Bebaskan Penyihir Itu

Perasaan yang Bertumbuh



Perasaan yang Bertumbuh

1"Apakah Heidi terluka saat penangkapan itu?" tanya Roland.      4

"Hmm, Heidi tertembak di pahanya. Kami sudah menghentikan pendarahannya, tetapi mungkin ia tidak akan bisa berjalan dulu untuk saat ini." jawab Tilly.     

"Bagaimana dengan penyihir Heidi yang satu lagi?" tanya Roland lagi.     

"Penyihir yang bernama Si Sinar Langit sudah mati tadi malam." jawab Tilly sambil menghela napas. "Tetapi para penyihirku baik-baik saja."     

Roland mengangguk, "Aku akan menyuruh Nana untuk menyembuhkan Heidi. Untuk membahas hal-hal lainnya, mari kita bicarakan setelah kita kembali ke istana."     

…     

Daripada segera menginterogasi pemimpin Asosiasi Taring Berdarah, membahas serangan gereja adalah prioritas utama Roland saat ini. Setelah kembali ke kantornya, Roland bertanya terlebih dahulu tentang situasi di Pulau Tidur kemudian ia menunjukkan surat rahasia dari Wilayah Utara kepada Tilly dan para penyihir lainnya. Ashes dan Andrea juga ikut dalam pertemuan ini karena 3 keluarga bangsawan besar di Kerajaan Fajar juga terlibat dalam topik pembahasan ini.     

Sejak Roland menerima surat rahasia itu, ia telah menghubungi Hill Fawkes 2 kali untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang apa yang sedang terjadi di sana. Setelah Roland memberi tahu semua penyihir apa yang telah ia ketahui dari Hill Fawkes, Andrea menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Otto memang bodoh, ia masih bertingkah seperti anak kecil. Otto tidak pernah berani masuk ke istana tanpa ditemani Oro."     

"Tetapi setidaknya, Otto berhasil mengetahui apa rencana gereja terhadap kita. Selain itu, pria itu melakukan hal ini terutama karena kamu," kata Ashes sambil mengangkat bahu.     

"Apakah kamu sudah menjawab surat dari Otto itu?" tanya Tilly kepada Roland.     

"Aku menyuruh Otto untuk tidak bertindak gegabah. Karena Batu Pembalasan Tuhan saja tidak mempan terhadap Penyihir Suci, jadi tidak mungkin orang biasa bisa mengalahkan mereka. Selain itu, Pangeran Appen juga menyebutkan bahwa ada Pasukan Penghukuman Tuhan di sana. Kerajaan Fajar terlalu jauh dari Kerajaan Graycastle. Aku tidak bisa menawarkan bantuan secara langsung kepada Pangeran Appen. Dalam keadaan seperti ini, sebaiknya kita tetap berpura-pura tidak tahu apa-apa tentang rencana gereja sampai gereja mulai memperhatikan Kerajaan Graycastle," kata Roland sambil menuangkan teh untuk semua orang yang hadir di ruangan itu.     

"Otto mungkin tidak akan bisa mengendalikan diri dengan baik. Bertindak berdasarkan dorongan hati sudah menjadi kebiasaan Otto Luoxi sejak ia masih kecil," kata Andrea sambil mengerutkan kening.     

"Otto pasti akan mengendalikan dirinya dengan baik, karena aku sudah memberitahunya sesuatu yang lain." jawab Roland sambil tersenyum, "Aku mengatakan kepada Otto bahwa kamu aman di tempatku, dan musuh tidak bisa menyakitimu, bahkan meski ia harus berperang melawan gereja. Aku juga sudah memperingatkan Otto, jika ia sampai meninggal, ia tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk bertemu dengan kamu lagi."     

"Ohhh … sangat persuasif dan manis sekali," kata Ashes sambil bersiul.     

"Cukup bercandanya," Tilly langsung menyela untuk mencegah pertikaian antara Ashes dan Andrea. Tilly menatap tajam ke arah Roland, sepertinya ia menyalahkan Roland karena ia malah bercanda, kemudian Tilly mengubah topik pembicaraan dengan bertanya, "Apa yang akan kamu lakukan untuk mengatasi serangan gereja?"     

"Ehem … aku sedang membangun garis pertahanan dengan senjata dan meriam di Bukit Angin Dingin," kata Roland. Roland mengambil peta dari lacinya dan membuka petanya di meja. Roland menunjuk ke jalur perbatasan di Wilayah Utara sambil berkata, "Sejak aku mendapat surat rahasia itu, aku sudah mengirim Tentara Pertama untuk mengirim bahan amunisi dan perbekalan perang ke Kota Lembah Dalam dan pada saat yang sama, Tentara Pertama akan menghancurkan pengaruh gereja di wilayah kekuasaanku. Dengan begitu, Kota Suci Hermes akan segera merasakan serangan dari Kerajaan Graycastle di wilayah Bukit Angin Dingin."     

"Apakah anda dengan sengaja memberitahukan rencana anda kepada gereja? Aku tidak ingin mengatakan ini, tetapi biasanya, rencana yang sengaja dibocorkan kepada musuh sejak awal pasti akan berakhir dengan kekalahan, bukan begitu?" tanya Andrea kepada Roland.     

"Tetapi itu satu-satunya cara agar aku bisa memastikan di mana gereja akan menyerang kita terlebih dulu, dan dengan melakukan itu, prajuritku tidak akan banyak yang mati. Serangan langsung juga merupakan serangan terbaik Tentara Pertama dalam pertempuran," kata Roland sambil menjelaskan rencananya.     

"Aku mengerti maksudmu. Itu ide yang sangat bagus," kata Tilly sambil mengangguk.     

"Tetapi masih ada bahaya lainnya, yaitu para Penyihir Suci. Dengan senjata yang kuat, kita tidak perlu khawatir tentang musuh yang terlihat tetapi para Penyihir Suci dapat menyebabkan masalah yang tidak terduga untuk Tentara Pertama, karena kita tidak tahu apa-apa tentang kemampuan yang dimiliki para Penyihir Suci itu. Hanya para penyihir kita yang memiliki kekuatan sihir yang bisa melindungi para prajurit itu," kata Roland.     

"Itulah sebabnya kami ada di sini. Percayalah, Kak. Para penyihir Pulau Tidur juga akan bertarung bersama dengan para prajuritmu," jawab Tilly.     

*******************     

Kembali ke Gedung Penyihir, Tilly telah kembali ke tempat tinggalnya yang pernah ia tinggali sebelumnya di kota ini.     

Ruang tamu dan kamar tidur Tilly tampak sama persis seperti yang ia lihat terakhir kali. Tidak ada debu di atas meja dan barang-barangnya. Tampaknya, Roland sudah menyuruh para pelayannya untuk sering membersihkan tempat ini.     

Tiga buah baskom kayu yang biasa digunakan untuk mandi ditaruh di dekat pintu. Pakaian bersih terlipat dengan rapi dan ditempatkan di wastafel dan di sampingnya, ada sandal-sandal untuk dipakai di dalam ruangan. Dibesarkan dalam keluarga kerajaan, Tilly terbiasa mandi secara teratur, tetapi bahkan sebagai putri raja sekalipun, ia tidak pernah mandi sesering yang ia lakukan di tempat ini di mana air hangat selalu tersedia sepanjang waktu untuk mandi.     

Ketika Tilly membuka lemari penyimpanan makanan, ia menemukan lemari itu sudah diisi dengan berbagai jenis bumbu, abon daging dan juga roti. Tilly bisa dengan mudah mengisi perutnya kapan saja ia merasa lapar.     

Tilly bukan orang yang benar-benar mempedulikan kenyamanan secara materi, tetapi ada perasaan yang hangat di hatinya ketika ia melihat semua hal yang sudah disediakan di ruangan itu.     

"Ah … akhirnya aku bisa menggunakan sabun wangi ini lagi untuk mandi. Hah, handuk di wastafel ini sepertinya juga masih baru," seru Andrea dengan semangat.     

"Bukankah bagus jika ada handuk baru disediakan di sini?" tanya Ashes.     

"Ya, tetapi handuk baru itu untukku, bukan untukmu. Kamu tidak perlu handuk baru itu." jawab Andrea.     

"Apa katamu?" Ashes balik bertanya.     

"Aku rasa kain usang yang sering kamu bawa ke mana-mana itu sudah cukup untukmu. Lagi pula, untuk apa orang yang biasa mandi di air laut yang asin dan bau seperti kamu memerlukan sebuah handuk bersih?" sindir Andrea.     

Mendengar suara pertengkaran antara Andrea dan Ashes yang sudah familar itu, Tilly diam-diam tersenyum. Tilly rasa semua orang sepertinya menyukai tinggal di Kota Tanpa Musim Dingin, dan bahkan para penyihir Asosiasi Taring Berdarah juga berubah sikap setelah mereka datang ke kota ini.     

Tilly sendiri merasa bahwa ia juga menyukai kota ini sama seperti semua orang.     

Peningkatan kualitas hidup mungkin menjadi salah satu alasan utama atas perubahan sikap para penyihir, tetapi tidak untuk Putri Tilly yang sering dimanja oleh ayahnya, Raja Wimbledon III. Dibandingkan dengan kehidupan mewah Tilly di istana, kehidupan di kota ini lebih terasa segar dan menarik, meski tidak terlalu mewah.     

Yang paling menarik perhatian para penyihir adalah sesuatu yang lain.     

Setelah tinggal di kota ini, Tilly merasa lebih santai, namun ia tidak tahu mengapa ia bisa merasa santai dan nyaman seperti ini. Melihat Roland sendiri yang menuangkan teh untuk Tilly dan para penyihirnya, tiba-tiba Tilly menyadari sesuatu.     

Roland benar-benar tulus menerima keberadaan para penyihir dan ia memperlakukan mereka sebagai sahabatnya daripada hanya sekedar berpura-pura bersahabat dengan para penyihir demi mendapatkan bantuan dari para penyihir.     

Tidak peduli apa gelar Roland, baik ketika ia masih menjadi penguasa wilayah, sebagai pangeran atau sebagai raja sekalipun, Tilly dapat merasakan bahwa sikap Roland tetap sama tulusnya sepanjang waktu.     

Roland menganggap para penyihir sebagai sahabat-sahabatnya, dan ia sama sekali tidak berpura-pura.     

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Ashes kepada Tilly.     

Mendengar Ashes bicara di belakangnya, Tilly berbalik dan melihat bahwa Ashes sudah menutup pintunya dengan pelan.     

"Hah?" Tilly tidak memahami apa maksud perkataan Ashes.     

"Mengapa kamu memanggil Roland dengan sebutan kakak hari ini? Ketika di Pulau Tidur, bukankah kamu mengatakan bahwa kamu membantu Roland hanya demi membantu dirimu sendiri? Dan … kamu mengatakan ia sama sekali tidak seperti Pangeran Roland yang kamu kenal," tanya Ashes dengan ragu.     

"Aku rasa Roland memang bukan kakakku yang bodoh dan pengecut itu, dan aku tidak peduli apakah ia Roland yang asli atau bukan." Tilly berhenti sejenak dan bertanya, "Oh ya, pernahkah kamu memikirkan apa arti perang melawan gereja ini?"     

"Untuk membalas dendam kepada gereja?" Ashes balik bertanya.     

"Bukan," Tilly menggelengkan kepalanya dan berkata, "Perang ini memperjuangkan kebebasan hidup untuk semua orang, terutama bagi para penyihir. Pernahkah kamu berpikir untuk pindah dan menetap di sini?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.