Bebaskan Penyihir Itu

Wanita Tanpa Wajah



Wanita Tanpa Wajah

3Hera menyarungkan kembali pedang pendeknya dan membaringkan Needle ke lantai. Kemudian Hera mengambil botol obatnya, membersihkan pakaiannya, dan menyerahkan obat itu kepada Ferry.     
3

"Kerja yang bagus." kata Ferry sambil mengangguk. "Singkirkan mayat Tikus itu."     

"Baik, Yang Mulia," jawab Hera dengan suara serak. Hera menyeret mayat itu dengan mudah, ia sama sekali tidak terlihat seperti seorang wanita tua yang lemah.     

"Tuanku, apakah Anda percaya dengan semua perkataan Tikus itu?" Pendeta Shattrath bertanya setelah Hera pergi membuang mayat Needle. "Sebuah rombongan yang bekerja sama dengan para penyihir di bawah perintah Penguasa Kota Perbatasan. Seingatku, bukankah itu Penguasa Kota Perbatasan adalah Roland Wimbledon, Pangeran keempat Kerajaan Graycastle?"     

"Kita akan mengetahui kebenaran informasi itu setelah kita mengirim seseorang untuk memeriksa ke Kota Perbatasan," kata Ferry dengan serius, "Aku rasa Tikus itu berkata jujur, lagi pula untuk apa ia berbohong kepada kita. Siapa saja yang melihat para pengungsi itu dari atas tembok kota, pasti bisa mengetahui gerak-gerik para pengungsi itu. Jika Tikus itu berbohong demi mendapatkan Obat Suci, ia tidak mungkin mengarang informasi yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya."     

Pendeta Shattrath membungkuk memberi hormat dan berkata, "Aku akan mengirim orang untuk memeriksa situasi di Kota Perbatasan."     

"Baik, silahkan kamu atur anak buahmu. Jika anak buahmu menemukan sesuatu, laporkan kepadaku secepatnya."     

Ferry perlahan berjalan ke mejanya dan duduk, sambil memainkan botol obat suci yang dipegangnya. Menurut Ferry, para pengungsi itu sudah pasti akan mati di tangannya. Untuk mengendalikan gerak-gerik para pengungsi dan mencegah mereka melarikan diri, ia memerintahkan Air Tanah Impian untuk mengirim beberapa orang Tikus untuk masuk di antara para pengungsi dan menyebarkan rumor bahwa gereja akan menyelamatkan mereka yang terinfeksi wabah. Selama para pengungsi bisa bertahan dari wabah itu selama beberapa hari, mereka tidak hanya akan memperoleh kesembuhan dari Tuhan tetapi mereka juga akan diterima oleh gereja. Dan para pengungsi itu juga akan dijadikan sebagai penduduk Kota Raja. Sedangkan para Tikus itu, kebanyakan dari mereka sudah terinfeksi dengan Wabah Iblis ini. Untuk mendapatkan Obat Suci demi kesembuhan diri mereka, para Tikus itu pasti akan melakukan apa saja dan mengikuti perintah Ferry.     

Jika Tikus itu mengatakan yang sebenarnya, maka orang-orang itu sudah mulai mengirim pengungsi setidaknya dari kemarin. Tampaknya rombongan dari Wilayah Barat itu tidak akan berhenti sampai mereka membawa pergi semua pengungsi. Hal ini akan menghalangi rencana Ferry. Yang lebih buruk lagi, rombongan itu juga bekerja sama dengan penyihir. Ferry yakin bahwa orang yang bisa menyembuhkan Wabah Iblis itu pasti adalah seorang penyihir.     

"Tuanku, mayat Tikus itu telah disingkirkan." Hera berjalan ke ruang rahasia dengan diam-diam. "Apakah ada Penyihir Terkutuk lain yang muncul?"     

"Sudah pasti." Ferry merendahkan suaranya. "Mungkin ada lebih dari satu Penyihir Terkutuk." Ferry berhenti bicara sejenak. "Tidak ada orang lain lagi di ruangan ini. Berhentilah menyamar. Penyamaranmu terlihat sangat menjijikkan."     

"Baik, Tuan."     

Hera membungkukkan tubuhnya, kemudian terdengar suara-suara tulang berderak dan tulangnya menonjol-nonjol tubuhnya seolah-olah hendak terlepas dari tubuhnya. Hera berubah menjadi lebih tinggi, rambutnya yang berwarna abu-abu berubah menjadi hitam dalam sekejap, dan kulitnya yang keriput dan kendur kembali mengencang dan berkilau penuh vitalitas. Waktu seolah-olah bergerak mundur. Ketika Hera meregangkan tubuhnya lagi, ia telah berubah menjadi seorang wanita muda yang cantik.     

"Nah, sekarang jauh lebih baik." Ferry tersenyum dengan puas. "Aku ingat wajah ini … wajah ini milik gadis yang digantung di pintu gerbang kota itu, bukan?"     

Benar, Tuan," jawab Hera sambil mengangguk, "Anda menghabiskan sebagian besar waktu bersama dengan gadis itu dari keempat gadis yang digantung di pintu gerbang kota."     

"Kamu benar-benar tahu … cara untuk menyenangkan aku." kata Ferry sambil mengecup bibirnya sendiri, "Shattrath mungkin akan segera kembali ke sini. Kita tidak punya banyak waktu untuk bersenang-senang." sahut Ferry sambil berusaha menahan nafsunya dan ia kembali berkata, "Aku ingin kamu menangani para Penyihir Terkutuk itu, sama seperti yang sudah kamu lakukan sebelumnya."     

"Serahkan mereka kepadaku, Tuan." jawab Hera sambil membungkuk. "Aku tidak akan melepaskan para Penyihir Terkutuk itu hidup-hidup."     

Lima belas menit kemudian, Shattrath kembali ke ruang rahasia. Shattrath melirik sekilas kepada Hera, kemudian ia melaporkan kepada Ferry, "Tuan, para pengungsi di luar gerbang barat benar-benar telah meninggalkan perkemahan mereka. Di luar langit sudah gelap, jadi aku memerintahkan anak buahku untuk berjalan ke perkemahan pengungsi dengan menggunakan obor, dan anak buahku menemukan banyak perkemahan pengungsi yang sudah kosong. Tidak ada nyala api yang terlihat di dermaga, jadi aku tidak yakin apakah rombongan itu masih berada di sana. Sedangkan para penyihir itu …. "     

"Tidak perlu diperiksa lebih lanjut." Ferry memotong kalimat Shattrath. "Karena rombongan itu berani membawa para pengungsi yang sakit, maka informasi Tikus itu sudah benar. Jadi setidaknya kita tahu bahwa ada dua orang penyihir, yang satu terbang di udara untuk mengawasi keadaan, yang satu lagi lain bertugas untuk menyembuhkan Wabah Iblis. Penyihir yang bisa menyembuhkan wabah itu merupakan ancaman bagi rencanaku, jadi kita harus menghentikan mereka." Saat ini rombongan itu baru mengambil para pengungsi ke luar kota, tetapi jika mereka membawa para penyihir masuk ke Kota Raja dan menyembuhkan rakyat yang terinfeksi, maka "obat suci" gereja akan dianggap sebagai sebuah lelucon!"     

"Lalu apa yang harus kita lakukan?" tanya Shattrath, "Haruskah kita mengirim Pasukan Penghakiman untuk menangkap para penyihir itu?"     

Ferry menggelengkan kepalanya. "Kita berada di Kota Raja, bukan di Kota Suci Hermes. Hanya ada sekitar dua puluh prajurit Pasukan Penghakiman di kota ini. Jika kita mengirim Pasukan Penghakiman untuk menangkap para penyihir, maka siapa yang akan menjaga ketertiban selama Obat Suci itu dibagikan besok? Lagi pula, kita hanya memiliki sedikit prajurit, apa yang bisa mereka lakukan? Bahkan jika pasukan kita mampu mengalahkan tentara bayaran milik rombongan itu, aku khawatir para penyihir itu akan melarikan diri." Karena rombongan itu berada di Kota Raja, jumlah Pasukan Penghakiman yang bertanggung jawab untuk melindungi gereja masih terbatas. Kalau tidak, Raja Timothy pasti tidak akan tenang jika mengetahui bahwa gereja ternyata memiliki ratusan prajurit yang kuat.     

"Kalau begitu … apakah kita perlu menulis surat ke Kota Suci Hermes dan meminta Uskup untuk mengirim lebih banyak Pasukan Penghakiman?"     

"Ketika Pasukan Penghakiman datang, aku khawatir para pengungsi itu sudah pergi jauh." Pendeta Ferry menjawab sambil mencibir, "Oh ya, kita tidak perlu merepotkan pasukan elit gereja hanya untuk mengurus sekelompok tentara bayaran. Serahkan saja urusan ini kepada Air Tanah Impian."     

"Serahkan urusan ini kepada para Tikus?" Shattrath tercengang mendengar perkataan Ferry.     

"Setidaknya geng Air Tanah Impian memiliki banyak Tikus, sehingga mereka dapat mengepung dermaga terlebih dahulu, kemudian menyerang tentara bayaran bersama-sama. Berapa banyak Tikus yang bisa ditangani oleh seorang tentara bayaran, lagi pula para tentara bayaran itu tidak memakai baju zirah dan hanya membawa tombak kayu."     

"Seorang Tikus bisa menghadapi dua atau tiga orang tentara bayaran."     

"Kalau begitu tentara bayaran itu hanya dapat menangani sekitar dua ratus orang Tikus, sementara Air Tanah Impian dapat memanggil lebih dari seribu preman. Tentunya, para tentara bayaran itu mungkin tidak akan mampu mengalahkan beberapa orang Pasukan Penghakiman. Tetapi Pasukan Penghakiman itu sudah cukup untuk membunuh tentara bayaran itu tanpa mengenakan baju zirah." sahut Ferry sambil bangkit berdiri. "Sampaikan perintahku kepada Si "Gigi Ganas" Tanis. Tanis hanya punya waktu satu hari untuk memanggil anak buahnya sebanyak mungkin. Kemudian Tanis dan anak buahnya akan menyerang tentara bayaran itu besok malam. Jangan bilang kepada Tanis bahwa ada cara lain untuk menyembuhkan Wabah Iblis, jika tidak mereka juga akan berusaha mendapatkan obat itu dari rombongan Wilayah Barat. Katakan kepada Tanis untuk tidak meninggalkan musuh hidup-hidup meski hanya satu orang. Imbalan untuk Tanis dan anak buahnya adalah satu kotak berisi Obat Suci. Jika Tanis merasa ragu dan berusaha mengelak dari perintah, katakan kepadanya ia tidak akan mendapatkan bunga Poppy dan Bunga Pakis dariku lagi."     

"Bagaimana dengan … para penyihir itu? Terutama penyihir yang bisa terbang?"     

"Penyihir itu tidak akan terbang selamanya, dan para Tikus tidak akan menyelesaikan pertempuran mereka dalam waktu singkat … dengan kata lain, tugas para Tikus adalah untuk menarik perhatian tentara bayaran." Ferry berjalan menuju Hera, ia mengulurkan tangannya untuk membelai wajah Hera yang cantik. "Selama Wanita Tanpa Wajah bisa menyelinap ke dalam perkemahan mereka, ​kita sudah bisa menebak apa yang akan terjadi kepada mereka selanjutnya."     

Wanita Tanpa Wajah mampu menyamar sebagai orang lain selama ia menyentuh orang itu. Tidak hanya penampilan yang bisa ditiru oleh Hera, tetapi juga bentuk tubuh dan suaranya juga akan sama seperti orang yang disentuhnya, dan wujud penyamarannya itu tidak akan berpengaruh terhadap Liontin Penghukuman Tuhan. Itu adalah kemampuan yang sempurna untuk seorang pembunuh seperti Hera. Karena alasan inilah, Hera adalah salah satu dari segelintir penyihir yang dipertahankan dan dilatih secara khusus oleh gereja.     

"Begitu mereka menyadari bahwa mereka tidak mungkin menang, formasi mereka pasti akan kacau. Pada saat itu, Wanita Tanpa Wajah akan memastikan bahwa tidak akan ada penyihir yang masih hidup." kata Ferry sambil tertawa.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.