Bebaskan Penyihir Itu

Akhir Pertempuran



Akhir Pertempuran

1…     
0

Roland berjalan keluar dari kabinnya ketika kapalnya berhenti. Roland terpesona dengan apa yang dilihatnya.     

Pegunungan itu berbentuk seperti busur panah yang melengkung, dan memanjang dari kedua sisi serta mengelilingi seluruh kota seperti 'dua buah tangan raksasa'. Sinar matahari bersinar di sepanjang pegunungan, membentuk dinding yang berkilau keemasan.     

Hamparan tanaman rambat tumbuh tidak terhitung banyaknya, semua tanaman itu tampak seperti rambut lebat yang berwarna hijau yang tumbuh dari dalam tanah dan sela-sela bebatuan. Beberapa tanaman rambat itu ada yang sangat besar dan menjuntai sampai ke tanah, sehingga orang bisa memanjat tanaman rambat itu.     

Ketika sinar matahari menembus ranting-ranting pohon yang lebat, Roland merasa seperti sedang berada di sebuah hutan belantara yang sangat lebat. Namun, area ini masih belum sepenuhnya digarap. Di sepanjang Sungai Hening terdapat berbagai jenis bangunan yang dibangun oleh manusia. Warga kota melewati semak-semak setinggi pinggang secara bolak-balik. Asap yang membumbung dari pemukiman penduduk bisa terlihat dari kejauhan. Segala sesuatu yang ada daerah ini tampak selaras dengan alam yang ada di sekelilingnya.     

Karena sinar matahari tidak dapat menjangkau kota ini sepenuhnya, suhu di kota ini jadi sedikit lebih dingin daripada di tempat lainnya. Warna tanamannya juga lebih pucat, tidak sehijau warna tanaman yang sesungguhnya. Tidak heran jika kota ini dinamakan dengan nama Kota Lembah Dalam.     

Roland dan para penyihir sampai di sebuah dermaga yang dipenuhi lumut dan bertemu orang-orang yang sudah menunggu kedatangan mereka di sana. Tiga orang yang berada di depan rombongan itu adalah Si Kapak Besi, Calvin Kant dan juga putrinya, Edith Kant.     

"Kita bertemu lagi di sini, Yang Mulia." kata Edith sambil memberi hormat. "Selamat atas kemenangan Anda pada pertarungan awal melawan gereja."     

"Aku sudah mendengar informasi itu dalam perjalanan ke sini. Kamu telah melakukan pekerjaanmu dengan baik." jawab Roland sambil mengangguk. "Si Kapak Besi memberitahuku bahwa kamu tidak hanya berhasil memperlancar proses transportasi makanan dan amunisi, tetapi juga berhasil memancing pergerakan musuh."     

"Ini adalah kewajiban Keluarga Kant," jawab Edith sambil tersenyum. "Para pedagang di Wilayah Utara dengan senang hati siap melayani Anda, Yang Mulia."     

"Tetapi Timothy Wimbledon masih menguasai kota ini setengah tahun yang lalu," pikir Roland dalam hati. Para pedagang di 3 kota di Wilayah Utara ini mungkin belum pernah mendengar tentang raja yang baru. Mereka bersedia menawarkan bantuan mereka dan melaksanakan rencana Roland hanya berdasarkan bujukan Edith dan pengaruh pribadinya yang luar biasa di Wilayah Utara.     

Setelah berbasa-basi sejenak, Roland menoleh ke arah Si Kapak Besi dan bertanya, "Apakah ada korban di pihak Tentara Pertama?"     

"Ada, Yang Mulia." jawab Si Kapak Besi sambil memberi hormat dan melanjutkan, "Laporan sudah dikirim ke kantor Anda."     

"Kantorku?" tanya Roland dengan bingung.     

"Aku sudah membahas masalah ini dengan Earl Haier. Kami telah memutuskan bahwa Anda bisa menggunakan istananya selama anda tinggal di Kota Lembah Dalam, Yang Mulia." kata Edith sambil menjelaskan lebih lanjut. "Ditambah lagi, ruang kerjanya juga sudah diperbaiki, aku merenovasi ruangan itu agar tampak seperti kantor anda yang ada di Kota Tanpa Musim Dingin. Nona Maggie memberitahuku bahwa anda menyukai ruangan yang terang. Jadi, aku merobohkan dindingnya agar pencahayaannya bisa lebih cerah dan mengganti jendelanya dengan jendela yang sangat besar."     

"Benarkah itu?" tanya Roland dengan semangat. "Lalu Earl Haier akan tinggal di mana?"     

"Agar tidak mengganggu pekerjaan Anda, Earl Haier akan tinggal di kediamannya yang lain di pinggir kota." jawab Edith, lalu ia berhenti sejenak dan bertanya, "Apa anda ingin aku memanggil Earl Haier ke sini?"     

"Tidak, itu tidak perlu. Aku yakin Earl Haier tidak suka terlibat dalam urusan politik." jawab Roland sambil mengibaskan tangannya. "Mari kita masuk ke istana terlebih dahulu."     

"Baiklah. Tolong ikuti aku, Yang Mulia." jawab Edith.     

"Apakah ini yang dinamakan kenikmatan sebagai seorang penguasa?" pikir Roland sambil tersenyum kegirangan. "Aku mulai menikmati posisi ini seiring waktu."     

…     

Roland merasa seperti kembali ke Kota Tanpa Musim Dingin saat ia masuk ke ruang kerja di istana itu. Ada sebuah meja mahoni yang besar, dilengkapi dengan meja kopi dan kursi malas yang diletakkan di tempat yang sama persis dengan yang ada di Kota Tanpa Musim Dingin. Satu-satunya perbedaan adalah pemandangan yang ada di luar jendela. Di sini, Roland bisa melihat lembah yang berwarna hijau pucat melalui jendela, bukan Pegunungan Tak Terjangkau yang suram.     

Roland bertanya-tanya apa yang akan dipikirkan Earl Haier nanti, tentang renovasi di ruangannya ini setelah Roland pergi meninggalkan Kota Lembah Dalam.     

Roland duduk kembali ke mejanya dan mulai membaca laporan.     

Meskipun Roland telah mempelajari bagaimana proses pertempuran yang sebenarnya, ia merasa senang ketika ia melihat korban berjatuhan di pihak gereja.     

Ini jelas merupakan sebuah kemenangan yang layak untuk dikenang.     

Kekhawatiran Roland akan Pasukan Penghukuman Tuhan menghilang ketika ia melihat jumlah 156 korban yang tercatat di pihak Prajurit Penghukuman Tuhan. Tampaknya mesin pembunuh yang kuat dan tidak kenal takut ini ternyata tidak sekuat yang Roland duga. Bagaimanapun, daging dan darah tidak mungkin menang melawan peluru dan api. Roland yakin seharusnya tidak banyak prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan yang masih tersisa, karena setiap proses upacara pembentukan Pasukan Penghukuman Tuhan membutuhkan darah penyihir. Agatha memperkirakan pasukan Pasukan Penghukuman Tuhan milik gereja berjumlah tidak lebih dari 1.500 prajurit, asalkan Bulan Merah tidak tiba dalam waktu dekat.     

Rasio 1 banding 10 itu sudah cukup tinggi bagi gereja untuk meratapi kekalahan mereka.     

Selain Pasukan Penghukuman Tuhan, ada lebih dari 300 prajurit Pasukan Penghakiman yang tewas dalam pertempuran kemarin, lebih dari 20 di antaranya juga terluka parah dan 4 orang komandan pasukan gereja juga berhasil ditangkap. Jumlah ini masih belum seberapa. Terlepas dari kenyataan bahwa sebagian besar Pasukan Penghakiman adalah para prajurit yang bersemangat tinggi dan juga terampil dalam bertempur, Roland tidak terlalu menanggap mereka sebagai lawan yang tangguh, karena mereka pada dasarnya setara dengan kesatria.     

Untungnya mereka belum berhadapan dengan Penyihir Suci yang sangat sulit dihadapi. Jika sampai mereka berhadapan dengan Penyihir Suci, mereka mungkin tidak akan menang dengan mudah karena hanya ada Sylvie dan Iffy yang bisa berhadapan dengan mereka. Bahkan, Sylvie sempat menginstruksikan kepada regu penembak senapan mesin untuk mengatasi Penyihir Suci secara khusus.     

"Bagaimana dengan korban di Tentara Pertama?" tanya Roland sambil melipat kertas laporan itu.     

"Dua orang prajurit kita tewas dan 21 orang luka parah," jawab Si Kapak Besi dengan pelan. "Mereka semua terluka karena tombak yang dilemparkan dari jarak dekat oleh Pasukan Penghukuman Tuhan. Para prajurit yang terluka sekarang sudah pulih dan sudah bertugas kembali."     

Setelah mengetahui bahwa gereja telah meluncurkan serangan, Kilat menjemput Nana ke Kota Lembah Dalam dengan cepat. Tidak ada yang bisa memberikan perawatan yang lebih baik selain Nana.     

Roland mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja dan memerintahkan, "Aturlah sebuah kapal untuk mengirim jasad prajurit yang terbunuh ke Kota Tanpa Musim Dingin untuk dimakamkan."     

"Baik, Yang Mulia." setelah terdiam sejenak, Si Kapak Besi bertanya, "Apa yang akan Anda lakukan dengan kapten di regu penembak jitu yang bernama Danny, Yang Mulia?"     

"Danny adalah orang yang berhasil menembak 5 anggota Pasukan Penghukuman Tuhan itu, bukan?" tanya Roland sambil mengambil cangkir teh dan menyesap tehnya. "Apa pendapatmu?"     

Selama melakukan proses penyelamatan, Brian menyadari bahwa cedera yang diderita Danny dan Malt tampaknya tidak konsisten dengan posisi di mana mereka seharusnya berada. Informasi ini sampai ke telinga Roland pada malam itu juga melalui Pelat Simbol Pendengaran. Saat itu, perang baru saja berakhir. Mengingat bahwa Tentara Pertama masih asyik dalam euforia kemenangan mereka dan bahwa Malt sedang berada dalam kondisi kritis, Roland meminta Si Kapak Besi untuk merawat para prajurit yang terluka terlebih dahulu. Sekarang, karena Roland sudah tiba di Kota Lembah Dalam, sudah waktunya untuk membahas masalah ini.     

"Menurutku, meskipun Danny mengabaikan instruksi dan meninggalkan posisinya tanpa izin, ia telah memberikan kontribusi besar untuk kemenangan pasukan kita. Danny berhasil melumpuhkan 5 orang Pasukan Penghukuman Tuhan sendirian. Prestasi yang luar biasa itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya terkenal di kalangan prajurit Tentara Pertama. Oleh karena itu, aku rasa kesalahannya masih bisa diampuni." kata Si Kapak Besi dengan pelan, "Di Kota Pasir Besi, seorang petarung seperti Danny bahkan akan diberi hadiah oleh tuannya, jadi menurutku …."     

"Tetapi Tentara Pertama bukanlah sebuah sekolah pelatihan militer yang menghargai prajurit mereka berdasarkan berapa banyak musuh yang telah mereka bunuh." sela Roland. "Apakah kamu ingat apa yang aku ajarkan pada kamu selama sesi pelatihan pertama?"     

Si Kapak Besi menelan ludahnya dengan susah payah. "Anda mengajari kami untuk disiplin, Yang Mulia."     

"Hanya prajurit yang disiplin yang bisa menjadi prajurit yang tidak terkalahkan." sahut Roland sambil bangkit berdiri dan berjalan ke jendela. "Aku harap kamu selalu mengingat hal ini. Sekarang, katakan padaku, bagaimana cara kamu menangani Danny?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.