Bebaskan Penyihir Itu

Rahasia Anna



Rahasia Anna

1Ketika Anna membuka matanya, ia melihat bahwa sekelilingnya berwarna merah menyala. Udara panas berhembus langsung ke wajahnya dan membuat kulitnya terasa seperti terbakar.     
4

Api berkobar di mana-mana.     

Kobaran api itu ada di mana-mana. Asap mengepul dari bagian bawah pondok dan membuat napas Anna tercekik.     

Anna mendengar suara tangisan dari ruang belakang, tetapi ia tidak yakin apakah suara itu hanya halusinasinya saja atau tidak. Ketika apinya membakar pondok yang terbuat dari kayu, kayunya mengeluarkan suara berderak. Sesekali, Anna melihat percikan api dan serpihan kayu jatuh dari atas kepalanya. Anna turun dari tumpukan jerami dan ia mencoba menuju ke ruang belakang, tetapi gelombang hawa panas menghalangi dirinya.     

Pada akhirnya, Anna berhasil bergegas keluar dari pondoknya, dan menyaksikan dengan pasrah ketika rumahnya dilalap oleh api yang mengamuk.     

Tetangga-tetangga Anna mulai berkerumun di sana juga. Beberapa orang mencoba membantu memadamkan apinya. Namun, sumber air yang terdekat dengan rumah mereka adalah Sungai Air Merah, yang terletak di luar kota. Beberapa ember air yang warga miliki tidak bisa memadamkan apinya sama sekali.     

Setelah Anna berlarian bolak-balik beberapa kali ke sana kemari, ia tiba-tiba melihat sosok ayahnya.     

Ayahnya sudah bergegas pulang dari tambang. Ayah Anna masih mengenakan mantelnya yang kotor dan wajahnya penuh dengan debu berwarna abu-abu. Ayah Anna kini berdiri di samping rumah mereka, yang telah hangus hingga tinggal kerangkanya saja, dan memandangi rumah mereka dengan tatapan kosong.     

Anna melihat ayahnya yang menjadi sosok pelindungnya, ia tidak bisa lagi menahan rasa takut dan panik di dalam hatinya, dan air mata mulai mengalir di wajahnya seperti tetesan mutiara. Anna menangis dan berteriak selagi ia berlari ke arah ayahnya dan memeluk ayahnya erat-erat.     

Namun, ayahnya tidak menghibur dan menenangkan Anna seperti yang ia harapkan.     

"Di mana ibumu?!" ayahnya mencengkeram bahu Anna dengan sangat keras sehingga Anna memekik kesakitan. "Dan di mana adikmu?!"     

Anna menggelengkan kepalanya, tetapi ia tidak menyangka bahwa ayahnya malah mendaratkan sebuah tamparan keras di wajahnya.     

"Apakah kamu benar-benar terpikir untuk menyelamatkan dirimu sendiri? Mengapa kamu tidak menyelamatkan ibu dan juga adikmu?!" seru ayahnya.     

"Sialan, bagaimana bisa kamu hanya memikirkan dirimu sendiri?!" teriak ayahnya dengan berang.     

Anna tiba-tiba bangun dan terduduk dengan tegak di tempat tidur, napasnya terengah-engah. Suara kemarahan ayahnya terus terngiang-ngiang di telinganya dan tidak kunjung berhenti.     

Mimpi buruk itu lagi.     

Anna mengambil cangkirnya yang terletak di meja samping tempat tidur dan ia meneguk air dingin. Butuh waktu cukup lama bagi Anna untuk pulih sepenuhnya dari mimpi buruknya.     

Pada hari pertama setiap bulannya, Anna terus bermimpi buruk soal kebakaran itu. Seolah-olah ada seseorang di dalam otaknya yang terus-menerus mengingatkannya akan masa lalu. Anna menoleh dan memeriksa kalender yang ada di mejanya. Hari ini kebetulan adalah hari terakhir dari minggu pertama di musim panas, dan juga hari di mana Persatuan Penyihir membagikan upah bagi para penyihir.     

Anna membasuh dirinya dan mengenakan pakaiannya. Lalu Anna berjalan keluar dari istana dan menuju ke Gedung Penyihir yang ada di halaman belakang.     

"Kak Anna!" Ring menyeringai saat melihat kedatangan Anna. "Kamu sudah datang sepagi ini!"     

"Selamat pagi." Wendy menyapa sambil tertawa dengan lembut. "Cuaca hari ini sepertinya sangat baik. Apakah kamu akan pergi ke Gunung Lereng Utara nanti?"     

"Nona … Anna." Dua mantan teman sekelasnya membungkuk dengan hormat kepada Anna.     

"Panggil aku Anna saja, seperti saat kita masih bersekolah." jawab Anna sambil mengibaskan tangannya kepada 2 orang mantan teman sekelasnya, lalu ia duduk di satu sisi meja panjang, dan merenung sejenak sebelum menjawab pertanyaan Wendy. "Ada beberapa urusan yang harus aku lakukan terlebih dahulu. Aku baru ke Gunung Lereng Utara pada siang hari nanti."     

"Oh? Tumben sekali." ekspresi Wendy berubah jadi semangat. "Apakah kamu dan Yang Mulia Roland hendak pergi …."     

"Apakah mereka akan pergi berbelanja!" teriak Ring dengan penuh semangat.     

Si Kelinci Abu dan Mutiara, yang mendengarkan percakapan mereka langsung tertawa terbahak-bahak.     

Anna menggelengkan kepalanya tetapi ia tidak mengatakan apa-apa.     

Wendy juga tidak terus mendesak Anna. Wendy mengambil sebuah amplop dari laci dan memberikannya ke tangan Anna. "Ini upahmu untuk bulan ini. Dua keping emas."     

"Terima kasih." jawab Anna.     

Penyihir tidak perlu membeli makanan atau pakaian mereka sendiri, mereka juga tidak perlu membayar uang sewa atau transportasi atas semua fasilitas yang mereka gunakan di istana. Para penyihir bahkan akan diberikan barang-barang contoh dari barang-barang mewah yang dijual di pasar serba ada secara cuma-cuma, dan mereka bahkan dapat meminta lebih banyak barang baru dengan mudah. Karena itu, sebagian besar penyihir merasa bahwa mereka tidak membutuhkan upah, dan mereka tidak mengerti mengapa Yang Mulia tetap bersikeras mengupah mereka. Hanya Anna yang bisa menebak mengapa Roland melakukan hal itu. Selain itu, uang ini secara tidak sengaja juga bisa membantu Anna untuk melakukan sesuatu.     

Anna berjalan kembali ke aula kastil sambil memegang amplop gajinya. Ketika Anna sampai di aula, ia melihat Pemimpin Kesatria, Carter Lannis, sudah menunggunya di sana.     

"Nona Anna." Carter bangkit berdiri dan menyambut kedatangan Anna. "Kita akan pergi ke sana seperti biasa?" tanya Carter.     

"Benar." Anna mengambil 1 keping emas dari amplop dan menyerahkan uang itu kepada Carter. "Mari kita pergi."     

…     

Selama rekonstruksi Kota Perbatasan, penduduk asli masing-masing akan mendapatkan tempat tinggal baru sementara. Ayah Anna juga termasuk di dalam daftar penduduk asli yang mendapatkan tempat tinggal baru.     

Setelah ayahnya menjual Anna dengan harga 25 keping emas kepada gereja, Anna tidak pernah berhubungan dengan ayahnya lagi.     

Sejak saat itu, Anna sendiri sudah tidak lagi menganggap pria itu sebagai ayahnya.     

Namun, ada beberapa hal yang tidak bisa sepenuhnya Anna lupakan.     

Salah satunya, 1 keping emas yang Anna berikan kepada Carter, untuk diberikan kepada ayahnya sebagai biaya hidup.     

Seperti kebanyakan orang miskin yang tiba-tiba mendapatkan rezeki nomplok, ayahnya tidak bisa mengelola keuangannya dengan baik untuk waktu yang lama. Hanya dalam waktu 6 bulan, ayah Anna kehilangan 25 keping emas itu untuk berjudi, ia juga menjadi korban penipuan dan pencurian. Pada waktu itu, Anna belum dikenal secara luas oleh para penduduk Kota Perbatasan, tetapi kemampuan Anna sudah pernah dilihat oleh penduduk asli ketika Anna menggunakan kemampuannya untuk menghalangi binatang iblis yang hendak menyerbu tembok kota beberapa waktu yang lalu. Ayahnya berusaha mengajak seorang tetangga untuk mengunjungi Anna dengan mengatakan bahwa Anna adalah putrinya, tetapi tetangganya menolak dan mengejek ayahnya. Ketika Carter, yang saat itu bertugas mengatur pasukan milisi mendengar tentang masalah ini, ia menyampaikan hal itu kepada Anna.     

Sejak saat itu, Anna tahu bahwa ia harus melakukan sesuatu untuk membuat ayahnya tutup mulut.     

Anna tidak ingin ayahnya menimbulkan masalah baru kepada Roland.     

Anna berjalan kaki bersama Carter ke sebuah lingkungan perumahan yang tenang di bagian timur kota dan mereka naik ke lantai 2 sebuah bangunan.     

Carter menoleh ke arah Anna sambil berkata, "Nona Anna, tolong tunggu di sini."     

"Maaf aku selalu merepotkanmu." kata Anna.     

"Tidak, ini bukan apa-apa." jawab Carter sambil berjalan ke pintu, lalu ia mengetuk pintunya dengan kencang.     

Setelah beberapa saat kemudian, pintunya terbuka disertai dengan suara berderit. "Ah … ternyata anda yang datang, Tuan Kesatria, aku …."     

"Kenapa kamu lama sekali untuk membuka pintunya, apa kamu tuli!" teriak Carter. "Minggirlah dan jangan berdiri di depan pintu."     

"Iya … iya …."     

Mungkin memang beginilah seharusnya.     

Anna bersandar di dinding di sepanjang koridor dan ia menghela napas lega.     

Sejujurnya, Anna sama sekali tidak peduli lagi dengan ayahnya, tetapi ia tahu bahwa masalah hanya akan menjadi lebih buruk jika Anna benar-benar mengabaikan ayahnya. Ditambah lagi, Anna tidak bisa menemui ayahnya seorang diri, kalau tidak, pria yang fanatik terhadap gereja dan angkuh ini akan bertindak seolah-olah ia masih ayahnya, dan ia akan semakin menyulitkan Anna.     

Daripada memohon kepada ayahnya untuk tutup mulut, lebih baik Anna membiarkan ayahnya mengetahui bahwa sekarang ada sebuah 'dunia yang berbeda' dalam status sosial mereka. Sebagai seorang Pemimpin Kesatria yang terkenal, Carter dianggap sebagai seorang bangsawan besar di antara rakyat jelata di Area Perbatasan. Dengan menyuruh Carter untuk memberikan 1 keping emas sebagai uang tutup mulut disertai dengan beberapa ancaman, itu sudah cukup untuk membuat ayah Anna diam, dan dengan begitu, Anna bisa memastikan bahwa ayahnya tidak akan menimbulkan masalah bagi Roland.     

Anna tidak mengerti akan hubungan semacam ini di masa lalu.     

Setelah Anna ditangkap oleh gereja dan dipenjara, ia kehilangan minat dan gairah hidup dalam segala hal dan dunianya berubah menjadi kelam. Hanya pada saat Roland menyelamatkannya, dunia Anna menjadi penuh warna lagi. Setelah tinggal di istana selama beberapa waktu lamanya, Anna secara bertahap memahami hubungan yang kompleks yang terjalin di antara orang-orang, dan juga alasan mengapa ayahnya marah padanya pada waktu kebakaran itu.     

Tetapi Anna tidak menyukai hal-hal yang berbelit-belit seperti sebuah perasaan yang kompleks ini.     

Anna baru bisa merasa santai dan nyaman ketika ia bersama Roland.     

Atau ketika Anna sedang membaca buku-buku yang berisi ilmu pengetahuan yang menggugah rasa ingin tahunya. Walaupun pada awalnya isi buku itu tampak rumit dan tidak bisa dipahami, setelah membaca dalam waktu lama, Anna akan menemukan bahwa hubungan antara hal-hal yang berbeda itu sebenarnya sederhana dan tidak sulit dipahami, dan semuanya tidak akan berubah. Anna bertanya-tanya mengapa dunia nyata tidak bisa menjadi sebersih dan serapi formula kimia.     

Pintunya terbuka kembali. Setelah terdengar suara seseorang yang sedang menyanjung-nyanjung dan mendesak Carter untuk tetap tinggal di sana lebih lama, Carter kembali kepada Anna dan berkata, "Nona Anna, semuanya sudah selesai."     

"Baiklah." Anna bisa bernapas lebih lega sekarang, setelah semuanya selesai. "Jangan beritahukan hal ini kepada Yang Mulia."     

"Tentu saja, Nona. Aku mengerti." jawab Carter.     

Anna mengangguk dan ia berbalik untuk menuruni tangga.     

Meskipun Anna tidak akan pernah bisa menyingkirkan perasaan mengerikan ini dari hatinya mengenai ayahnya, ia tahu bahwa bersama Roland, hal-hal menyenangkan dalam hidupnya akan terus berlanjut. Anna tidak sabar untuk segera pergi ke Gunung Lereng Utara untuk melanjutkan pekerjaannya.     

Tempat itu adalah tempat yang paling Anna sukai.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.