Bebaskan Penyihir Itu

Sebuah Insiden



Sebuah Insiden

0Marquees Passi terdiam beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Apakah kamu sedang mengancam atau sedang mengundangku?"     
3

"Tentu saja aku sedang mengundangmu," kata Nightingale. "Yang Mulia tidak pernah memaksa para penyihir. Dan aku juga tidak akan memaksamu untuk ikut denganku."     

"Kalau begitu, aku menolak untuk datang ke sana," jawab Passi tanpa ragu. "Jika Pangeran Roland benar-benar membutuhkan bantuanku, ia bisa membawa para penyihir itu ke Bukit Naga Tumbang untuk mengunjungiku dengan menggunakan alasan kunjungan antar sesama kaum bangsawan. Pangeran Roland tidak perlu mengutus seseorang untuk menyelinap ke dalam istanaku. Tentu saja, jika keberadaan penyihir itu sampai ketahuan oleh gereja, aku tidak bisa menjamin keselamatannya."     

Nightingale sudah menduga Passi akan menjawab seperti itu. Memang sulit untuk membuat orang asing menyetujui permintaan yang agak tidak biasa ini. Biasanya, hanya ada dua cara untuk menangani situasi semacam ini - yaitu dengan cara memaksa atau membujuk, tetapi Nightingale tidak ingin melakukan kedua pilihan tersebut. Marquess Passi adalah seorang Penguasa di Bukit Naga Tumbang dan ia akan menjadi seorang penguasa dunia suatu saat nanti jika ada banyak orang yang mendukungnya. Namun, Yang Mulia tidak ingin menyanjung Marquess Passi dengan cara apa pun. Sebaliknya, Yang Mulia berencana menarik dukungan dari para bangsawan di Bukit Naga Tumbang. Menurut Yang Mulia, strategi ini disebut sentralisasi otoritas[1. Kewenangan yang diberikan pemda kepada pemerintah pusat untuk mengurus urusan pemerintahan di daerah. Dengan kata lain, Marquess Passi akan dianggap merendahkan dirinya sendiri di mata kaum bangsawan lain jika ia bersedia membantu Yang Mulia Roland.     

Untuk bisa bekerja sama dengan Roland Wimbledon, dan menciptakan tatanan dunia baru bersama-sama dan ikut berjuang dalam Pertempuran Besar Ketiga, Marquees Passi tidak akan mudah percaya hanya dengan kata-kata saja.     

"Aku mengerti." jawab Nightingale. "Kalau begitu, aku akan pergi dari sini."     

"Tunggu dulu …" Passi tampak terkejut. "Hanya itu saja?"     

"Aku bertanggung jawab untuk menyampaikan pesan-pesan Yang Mulia kepadamu. Sekarang setelah pesan itu kusampaikan dan kamu sudah memberikan jawabanmu, tugasku sudah selesai." kata Nightingale sambil menyeringai. "Apakah kamu berharap aku akan mengikatmu dan membawamu ikut bersamaku?"     

"Bagaimana kamu bisa mengetahui tentang kemampuanku untuk menyalurkan kekuatan sihir?" tanya Marquess Passi dengan ragu. "Apakah kamu bicara dengan para penyihir yang berencana pergi ke Kepulauan Fjords itu?"     

"Benar. Pemimpin para penyihir itu adalah Lady Tilly Wimbledon. Lady Tilly saat ini sedang berada di Kota Perbatasan, ia akan berperang melawan pasukan Iblis bersama kakaknya." jawab Nightingale sambil mengangkat bahu. "Yang Mulia mengetahui tentang kemampuanmu dari Lady Tilly."     

"Mereka tidak jadi pergi ke Fjords?" tanya Passi.     

"Tidak, awalnya mereka tidak tahu bahwa Yang Mulia Roland telah memiliki kedudukan dan pengaruh yang kuat di Wilayah Barat. Mereka baru saling berhubungan setelah Lady Tilly menetap di Pulau Tidur." kata Nightingale sambil memberi penjelasan singkat tentang hubungan kerjasama di antara Roland dan Tilly. "Sama seperti kamu, Lady Tilly juga diundang ke Wilayah Barat oleh Yang Mulia."     

"Pangeran Roland benar-benar membangun sebuah sistem bagi para penyihir dan orang-orang biasa di wilayahnya?" tanya Marquees Passi sambil mengerutkan keningnya. Wanita ini masih sulit untuk mempercayai informasi ini.     

"Bukan hanya itu, Yang Mulia juga sudah mengusir gereja dari wilayahnya." kata Nightingale sambil tersenyum. "Saat ini ada lebih dari sepuluh penyihir yang tinggal di Kota Perbatasan. Penduduk setempat sudah terbiasa dengan kehadiran kami. Aku tidak berbohong mengenai hal ini."     

Marquees Passi bangkit berdiri dan menuangkan secangkir teh untuk Nightingale. "Bisakah kamu menceritakan lebih banyak tentang itu? Bagaimana cara Yang Mulia Roland melakukannya?"     

"Baiklah, jika kamu memang ingin mengetahuinya." kata Nightingale sambil berbalik lalu duduk di meja. Informasi ini mungkin tidak akan mengubah keputusan Passi untuk datang ke Kota Perbatasan, tetapi tidak ada salahnya jika wanita ini mengetahui kebenarannya. Nightingale memutuskan untuk memberitahu Passi tentang Persatuan Penyihir yang telah digagas oleh Yang Mulia, lalu peperangan dengan Adipati Ryan dan upaya politik yang dilakukan Yang Mulia setelah menaklukkan Benteng Longsong. Jika Passi bisa memahami situasi para penyihir di sana, mudah-mudahan ia tidak akan terlalu menentang ketika Yang Mulia berhasil menyatukan seluruh Kerajaan Graycastle di masa depan nanti.     

Tiba-tiba terdengar suara ketukan yang berulang kali di jendela.     

"Ini …" Passi memandang Nightingale dengan syok.     

Nightingale membuka jendelanya. Itu Maggie yang sedang bertengger di luar. "Bahaya, coo! Kilat melihat ada bahaya, coo!"     

"Apa yang terjadi?"     

"Ada segerombolan Pasukan Penghakiman yang sedang bergegas menuju istana, coo!" kata Maggie sambil mengepak-ngepakkan sayapnya, "Mungkin mereka berjumlah dua puluh orang, coo!"     

"Pasukan Penghakiman?" Nightingale berbalik dan mengerutkan kening. "Apakah kamu yang memanggil mereka ke sini?" tanya Nightingale kepada Passi.     

"Tidak … aku tidak punya janji dengan Pendeta gereja hari ini," Marquees Passi tampak kebingungan, "Mungkinkah keberadaan kalian ke sini sudah diketahui gereja?"     

"Itu tidak mungkin." kata Nightingale sambil menggelengkan kepalanya. "Kecuali gereja memiliki kemampuan untuk mengawasi setiap burung yang ada di langit."     

"Itu aneh sekali …" gumam Passi, "Jika mereka datang untuk bertemu denganku, mereka tidak mungkin membawa begitu banyak Pasukan Penghakiman. Jumlah itu hampir seluruh jumlah pasukan gereja di sini!"     

"Apa lagi yang kamu tunggu? Mereka sudah hampir di pintu masuk!" Sesosok keemasan melesat melalui jendela dan mendarat di samping Nightingale. Itu Kilat yang masuk ke dalam.     

"Aku tidak yakin dengan situasi yang terjadi di sini, tetapi aku sarankan kamu menghindari mereka," kata Nightingale kepada Passi, "Atau mintalah para penjagamu untuk menghentikan mereka di luar istana dan mencari tahu mengapa Pasukan Penghakiman ada di sini sebelum kita bisa melanjutkan pembicaraan kita."     

"Tetapi ini istanaku. Untuk apa aku bersembunyi? Jangan khawatir, orang-orang ini tidak akan bisa masuk tanpa seizinku. Kalau tidak, aku tidak akan bisa melindungi para penyihir yang ada di kota ini." kata Passi sambil menghela napas. "Namun, pembicaraan ini mungkin harus berakhir sampai di sini … jika kamu tidak terburu-buru, kurasa …."     

Sebelum Passi bisa menyelesaikan kalimatnya, derap langkah-langkah kaki terdengar tepat di bawah istana. Suara pedang yang saling beradu bisa terdengar jelas di bawah, dan suara dentingan itu bergema di seluruh istana. Ekspresi di wajah Marquees Passi langsung berubah. "Siapa yang membiarkan mereka masuk?! Pengawal!"     

Marquees Passi memanggil beberapa nama pengawalnya tetapi tidak ada yang menjawab ataupun datang dari luar. Derap langkah-langkah kaki itu terdengar semakin dekat.     

"Sepertinya Pasukan Penghakiman itu ke sini untuk menangkapmu." Nightingale memberi isyarat kepada Kilat untuk menyuruh gadis itu pergi terlebih dahulu dan ia berkata kepada Passi, "Kamu masih punya waktu untuk melarikan diri, kami bisa melindungimu."     

"Tidak, aku tidak pergi ke mana pun! Ini adalah wilayah kekuasaanku, bagaimana mungkin mereka bisa begitu lancang …."     

Passi belum selesai berbicara ketika pintunya didobrak dan dihancurkan oleh sekelompok Prajurit Penghakiman yang bersenjata lengkap. Passi langsung dikelilingi oleh para prajurit yang menghunuskan pedang dan perisai mereka ke arahnya.     

Nightingale bersembunyi di dalam Kabut, ia bergerak ke pojok di mana ia bisa melarikan diri dengan mudah sambil bisa tetap memantau situasi yang terjadi. Nightingale menyadari bahwa baik Kilat maupun Maggie tidak ada yang pergi meninggalkan ruangan itu. Kilat sedang mengintip dari atas jendela, dan Maggie masih bertengger di langit-langit, ia sedang melipat sayapnya.     

"Kedua bocah ini benar-benar ceroboh. Aku akan membuat Yang Mulia mendisiplinkan mereka ketika kami kembali ke Kota Perbatasan nanti …" pikir Nightingale sambil menggelengkan kepala lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah para Prajurit Penghakiman. Setiap prajurit itu mengenakan Liontin Penghukuman Tuhan. Mereka semua berdiri mengelilingi dan mengepung Passi. Nightingale bisa mendengar suara Passi yang sedang berteriak kesal. "Redwyne, apa kamu sudah gila?! Kamu membiarkan mereka masuk ke istanaku tanpa seizinku?!"     

"Tentu saja aku tidak gila, saudariku." Suara seorang pria terdengar dari tengah kerumunan. "Ayah telah salah memberikan kedudukan kepada salah satu kaki tangan Iblis. Aku hanya memperbaiki kesalahan yang dilakukan ayah."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.