Bebaskan Penyihir Itu

Penyatuan Seluruh Wilayah Barat



Penyatuan Seluruh Wilayah Barat

4Para bangsawan pemberontak itu tidak berdaya melawan kekuatan Tentara Pertama, dan hanya butuh satu putaran tembakan dalam setiap serangan untuk menentukan siapa pemenangnya. Tentara Pertama bahkan tidak perlu mengisi ulang peluru mereka dan musuh sudah berlarian ke sana kemari untuk menyelamatkan diri. Selain itu, musuh bahkan tidak melakukan perlawanan balik, dan Tentara Pertama hanya perlu mengejar dan menangkap mereka satu per satu.     2

Si Kapak Besi membersihkan satu wilayah setiap harinya dan ia dengan cepat menaklukkan wilayah kekuasaan yang diperintah oleh Keluarga Rusa Besar, Keluarga Serigala, dan Keluarga Mawar Liar. Namun, ketika Tentara Pertama mencapai wilayah kekuasaan Keluarga Daun Maple, serangan pasukan sang pangeran mulai mengalami hambatan.     

Mereka menemukan beberapa masalah yang tidak disangka.     

"Sialan. Istana ini mirip seperti Benteng Longsong." Brian menatap istana Keluarga Daun Maple yang menjulang dan ia meludah ke tanah dengan kesal. "Istana itu dilindungi oleh parit yang mengelilingi bangunannya!"     

"Apakah ada prajurit kita yang terluka dalam serangan putaran terakhir?" tanya Si Kapak Besi.     

"Dua orang terluka, satu di bagian lengan dan satu orang lagi di bagian punggung saat bergerak mundur, tetapi luka mereka tidak terlalu serius," kata Brian sambil mengerutkan kening. "Para prajurit kita berada pada posisi yang sangat tidak menguntungkan karena mereka menembak dari bawah ke atas, sehingga bahkan jika musuh hanya memiliki busur dan anak panah, mereka masih bisa bersaing dengan kita."     

Si Kapak Besi menyadari bahwa ucapan Brian memang benar. Tidak ada yang menyangka Earl dari Keluarga Daun Maple memiliki istana yang dibangun seperti menara yang dikelilingi oleh gunung dan tebing yang curam. Air gunung dari Pegunungan Tak Terjangkau mengalir ke parit selebar 5 meter yang membentuk sungai kecil di sekeliling istana itu. Karena airnya terus mengalir, meskipun ada balok es dan salju yang mengapung, parit itu tidak membeku. Satu-satunya pintu masuk ke istana itu adalah sebuah gerbang tinggi, jadi untuk mencapai ke istana itu, mereka harus menyeberangi jembatan, di mana musuh mengerahkan seluruh pasukannya yang terkonsentrasi di jembatan itu.     

Tidak ada tempat penyembunyian di sekitar istana itu, yang ada hanya hamparan salju, jadi berdiri di tanah kosong akan mudah terekspos dan pasukan Earl bisa mudah menyerang pasukan Roland hanya dengan menggunakan busur dan anak panah. Setelah dua putaran serangan penyelidikan, Tentara Pertama hanya menembak jatuh 3 atau 4 orang musuh dan banyak prajurit yang terluka di pihak mereka sendiri.     

"Andai saja kita membawa meriam," kata Brian dengan pahit. "Jika kita menembakkan beberapa peluru meriam di gerbang musuh, mereka pasti akan langsung menyerah."     

"Sayang sekali pasukan kita tidak bisa membawa meriam itu ke sini karena jaraknya yang terlalu jauh dari Benteng Longsong, dan saljunya juga terlalu dalam." sahut Si Kapak Besi sambil melihat ke langit. "Kita sudahi saja dulu serangan hari ini dan mari kita atur pasukan untuk mendirikan kemah di sini."     

Wilayah Keluarga Daun Maple berada di barat laut Benteng Longsong, di sebelah Pegunungan Tak Terjangkau, dan terletak di perbatasan Wilayah Barat. Berjalan kaki ke tempat ini saja sudah memakan waktu hampir 1 hari, dan salju yang masih menutupi jalan setapak tidak memungkinkan pasukan Roland untuk mengangkut meriam seberat hampir 6 kilogram.     

Menurut laporan informan, Keluarga Daun Maple nyaris tidak berkontribusi apa-apa untuk pemberontakan ini, bahkan Earl di keluarga ini juga tidak ikut berpartisipasi dalam serangan ke Benteng Longsong. Ini berarti sumber daya dan kekuatan mereka semuanya masih utuh dan disimpan di istana yang dijaga dengan ketat ini, dan membuat istana ini sangat sulit untuk ditaklukkan tanpa senjata pengepungan khusus.     

Pada malam hari, api unggun dinyalakan di tenda-tenda perkemahan.     

"Apa yang harus kita lakukan besok?" Brian bertanya sambil melemparkan kayu ke api unggun. "Memerintahkan para prajurit untuk terus berlari ke gerbang sambil melawan hujan panah? Selama kita bisa meledakkan gerbang baja sialan itu, pasukan kita sudah siap untuk melakukan serangan."     

"Tetapi Tentara Pertama juga akan kehilangan lusinan prajurit." sahut Si Kapak Besi sambil menggelengkan kepalanya dan tidak menyahut lagi. Jika Si Kapak Besi masih berada di Kota Pasir Besi, ia akan dengan senang hati mengorbankan ratusan prajurit untuk menyelesaikan misinya tanpa merasa menyesal. Namun, setelah Si Kapak Besi datang ke Wilayah Barat, ia merasa agak protektif terhadap para prajurit ini, di mana ia juga mengetahui bahwa Yang Mulia Roland telah melakukan begitu banyak upaya untuk membentuk pasukan ini.     

Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Si Kapak Besi menghela napas sambil berkata, "Mari kita gunakan para penyihir."     

Brian terhenyak. "Para penyihir?"     

Si Kapak Besi juga tidak mau melakukan ini. Si Kapak Besi ingat sang pangeran pernah mengatakan bahwa pasukan yang baik harus dapat menyelesaikan misinya secara mandiri setiap saat. Namun, moto itu tidak penting saat ini. Demi mencapai tujuan mereka untuk menyatukan Wilayah Barat dalam waktu 1 minggu dan meminimalkan korban di pihak sendiri, Si Kapak Besi bersedia untuk melepaskan harga dirinya sebagai seorang komandan pasukan.     

Ditambah lagi, Yang Mulia juga pernah mengatakan bahwa seorang komandan yang baik harus bertanggung jawab atas nyawa para prajuritnya.     

"Kirim kurir ke Benteng Longsong dan beri tahu Yang Mulia bahwa kita dalam masalah dan membutuhkan bantuan Nona Maggie." kata Si Kapak Besi kepada Brian.     

Keesokan paginya, Maggie dan Kilat sudah datang ke perkemahan. "Apa yang terjadi?" tanya Kilat.     

"coo coo?" Maggie juga ikut bertanya.     

Si Kapak Besi terbatuk dengan kikuk dan menjelaskan permasalahannya. "Serangan musuh paling banyak berasal dari bagian atas istana, jadi senapan kita hanya berpengaruh sedikit untuk melukai musuh. Ada gerbang baja yang menghalangi pintu masuk, sehingga Tentara Pertama tidak bisa berada cukup dekat ke sana untuk menempatkan bahan peledak di gerbang itu. Kami hanya bisa mengandalkan kalian untuk membuka gerbang baja itu."     

"Serahkan urusan ini kepada kami," kata Kilat sambil menepuk dadanya.     

Melemparkan bahan peledak ke arah musuh adalah tugas yang sering dikerjakan oleh Kilat dan Maggie, dan mereka bahkan juga berlatih bersama dengan prajurit Tentara Pertama di Kota Perbatasan. Si Kapak Besi mengangguk dan segera mengatur para prajurit untuk memulai serangan terakhir - bahkan jika bahan peledak itu tidak memiliki efek seperti yang mereka harapkan, setidaknya mereka bisa menakuti musuh dan memberi tambahan waktu untuk menerobos gerbang baja itu.     

"Apakah kamu juga ikut bertarung dengan para penyihir?" Brian terkejut ketika melihat Si Kapak Besi mengikatkan senapan ke punggungnya dan memasukkan beberapa peluru ke sabuknya.     

"Daripada mengatakan 'serang musuh itu untukku', lebih baik katakan: 'serang musuh itu bersama denganku'." kata Si Kapak Besi sambil tersenyum. "Yang Mulia selalu mengatakan hal ini."     

…     

Ketika kedua pria itu memimpin pasukan mereka ke posisi yang sudah ditentukan, sosok Maggie muncul di langit.     

Maggie berubah wujud menjadi burung raksasa dan menyerbu ke istana Daun Maple, cakarnya membawa sekantung bahan peledak baru. Semua orang menyaksikan pemandangan yang menakjubkan ini dan Tentara Pertama melontarkan sorak-sorai, sementara kondisi di menara atas istana Daun Maple berubah penuh kekacauan. Para tentara bayaran dan penjaga Keluarga Daun Maple semuanya mengeluarkan anak panah mereka dan mulai menembaki burung raksasa itu dengan sia-sia.     

Sementara itu, Maggie mengumpulkan kekuatannya, ia mengepakkan sayapnya dengan kuat, ia naik dengan cepat ke langit, dan melepaskan kantung berbahan peledak itu. Kantong itu jatuh tepat di puncak menara istana Daun Maple seperti serangan peluru meriam ….     

Si Kapak Besi merasa sekelilingnya tiba-tiba menjadi sunyi, kemudian ia melihat bola api yang menyilaukan muncul dari puncak menara itu. Tiba-tiba, bumi mulai bergetar! Seluruh dunia tampak bergetar, dan kepulan asap besar membumbung tinggi ke langit. Gelombang hawa panas menerpa wajah Si Kapak Besi, dan memaksa dirinya mundur beberapa langkah serta membuat telinganya berdengung.     

Ini adalah … kekuatan Dewa!     

Si Kapak Besi teringat ketika pertama kali ketika ia menyaksikan uji coba bubuk mesiu Yang Mulia, tetapi ledakan kali ini jauh lebih kuat dari uji coba itu. Bahkan dalam jarak hampir seratus meter jauhnya dari istana itu, Si Kapak Besi masih bisa merasakan gelombang hawa panas yang berasal dari ledakan itu. Sedangkan bagi musuh yang berada dekat dengan lokasi ledakan di puncak menara itu, nasib mereka semua sudah bisa dibayangkan seperti apa.     

Si Kapak Besi diam-diam memanjatkan doanya kepada Tiga Dewa, ia mengangkat senapannya tinggi-tinggi, dan berteriak, "Demi Yang Mulia Pangeran Roland, Tentara Pertama, seraaang …!"     

"Demi Yang Mulia!" Para prajurit menggemakan kata-kata Si Kapak Besi dan mereka menyerbu Istana Daun Maple.     

Kali ini … tidak ada yang bisa menghentikan mereka.     

Ketika Si Kapak Besi kembali ke Benteng Longsong, itu sudah malam yang keenam.     

Seluruh Wilayah Barat akhirnya berada di bawah kekuasaan Roland Wimbledon.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.