obat itu. Dan sekarang, kamu sudah sehat?" Ferry bertanya dengan cemas.     

"Ugh … itu benar. Tetapi Anda mengatakan jika aku memiliki informasi yang berharga, aku bisa …" Needle tersipu sambil menyeringai, memperlihatkan giginya yang berwarna kuning dan berantakan.     

"Jadi, Tikus ini ingin menjual obat suci ini ke pasar gelap." Ferry berpikir sejenak dan bertanya kembali, "Ada berapa orang di sana? Apakah kamu yakin mereka adalah para tentara bayaran yang berasal dari rombongan itu?"     

Needle menggaruk-garuk kepalanya dan berkata, "Aku yakin. Mereka tidak mengenakan baju zirah dan tidak membawa kuda dan senjata yang mereka bawa hanyalah tombak kayu. Mereka berjumlah sekitar seratus orang."     

"Siapa pemilik kapal-kapal itu?"     

"Aku tidak tahu kapal itu milik keluarga bangsawan mana, karena tidak ada bendera yang dipasang di kapal-kapal itu. Bahkan meski kapal itu memasang bendera, aku tidak akan bisa mengenali siapa pemilik kapal itu. Tetapi menurut tentara bayaran, kapal-kapal itu akan pergi ke Wilayah Barat. Tentara bayaran juga menyebutkan bahwa yang merekrut para pengungsi itu adalah seorang Penguasa di Kota Perbatasan. Tampaknya Penguasa Kota Perbatasan itu membutuhkan banyak orang untuk mengelola tanahnya. Hanya itu yang aku ingat."     

Ferry menarik nafas dalam-dalam, ia mengeluarkan obat suci itu, kemudian melemparkan obatnya kepada Needle sambil berkata, "Yah, itu adalah informasi yang sangat penting. Ambillah, obat suci itu milikmu."     

"Terima kasih, Yang Mulia." Needle bergegas untuk menangkap botol itu, tetapi tiba-tiba ia gemetar dan matanya terbelalak. Sambil berdiri di belakang Needle, Hera mengayunkan pedang pendeknya untuk menggorok leher Needle.     

.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.