Bebaskan Penyihir Itu

Pertempuran Yang Menentukan



Pertempuran Yang Menentukan

2…      2

"Lady Zero, sepertinya Margie sudah kelelahan."     

Vanilla berbalik ke arah Zero dan menatapnya dengan cemas.     

"Tahan sebentar lagi." sahut Zero.     

Zero mengawasi medan pertempuran dengan wajah cemberut. Meskipun Zero sedang berada di bawah tanah, ia bisa melihat seberkas cahaya yang bersinar dari dalam kubah. Pasukan Penghukuman Tuhan sedang bergerak maju di sepanjang parit dan menghajar semua musuh yang menghadang di depan mereka. Namun, Zero menyadari bahwa pergerakan Pasukan Penghukuman Tuhan semakin melambat.     

Mereka hanya bisa menyerang secara tidak langsung karena setiap garis pertahanan telah dijaga dengan sangat ketat oleh pasukan musuh. Oleh karena itu, pasukan gereja juga akan langsung terkena tembakan saat mereka melemparkan tombak. Hanya beberapa prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan yang bisa masuk ke dalam parit itu, dan parit itu sendiri telah dipenuhi dengan darah yang berwarna biru.     

Di atas tanah, pasukan gereja mengalami kesulitan untuk terus bergerak ke depan.     

Meskipun prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan bisa melompati kawat berduri yang tidak bisa dihancurkan itu, kemungkinan besar mereka akan terkena tembakan senjata musuh. Nyala api berkobar di sepanjang jalan di dalam parit, terutama di 4 menara yang berada di belakang garis pertahanan.     

Parit pertahanan musuh yang ketiga mungkin akan menjadi batas terakhir yang bisa dimasuki oleh prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan.     

Sialan! Zero tidak menyangka bahwa semuanya akan berakhir seperti ini.     

Zero pikir ia telah mempersiapkan dirinya dengan baik untuk menghadapi pertempuran hari ini,     

Salah satunya dengan menemukan posisi di mana Roland Wimbledon berada secara akurat.     

Misi para utusan delegasi yang diutus setiap minggunya sebenarnya hanya sebuah alasan untuk bertemu dengan Roland Wimbledon, tetapi tidak masalah jika mereka tidak jadi bertemu dengannya. Surat yang ditulis atas nama Paus Tertinggi telah mengungkapkan mengenai rahasia asal mula gereja dan Pertempuran Besar Pertama dan Kedua. Orang lain mungkin tidak akan menganggap isi surat itu serius jika mereka mendengar informasi yang sulit dipercaya semacam itu, tetapi seharusnya isi surat itu akan jauh lebih meyakinkan jika ditulis atas nama Paus Tertinggi.     

Lagi pula, yang Zero tulis dalam semua surat itu memang benar adanya. Roland tidak bisa melihat niat Zero yang sebenarnya dari isi surat itu, meskipun ia memiliki penyihir yang terampil dalam membaca tulisan tangan seseorang.     

Semacam bubuk khusus juga ditaburkan di atas surat itu. Bubuk khusus itu adalah produk alkimia yang dikembangkan oleh Intelijen Area Rahasia Utama yang bisa mengeluarkan aroma yang tidak bisa terdeteksi oleh orang biasa. Setiap kali seseorang menyentuh surat itu, aromanya akan terakumulasi dan terserap ke dalam kulit, sehingga aromanya sulit dihilangkan, meski orang tersebut sudah mencuci tangannya dengan air.     

Zero sangat yakin semua surat-surat itu pasti akan diserahkan kepada Roland karena tidak ada seorang penguasa yang tidak tertarik untuk mengetahui semua rahasia-rahasia yang mengejutkan ini. Orang lain tidak mungkin membaca surat itu, dengan begitu, Roland Wimbledon pasti memiliki aroma yang paling kuat dari dalam tubuhnya. Meskipun orang lain tidak bisa membedakan antara aroma Roland dengan orang lain, Vanilla dapat dengan mudah mengendusnya berdasarkan aroma bubuk khusus itu.     

Vanilla bisa mengendus berbagai macam aroma yang tidak bisa diendus oleh orang lain saat ia menggunakan kemampuannya. Menurut Vanilla, noda darah yang sudah lewat 1 bulan masih mengeluarkan aroma busuk dan ia juga bisa mencium aroma aneh yang ada pada bulu hewan yang berada di dalam tanah.     

Saat ini, Roland hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari mereka.     

Zero bahkan mengambil resiko untuk menggunakan Pasukan Penghukuman Tuhan dan Pasukan Penghakiman untuk mengalihkan perhatian para prajurit di garis pertahanan Graycastle. Beberapa Penyihir Suci yang dianggap kurang penting bahkan menjadi 'domba kurban' dengan pertimbangan mungkin ada penyihir yang bisa mendeteksi adanya pergerakan kekuatan sihir di perkemahan Roland. Namun, Zero, yang menjadi dalang di balik semua kejahatan ini, sedang bersembunyi di bawah tanah dan ia bergerak di antara bebatuan dengan menggunakan Bahtera Sihir milik Margie.     

Si Kerudung Hitam adalah kartu AS Zero untuk memenangkan pertempuran ini.     

Sebagai salah satu dari 3 Penyihir Suci yang memiliki level tertinggi di Kota Suci, bahkan juga disegani oleh Yang Mulia O'Brian, kemampuan Si Kerudung Hitam bisa dibilang sangat mengerikan bagi orang-orang biasa yang tidak memiliki kemampuan apa-apa. Orang-orang yang melihat Si Kerudung Hitam akan merasakan perasaan takut yang mendalam ketika penyihir itu masih muda. Kekuatannya bertambah kuat semenjak Si Kerudung Hitam beranjak dewasa. Rasa takut yang amat sangat akan memenuhi pikiran orang-orang jika mereka melihat kedua matanya, orang-orang itu akan bunuh diri atau menyakiti orang-orang lain yang ada di sekitar mereka karena pikiran mereka mulai berhalusinasi.     

Pada saat yang sama, kemampuan tambahan yang dimiliki Si Kerudung Hitam juga meningkat setelah ia melewati Hari Kebangkitan. Kontak mata sederhana ke arah kedua mata Si Kerudung Hitam tidak hanya bisa menyebabkan ketakutan tetapi juga halusinasi yang parah. Meskipun kemampuan Si Kerudung Hitam hanya bisa berdampak pada 1 orang pada satu waktu, kekuatannya sangat berguna pada saat-saat kritis. Itulah sebabnya Uskup Agung Tayfun tidak heran mengapa Paus bisa memilih Si Kerudung Hitam untuk menjalankan misi ini.     

Di bawah Tatapan Kematian milik Si Kerudung Hitam, Zero sangat yakin pasukan Roland pasti bisa dikalahkan dalam sekejap.     

Segalanya tampak berjalan lancar pada awalnya, dan Zero tidak menyadari bahwa ia telah salah menilai ketika perang sudah dimulai.     

Zero tidak menyangka ia telah meremehkan kekuatan senjata bubuk mesiu milik pasukan Roland.     

Asap tebal dan kobaran api menyelimuti area pegunungan. Dengan bantuan senjata apinya, Roland meluncurkan serangan dari jarak 5 kilometer secara terus-menerus, dan pasukan gereja langsung hancur berantakan sebelum mereka bisa menyentuh garis pertahanan terakhir.     

Zero mengubah taktik pertempuran untuk menyerang posisi di mana Roland berada, tetapi ia juga menyadari bahwa Pasukan Penghukuman Tuhan sendiri sedang mengalami kesulitan saat ini.     

Parit-parit yang kelihatannya dangkal itu ternyata jauh lebih sulit untuk ditaklukkan daripada tembok kota yang menjulang tinggi. Para prajurit berkeliaran di dalam parit diiringi dengan desingan peluru-peluru yang ditembakkan. Namun, Zero tidak menyangka bahwa musuh tidak peduli jika garis pertahanan mereka berhasil dilewati dan mereka mulai mundur begitu saja. Mereka meninggalkan area garis pertahanan dan terus mencegat dan menahan kedatangan Pasukan Penghukuman Tuhan. Pada saat-saat ini, Zero bahkan melihat ada seorang Penyihir Luar Biasa di sana!     

Bahtera Sihir Margie tidak bisa terus bertahan sampai mereka sampai ke dekat Roland, karena kekuatan sihirnya semakin menurun seiring waktu. Namun, situasi saat ini masih jauh dari harapan Zero.     

Isabella menyadari bahwa kurang dari setengah jumlah pasukan musuh telah mengenakan Batu Pembalasan Tuhan. Dalam keadaan seperti itu, Isabella harus mengumpulkan mereka semua sekaligus jika ia ingin pehatian musuh tertuju kepada dirinya. Pasukan Penghukuman Tuhan sekarang sedang bergerak maju ke garis pertahanan ketiga dan musuh di area ini jumlahnya lebih sedikit.     

Begitu Si Kerudung Hitam terkena serangan musuh, waktunya terbatas untuk menggunakan kekuatannya. Berapa banyak musuh yang bisa langsung menyadari keberadaan Si Kerudung Hitam dengan cepat? Si Kerudung Hitam pasti akan langsung diberondong oleh peluru sebelum ia bisa menguasai pikiran mereka lagi.     

"Yang Mulia, Bahtera Sihirku … akan segera menghilang …" kata Margie, suaranya terdengar sedikit bergetar. Sudah pasti, penggunaan kekuatan sihir yang berlebihan merupakan beban berat bagi Margie. Pada saat yang sama, dinding dan lengkungan Bahtera Sihir yang melingkupi Zero mulai meredup. Zero menyadari bahwa ia harus membuat sebuah pilihan sekarang juga.     

Atau Zero akan kehilangan semua kesempatan itu.     

"Naik ke permukaan tanah! Jalankan sesuai dengan rencana kita!" seru Zero.     

Margie menarik napas dalam-dalam dan ia mulai menggerakkan Bahtera Sihirnya untuk naik ke atas permukaan tanah. Dalam sedetik, Bahtera Sihir Margie mencuat dari dalam permukaan bumi, dan kekuatan sihirnya langsung menghilang pada saat itu juga. Bau asap yang tebal, suara tembakan yang terus-menerus dan bau amis darah menyeruak di udara.     

Si Kerudung Hitam menoleh dan ia memandang ke arah Zero dengan tajam, kemudian ia melompati lubang berbentuk persegi yang tercipta dari Bahtera Sihir Margie yang mencuat ke atas permukaan tanah.     

Kelihatannya, ini adalah pelayanan terakhir Si Kerudung Hitam untuk gereja.     

Medan perang itu tiba-tiba menjadi sunyi seolah-olah ada sebuah tangan raksasa yang tidak terlihat yang membungkam mulut semua orang yang ada di sana.     

"Isabella! Gunakan Pelat Simbol Tak Terbatas!" seru Zero.     

Setelah terdengar beberapa kali bunyi tembakan, cipratan darah tersembur dari punggung Si Kerudung Hitam, kemudian tubuhnya terjatuh ke dalam parit seperti daun yang gugur dari ranting pohon.     

Sambil menggertakkan giginya, Isabella mengambil pelat simbol yang ada di tangannya.     

Batu Ajaib berwarna hitam mengkilap itu mulai berubah redup seolah-olah Batu Ajaib itu sedang menyerap sinar matahari yang ada di sekitarnya. Di bawah kekuatan Pelat Simbol Tak Terbatas, gelombang sihir yang tidak terlihat menyebar dan meluas ke seluruh medan perang. Gelombang sihir Batu Ajaib ini sama persis dengan Batu Pembalasan Tuhan yang dikenakan oleh Roland, tetapi reaksi sihirnya bekerja dengan arah yang berlawanan. Di bawah pengaruh gelombang sihir Pelat Simbol Tak Terbatas, aura hitam yang dibentuk oleh Batu Pembalasan Tuhan berkualitas tinggi menghilang ke udara.     

Pada saat yang bersamaan, Zero berubah menjadi seberkas cahaya dan ia melesat menuju ke arah Roland Wimbledon yang berjarak 1 kilometer di depannya.     

Saat Zero melesat dari dalam lubang bekas Bahtera Sihir mencuat, ia bisa melewati seluruh medan pertempuran dari langit.     

Zero bisa melihat ada ratusan prajurit, yang merupakan orang-orang biasa, sedang berbaring di dalam parit.     

Ekspresi kaget dan panik terlihat di wajah mereka.     

Penyihir Luar Biasa itu kini sedang berlari dengan kencang.     

Sementara Pasukan Penghakiman sedang maju sambil menyerang musuh.     

Segalanya sesuatu yang ada di sekitar Zero seolah-olah terhenti sampai ledakan senjata yang berasal dari atas menara pengawas ditembakkan lagi. Dan seluruh medan perang itu kembali normal. Suara-suara teriakan orang, dan suara-suara ledakan bisa terdengar lagi dan semua kebisingan itu bercampur menjadi satu, membentuk semacam paduan suara yang menggetarkan.     

Zero bisa melihat raja muda berambut abu-abu itu dan ia bisa merasakan bahwa Tuhan sedang tersenyum kepada dirinya selagi ia melesat semakin dekat ke arah pos komando itu.     

…     

Nightingale bisa merasakan ada sesuatu yang aneh. Di dalam Kabut yang berwarna hitam-putih, kekuatan sihir musuh yang bercahaya itu sangat penuh warna, seperti ada sesuatu yang datang ke belakang mereka dengan kecepatan yang luar biasa.     

Nightingale tahu bahwa itu adalah serangan terakhir dan serangan paling ampuh yang dilakukan oleh seorang Penyihir Suci.     

"Lindungi Yang Mulia!" teriak Nightingale dengan panik.     

Shavi mengulurkan tangannya untuk menciptakan Penahan Sihirnya, Penahan Sihir itu cukup besar untuk membungkus seluruh pos komando di atas menara pengawas.     

Andrea mengeluarkan Panah Cahaya miliknya untuk menembak cahaya yang sedang melesat ke arah mereka itu.     

Saat mereka hendak melarikan diri, Nightingale meraih lengan Roland yang telah kehilangan kekuatan pelindung Batu Pembalasan Tuhan, ia menyadari bahwa cahaya yang sedang melesat itu sedang mengarah kepada Roland.     

Tetapi cahaya itu bergerak dengan sangat cepat.     

Seketika itu juga, seberkas cahaya menembus Panah Cahaya Andrea dan Penahan Sihir Shavi dan langsung melesat ke arah Nightingale dan Roland, bahkan Kabut Nightingale pun tidak dapat menghalangi terjangan cahaya itu.     

Nightingale mendorong Roland menjauh dan ia berbalik untuk menerima terjangan cahaya itu.     

Namun, semua usaha yang dilakukan Nightingale tidak berhasil. Semuanya terjadi dalam sepersekian detik. Cahaya itu menembus tubuh Nightingale dan masuk ke tubuh Roland.     

"Tidak …!!" teriak Nightingale dengan ngeri.     

Dengan kedua mata yang terbelalak, tubuh Roland bergetar dan ia terjatuh ke belakang dengan lemas.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.