Bebaskan Penyihir Itu

Rencana Pembuatan Kapal Dayung Bertenaga Uap



Rencana Pembuatan Kapal Dayung Bertenaga Uap

0Empat hari kemudian, rombongan pedagang Teluk Bulan Sabit berlayar meninggalkan dermaga Kota Perbatasan.     
2

Theo dan seratus orang prajurit dari Tentara Pertama berangkat ke Kota Raja bersama.     

Selama beberapa hari terakhir, Roland dan Margaret telah mencapai sebuah kesepakatan: Theo bisa datang ke toko-toko milik Margaret untuk meminta emas sebanyak yang ia butuhkan, dan Margaret akan mengurangi pembayaran atas mesin uap yang dipesannya dari Roland. Selain itu, Roland juga harus membayar bunga pinjaman itu sebesar satu persen.     

Meskipun jumlah bubuk mesiu dan besi kasar yang dikirim Margaret hampir dua kali lipat dari kiriman yang terakhir, Roland masih mendapatkan pemasukan lebih dari dua ribu dua ratus keping emas, termasuk biaya deposit untuk memodifikasi dua buah kapal milik Gammon. Uang sebanyak ini awalnya sulit didapatkan sebelum Bulan Iblis berlangsung, karena laba dari hasil produksi tambang dalam satu bulan tidak lebih dari tiga ratus keping emas.     

Setelah rombongan Margaret pergi, sudah waktunya bagi Maggie untuk meninggalkan Kota Perbatasan untuk sementara.     

Seperti yang sudah diperintahkan oleh Ashes, Maggie harus membawa informasi mengenai Wilayah Barat ke Fjords.     

Roland bahkan menulis sebuah surat panjang dan menyerahkan suratnya kepada Maggie, menyatakan bahwa ia berniat untuk saling membantu dan berkolaborasi dengan Tilly, serta berharap Tilly dapat mengirimkan beberapa orang penyihir untuk membantunya. Dalam suratnya, Roland tidak menyampaikan surat itu sebagai kakak Tilly, tetapi sebagai Penguasa Kota Perbatasan, penguasa di Wilayah Barat. Meskipun Roland tahu kemungkinan bahwa Tilly mau membantunya sangat tipis, ia tetap ingin mencobanya. Lagi pula, Roland tidak membutuhkan banyak waktu untuk menulis surat.     

Semua penyihir berkumpul di halaman belakang istana untuk mengantar kepergian Maggie.     

Nightingale memberi Maggie sebungkus kecil dendeng ikan, sedangkan Kilat memberi Maggie sebungkus kecil lada.     

Semua penyihir lain merasa sedih dengan kepergian Maggie. Mereka membelai-belai bulunya dan memeluk Maggie seolah-olah mereka tidak akan pernah melihatnya lagi.     

"Jangan khawatir!" Maggie berkata. "Aku akan segera kembali!"     

"Bagaimana kalau Tilly tidak membiarkanmu kembali ke sini?" sahut Kilat dengan khawatir.     

"Hmm …" Maggie menundukkan kepala dan merenung sejenak. Kemudian Maggie mengibaskan bulu ekornya dan berkata, "Kalau begitu aku akan terbang kembali ke sini diam-diam!"     

"Kalau begitu kita sepakat." Kilat membuat janji dengan Maggie. "Jika kamu kembali ke sini, aku akan memanggang beberapa burung panggang untukmu. Sarang lebah yang kita temukan kemarin, aku tidak akan menyentuh madunya sampai kamu kembali."     

"Baiklah!" Maggie mengangguk dengan penuh semangat. "Aku setuju!"     

Roland merasa terhibur sekaligus geli melihat Maggie dan Kilat dan ia tidak berkomentar apa pun. Hanya butuh waktu satu bulan bagi Kilat untuk bisa menciptakan hubungan yang erat dengan Maggie. Kerja yang bagus, Kilat!     

"Kalau begitu, sampai jumpa lagi, kawan!" Maggie membentangkan sayapnya yang lebar dan perlahan lepas landas setelah berlari sedikit. Maggie terbang di udara selama beberapa waktu kemudian menghilang perlahan-lahan ke arah tenggara.     

"Apakah Maggie akan tiba di Fjords dengan sehat dan selamat?" Melihat kepakan Maggie yang lambat, Roland merasa khawatir akan keselamatan Maggie.     

"Maggie akan baik-baik saja," jawab Kilat, tetapi ia langsung menunduk dan menambahkan, "Aku … rasa Maggie akan baik-baik saja."     

Roland kembali ke kegiatannya yang biasa setelah mengantar kepergian Maggie.     

Kali ini, Roland harus membuat satu set desain lengkap untuk dua buah kapal yang ditinggalkan Rombongan Teluk Bulan Sabit di sini untuk dimodifikasi. Kedua kapal ini akan menjadi kapal dayung bertenaga uap pertama yang ada di zaman ini.     

Karena kapal dayung bertenaga uap hanya akan memiliki satu sumber tenaga, poros penggerak mesin uap akan langsung terhubung ke kapal dayung tanpa bergantung pada transmisi. Beberapa saluran pemasukan udara akan digunakan untuk mengontrol jumlah udara yang dipompa masuk dan dengan demikian menyesuaikan kecepatan kapalnya. Jika seseorang ingin memperlambat kapal atau menepikan kapalnya, ia hanya perlu menutup saluran udara masuk dan mengeluarkan uap yang berlebihan melalui knalpot. Pada saat itu, kapal akan mudah melaju cepat, karena ruang ventilasinya tidak akan berpengaruh kepada tempat pembakarannya.     

Mekanismenya tidak sulit. Roland segera menggambar sebuah model secara kasar. Namun, untuk membuat desain secara akurat, Roland harus melakukan pengukuran secara spesifik pada kapalnya.     

Saat itu, Anna masuk ke kantor Roland sambil membawa sebuah buku di tangannya.     

"Ada yang mau kamu tanyakan?" Roland meletakkan pena bulunya dan tersenyum pada Anna.     

"Aku sudah selesai membaca bukunya." Anna meletakkan buku itu di atas meja. Itu adalah buku berjudul Teori Ilmu Pengetahuan Alam.     

Senyum di wajah Roland langsung sirna. Luar biasa! Bagaimana mungkin Anna bisa mempelajari matematika dan fisika sekolah menengah atas hanya dalam beberapa bulan? Roland tidak bertanya kepada Anna apakah ia telah sepenuhnya memahami isi bukunya karena ia tahu Anna akan membaca buku itu berulang kali atau datang untuk bertanya kepadanya apa saja yang belum dipahami Anna. Ketika Anna menyebutkan bahwa ia telah "selesai" membaca buku itu, ia pasti sudah memahami seluruh buku itu.     

"Desain yang kamu gambar … apakah kamu bermaksud akan mengganti layar dengan mesin uap untuk memberi daya dorong pada kapal?" Anna langsung tertarik pada rancangan kapal di atas meja Roland. "Tetapi …."     

"Tetapi apa?"     

"Kedua roda itu mirip dengan dayung, bukan?" "Ketika rodanya bergerak, mereka akan mendorong perahu ke depan. Tetapi karena setengah dari roda berada di luar badan kapal, sebagian daya dorong yang dihasilkan akan terbuang sia-sia. Mengapa kamu tidak menempatkan seluruh rodanya ke dalam air?"     

"…" Roland terdiam selama sedetik dan tidak bisa menjawab pertanyaan Anna. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang lahir untuk menguasai segala hal. Anna pasti langsung terpikir sesuatu pada saat ia melihat gambar yang dibuat Roland. Roland tiba-tiba merasa sangat tertarik. Roland bertanya, "Jadi, menurutmu apa yang harus aku lakukan?"     

Anna berpikir sejenak kemudian ia mulai menggambar di atas kertas.     

Roland menunggu dan pada saat yang sama ia menatap Anna dengan penuh ketertarikan. Anna sedang asyik dengan pekerjaannya. Roland bisa melihat seutas poninya yang tidak dijepit menjuntai di depan wajahnya. Bulu mata Anna terlihat halus dan bergerak sesekali. Pipi Anna terlihat merona. Meskipun Roland hanya bisa melihat wajah Anna dari samping, ia dapat melihat bentuk wajah yang lembut dan sempurna, termasuk lekukan hidungnya, dagunya yang halus dan lehernya yang jenjang.     

"Apakah kalian mau dendeng ikan?" Nightingale tiba-tiba datang dan menggoyangkan tangannya di antara Roland dan Anna.     

"Aku mau." sahut Anna sambil mengangguk dan memasukkan camilan yang diberikan Nightingale ke dalam mulutnya. "Terima kasih."     

Karena pandangan Roland kini terhalang Nightingale, ia terbatuk untuk menyembunyikan rasa malunya. Perhatian Roland kembali tertuju kepada gambar-gambar yang ada di atas meja lagi.     

Awalnya, Anna mencoba meletakkan dayung di air secara horizontal. Tetapi akan sangat sulit untuk melihat di mana posisi dayungnya ketika kapal mendarat. Penempatan dayung seperti itu akan dengan mudah menyebabkan tabrakan antara kapal dan dermaga atau jembatannya.     

Karena itu, Anna mencoba meletakkan dayung di bagian belakang kapal, yang sebenarnya sudah umum. Pengaturan ini membutuhkan sistem daya tenaga yang lebih kompleks. Bagaimanapun, mesin uap terlalu rumit untuk ditempatkan di bagian belakang kapal, karena alat penggeraknya dan transmisi membutuhkan ruangan yang luas.     

Ketika Roland melihat desain baru Anna, ia sekali lagi merasa kagum dengan kecerdasan dan wawasan Anna yang luar biasa.     

Desain kasar yang sedang dikerjakan Anna memang mirip dengan baling-baling modern, di mana mesin uap ditempatkan di bagian bawah lambung kapal, dengan poros penggeraknya mencuat keluar dari garis air dan ekornya terhubung ke empat dayung persegi yang tampak seperti kincir angin.     

"Aku tidak tahu apakah ini akan berhasil," kata Anna ragu-ragu, "Secara teknis, harus ada komponen gaya horisontal jika sirip semua dayung sama. Tetapi aku mengurangi satu roda kapal, dan mungkin tidak cukup untuk menggerakkan perahu hanya dengan empat dayung. "     

"Tentu saja itu akan berhasil, dengan beberapa modifikasi." Roland mengambil pena bulu di tangan Anna dan menggambar baling-baling. "Dibandingkan dengan bentuk kincir angin, dayung dalam bentuk baling-baling ini bekerja lebih baik di bawah air. Desain yang kamu gambar sudah benar. Namun, perjanjian dengan para rombongan pedagang itu mengharuskan kita untuk mengubah kapal menjadi kapal dayung bertenaga uap. Jadi, kita harus tetap berpegang pada desain pertama. Ini tidak ada hubungannya dengan teknologi tetapi hanya demi kepentingan bisnis." Roland berhenti sejenak kemudian bertanya, "Apakah kamu ingin ikut mengukur kapal bersamaku?"     

"Aku mau ikut!" Anna mengerjapkan matanya yang biru dan memberikan jawaban dengan tegas.     

Metode pembelajaran terbaik adalah dengan menguji teori dalam kegiatan praktik yang sesungguhnya.     

…     

"Nightingale? Apakah kamu mau ikut?"     

Ketika Anna mengikuti Roland dan berjalan ke pintu, ia berbalik dan melihat Nightingale sedang melihat desain di atas meja dengan penuh perhatian.     

"Ah, kalian bisa pergi duluan. Aku akan menyusul kalian."     

Nightingale membandingkan dengan kedua gambar itu berulang kali dan akhirnya ia membuat kesimpulan: Bukankah Anna hanya mengganti posisi penempatan rodanya saja?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.