Bebaskan Penyihir Itu

Kapal Baja (Bagian I)



Kapal Baja (Bagian I)

1…      1

Roland berdiri di balkon di atas ruang komando kapalnya dan ia merasa sangat bangga ketika ia menyaksikan armada kapalnya berbaris di belakang kapal utamanya.     

Selain kapal perang utama miliknya - Roland No. 1, semua kapal lainnya adalah kapal beton biasa yang bergerak dengan pelan. Namun, dengan lebih dari 10 kapal beton yang tergabung dalam armada itu, mereka tampak luar biasa. Armada besar milik Roland mengeluarkan asap putih dari cerobong asap dan membelah sungai saat mereka menerjang riak-riak air sungai, dan semua kapal itu tampak benar-benar tidak terkalahkan.     

Kapal perang itu tampaknya merupakan daya tarik utama bagi armada itu - jembatannya yang menjulang tinggi dan penampilannya yang ramping membuat penampilan kapal itu lebih menonjol dari kapal layar biasa dan kapal beton lainnya. Kapal perang itu mendominasi di sungai dengan tampilan senjatanya, termasuk meriam 152mm dan 2 senapan mesin Mark I, mesin uap bertekanan tinggi yang dibuat khusus, dan sistem penggerak baling-baling yang memungkinkan kapal itu mencapai kecepatan 12 kilometer per jam.     

"Sepertinya suasana hatimu sedang bagus." kata Nightingale sambil mengamati Roland selagi ia merapikan rambutnya yang berantakan karena tertiup angin. "Apakah itu karena kamu akan segera pulang ke rumahmu?"     

"Maksudmu, kembali ke istana Graycastle? Tidak, aku tidak akan pernah kembali ke sana," kata Roland sambil menggelengkan kepalanya. "Wilayah Barat adalah rumahku yang sesungguhnya. Aku senang karena peperangan ini akan segera berakhir."     

"Hm … setengah dari ucapanmu itu bohong." sahut Nightingale.     

Roland baru ingat bahwa Nightingale bisa mengetahui ketika seseorang sedang berbohong. "Ehem, baiklah, aku benar-benar merasa bangga pada diriku sendiri karena aku sudah berhasil menghasilkan banyak kapal selama Bulan Iblis."     

"Nah, kali ini kamu baru mengatakan yang sebenarnya." kata Nightingale sambil mengedipkan matanya. "Tetapi sepertinya kamu terdengar agak sombong sekarang."     

"Itulah sebabnya aku berbohong kepadamu tadi." jawab Roland.     

"Pantas saja." Nightingale terkikik dan ia berjalan menuju Roland. "Aku tidak menyalahkan kamu. Aku tidak keberatan jika kamu berbohong sedikit, asalkan kebohongan itu tidak ada hubungannya denganku."     

"… Jika kamu tidak keberatan, maka jangan tunjukkan kebohonganku di depan hidungku," pikir Roland.     

"Oh ya, aku belum mengucapkan terima kasih kepadamu," bisik Nightingale selagi ia memandang ke kejauhan.     

"Terima kasih untuk apa?" tanya Roland.     

"Untuk mengakhiri peperangan ini dan membawa perdamaian ke Kerajaan Graycastle. Baik rakyat jelata maupun para penyihir akan hidup bahagia di bawah pemerintahanmu," kata Nightingale perlahan. "Aku selalu yakin bahwa kamu akan berhasil mencapai ini, tetapi aku tidak menyangka kedamaian itu akan segera terwujud secepat ini."     

"Tentunya tidak secepat itu. Bahkan setelah aku menggulingkan kekuasaan Timothy, bangsawan lain akan melawan dengan sekuat tenaga. Menyatukan seluruh Graycastle mungkin akan memakan waktu beberapa tahun lagi." jawab Roland sambil menghela napas. "Proses penyatuan negeri tidak pernah berlangsung mudah dan cepat, jadi perjalanan kita masih panjang untuk mencapai tujuan kita."     

"Ini sudah jauh lebih baik daripada yang aku bayangkan. Sebelum ini, aku selalu merasa khawatir bahwa aku tidak akan sempat hidup lebih lama untuk melihat hari ini."     

"Ayolah, jangan katakan itu." kata Roland sambil menatap Nightingale. "Apakah kamu pikir aku akan membahayakan keselamatanmu?"     

"Bagi penyihir tempur sepertiku, aku memang harus selalu bertempur, dan perjanjian yang aku ucapkan juga membutuhkan sebuah pengorbanan." Nightingale menoleh ke arah Roland. "Aku sudah siap untuk berkorban saat aku bersumpah untuk tetap setia kepadamu."     

"Maaf jika aku membuatmu kecewa," kata Roland sambil mengangkat bahu. "Peperangan sudah pasti akan menelan pengorbanan, tetapi musuh kita yang akan membuat pengorbanan itu untuk kita. Lagi pula, aku yang seharusnya berterima kasih kepadamu."     

"Kenapa begitu?" Nightingale bertanya dengan heran.     

"Karena jika aku tidak pernah bertemu dengan penyihir, aku tidak akan memiliki kepercayaan diri sebesar ini untuk melakukan apa yang sudah aku lakukan sampai saat ini."     

Jika bukan karena Anna, Roland tidak akan memutuskan untuk menyelamatkan para penyihir ini, dan jika tidak ada kekuatan sihir di dunia ini, ia pasti masih menjalani kehidupan primitifnya di Kota Perbatasan yang terpencil itu.     

"Kamu … mengatakan yang sesungguhnya." Nightingale menatap Roland dalam-dalam.     

"Tentu saja aku berkata jujur," kata Roland sambil tersenyum.     

Tiba-tiba, sosok berwarna keemasan turun dari langit dan mendarat di sebelah mereka. "Yang Mulia, 4 kapal perang dengan dayung di kedua sisinya sedang mendekati kita dalam radius 20 kilometer, dan kelihatannya itu seperti kapal berkepala elang yang dijelaskan dalam laporan Tuan Theo." kata Kilat, "Tetapi aku tidak melihat ada patung elang di kapal itu."     

"Kepala elang itu pasti terletak di bawah lambung kapal, di dalam air." sahut Roland sambil menepuk kepala gadis kecil itu. "Kerja yang bagus, tetap awasi keadaan di sekitar kita."     

"Kalau begitu … bolehkah aku melakukan lebih sedikit soal latihan sebagai keringanan atas hukumanku?" Gadis kecil itu menatap sang pangeran dengan pandangan memelas.     

Roland tidak bisa menahan tawanya. "Baiklah. Jika kamu berjanji untuk tetap berkelakuan baik di masa depan, kamu hanya perlu mengerjakan 1 set soal latihan."     

"Siap, Yang Mulia!" Mata Kilat langsung berbinar-binar, ia segera melompat dan terbang ke arah Timur dalam sekejap.     

"Kamu seharusnya tidak membiarkan Kilat lolos dari hukumannya semudah itu." protes Nightingale.     

"Kilat akan belajar dari pengalamannya jika ia merasa dihargai." sahut Roland sambil mengibaskan tangan lalu ia berbalik menuju ke tangga. "Mari kita kembali ke ruang komando. Ada pekerjaan yang harus kita lakukan."     

…     

Ruang komando yang kecil itu tidak berisi apa-apa selain sebuah meja kayu dan 4 buah kursi. Komandan Tentara Pertama - Si Kapak Besi, Pemimpin Batalion Senjata - Brian, Pemimpin Batalion Artileri - Van'er, dan kapten kapal Sang Pemenang - Cacusim, mereka sedang berdiri di samping meja untuk menyusun rencana pertempuran pertama mereka di sungai.     

"Menurut laporan Theo, 4 kapal perang milik Timothy adalah kapal khusus untuk perairan dangkal. Kapal itu bisa melaju secepat kapal beton kita, tetapi kapal mereka lebih gesit." Kata Roland sambil menunjuk ke skema yang ada di atas meja. "Biasanya, kapal-kapal ini akan mendekati kapal musuh, sehingga awak mereka dapat melompat ke kapal musuh dan bertempur di dalam kapal musuh. Kapal Timothy juga dapat menembakkan bahan yang mudah terbakar seperti bubuk mesiu atau belerang dan menabrak kapal musuh, sehingga kedua kapal itu akan hancur bersama-sama. Namun, karena tujuan musuh kita adalah untuk memblokir sungai dan menjarah kapal kita, mereka mungkin tidak akan menggunakan metode yang kedua. "Ini adalah pertama kalinya kita bertempur di perairan, jadi silakan suarakan gagasan-gagasan apa yang ada di benak kalian."     

"Yang Mulia, pasukan kita akan sulit menembak sasaran yang terus-menerus bergerak, jadi aku sarankan kita langsung menembak ketika kita sudah berada lebih dekat ke kapal mereka," saran Van'er. "Selama jarak kita sekitar 50 meter jauhnya dari kapal musuh, aku yakin setiap peluru meriam kita bisa menenggelamkan kapal musuh!"     

"Tetapi aku dengar peluru meriam yang ditembakkan itu tidak hanya menghabiskan banyak bubuk mesiu, tetapi juga mengharuskan Nona Anna untuk membuat peluru itu kembali," kata Brian sambil menggelengkan kepalanya. "Aku pikir lebih baik kita menunggu sampai musuh naik ke kapal kita kemudian kita menembak mereka dengan senapan mesin besar kita."     

Roland menoleh ke arah Cacusim dan bertanya, "Bagaimana menurutmu?" Roland memanggil Cacusim ke ruang komando karena ia adalah satu-satunya orang yang pernah bertempur di atas kapal sebelumnya. Menurut pengalamannya sebelumnya, Cacusim juga sering bertemu dengan bajak laut ketika ia masih menjadi pedagang, bahkan ia juga mengalami penjarahan dari bajak laut. Semua kejadian itu juga termasuk sebagai sebuah pengalaman penting.     

"Hm, Yang Mulia …" Cacusim tampak ragu sejenak. "Menurutku, kita harus menyerang mereka terlebih dahulu."     

"Apa?" Brian dan Vader menatap Cacusim dengan syok.     

"Kapal Anda besar dan cepat, juga terbuat dari baja, jadi kapal kayu mereka mungkin akan langsung hancur saat kita menyerang mereka. Bahkan jika Anda tidak menghancurkan kapal mereka, kebocoran apa pun yang terjadi di kapal mereka akan menghambat pergerakan mereka lebih jauh." kata Cacusim sambil menatap ke semua orang yang ada di ruangan itu. "Tentu saja, ini hanya pendapat pribadiku."     

Taktik ini mengingatkan Roland akan sebuah puisi yang berbunyi, "Matahari bersinar dan ombak bergulung tinggi, sebuah Bendera D[1] berkibar di tiang."     

"Baiklah, mari kita jalankan rencana ini." Roland akhirnya memutuskan. "Meskipun kita tidak memiliki bendera D, bendera dengan gambar menara dan 4 bintang juga memiliki efek yang sama." "Dengan ini aku memerintahkan Roland No. 1 untuk mengibarkan bendera Kota Tanpa Musim Dingin, bunyikan peluit, dan maju dengan kecepatan penuh!"     

[1] Sinyal bendera internasional dalam dunia maritim     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.