Bebaskan Penyihir Itu

Jamuan Makan ala Hot Pot



Jamuan Makan ala Hot Pot

3…     
2

Ketika mereka berdua hendak pergi, Ashes, yang berjalan di belakang Tilly, tiba-tiba berhenti dan berbalik ke arah Roland, "Yang Mulia, aku berutang permintaan maaf padamu."     

Ini adalah pertama kalinya Ashes mengucapkan kata-kata yang sopan selagi berbicara dengan Roland. Roland berusaha menjelaskan kepada Ashes, "Yah… mengenai apa yang pernah yang terjadi di istana dahulu, aku sangat …."     

Ashes menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kita semua tahu bahwa 'orang itu' bukanlah Anda saat ini. Orang itu tidak mungkin bisa menuntun kami untuk mengalahkan gereja atau memberikan kebebasan dan kepercayaan kepada kami para penyihir. Awalnya aku tidak percaya dengan hal ini sampai Anda berhasil mengalahkan gereja dan aku sangat menyesali sikapku yang buruk selama ini terhadap Anda." Ashes berhenti sejenak dan melanjutkan, "Setiap penyihir akan mengingat apa yang telah Anda lakukan untuk kami, dan Anda lebih memenuhi syarat untuk menjadi saudara Lady Tilly daripada orang itu."     

Jika Ashes saja bisa mengatakan kata-kata seperti ini, Tilly juga pasti sependapat dengannya. Mereka berdua tidak percaya bahwa Roland adalah pangeran roland asli. Roland tidak tahu apakah ia harus tertawa atau menangis saat ini. Apakah ini akan menjadi semacam pengakuan terbuka bagi Roland?     

Sambil menatap Tilly yang sedang tersenyum di belakang Ashes, tiba-tiba Roland melihat sesuatu.     

Ashes menaruh satu tangan di dadanya dengan tangan kanan dan ia sedikit membungkuk. Rambut kuncir kudanya tergantung di bahunya dan mata emasnya berkilauan seperti bintang-bintang yang bersinar di malam hari.     

"Ashes memberi hormat padamu, Yang Mulia."     

***************     

Tiga hari kemudian, jamuan makan malam perpisahan yang sudah lama ditunggu-tunggu Andrea akhirnya tiba.     

Yang Andrea tunggu-tunggu bukanlah acara perpisahan itu sendiri, tetapi makanan lezat baru yang dijanjikan oleh Yang Mulia.     

Sejak perpisahan yang terakhir, Andrea selalu teringat biasanya ada lebih banyak makanan lezat daripada hanya sekedar es krim yang disuguhkan. Jadi Andrea berharap untuk merasakan semua makanan lezat itu lagi kali ini. Tetapi pertempuran melawan gereja sangat penting sehingga Andrea sungkan untuk menanyakan soal makanan itu itu. Tetapi sekarang, Andrea bisa segera mencicipi makanan lezat lagi.     

Jamuan makan malam itu tidak diselenggarakan di aula istana, tetapi di halaman belakang istana yang sudah direnovasi.     

Melalui koridor panjang yang dibentuk oleh deretan pohon zaitun dan masuk ke halaman belakang, Andrea bisa mencium aroma makanan sebelum ia bisa melihat makanannya. "Apakah itu aroma ikan panggang dari Kerajaan Everwinter? Atau apakah itu telur aneka rasa dari Kerajaan Hati Serigala? Atau mungkin itu ikan Trout Pelangi[1] dari Fjords yang dikenal karena rasanya yang lezat? Tidak, tidak, tidak! Aku belum pernah mencium aroma yang begitu menggoda seperti ini sebelumnya." Tidak peduli seberapa langka bahannya, Andrea bahkan belum pernah mencium aroma selezat ini.     

"Tiba-tiba aku jadi lapar." seru Shavi.     

"Apakah kalian selalu menjalani kehidupan seperti ini di Wilayah Barat?" Molly menjilat bibirnya dan berkata, "Sungguh kehidupan yang menyenangkan, aku iri pada kalian!"     

Si Angin Sepoi memeluk Lotus dan Evelyn bersama-sama kemudian ia menjelaskan kepada Molly. "Aku tidak punya banyak kesempatan untuk menikmati makanan lezat ini setiap waktu. Justru kamu harus merasa iri kepada mereka."     

Candle menjelaskan. "Makan malam semacam ini tidak diadakan setiap hari dan makanan penutup hanya disajikan setiap 3 hari sekali."     

"Hanya disajikan setiap 3 hari sekali, katamu …" Molly menepuk keningnya sendiri dan berkata, "Kenapa aku merasa kamu sedang pamer kepada kami."     

"Tidak, aku tidak bermaksud pamer." jawab Candle.     

Ashes melihat ke arah Andrea sekilas, meskipun ia sendiri juga tidak bisa mengendalikan air liurnya, Ashes berkata, "Hei, jangan sampai kamu meneteskan air liurmu."     

Biasanya, Andrea akan segera membalas cibiran Ashes, tetapi sekarang perhatian Andrea benar-benar tertuju pada tumpukan kayu bakar yang ada di halaman belakang istana.     

Tumpukan kayu itu tampak seolah-olah tumbuh dari dalam tanah jika dilihat sekilas. Batang-batang pohon itu sangat tebal dan kokoh sehingga 7 atau 8 orang bisa duduk mengelilingi tumpukan kayu itu. Uap panas yang keluar dari dalam tumpukan kayu itu memperlihatkan ada sesuatu yang sedang dibakar di atasnya.     

Ketika Andrea berjalan lebih dekat, ia melihat ada sebuah batang pohon tebal yang telah dilubangi di kedua ujungnya. Sebuah panci besi besar digantung di atas tumpukan kayu bakar itu dan aroma yang keluar dari dalam panci itu ternyata adalah aroma sup.     

Selain itu, ada berbagai makanan berbeda yang ditaruh di meja pendek di samping batang pohon itu. Semua makanan itu bervariasi, tetapi itu bukan makanan yang belum pernah dilihat Andrea. Yang membuat Andrea lebih bingung adalah semua makanan itu ternyata dalam keadaan mentah.     

Ini adalah pertama kalinya Andrea melihat jamuan makan malam semacam itu. Tidak ada pelayan, tidak ada kain serbet, tidak ada musik yang mengalun lembut dan tidak ada kerumunan orang yang penuh sesak. Para penyihir itu masing-masing duduk mengelilingi tumpukan kayu bakar dalam formasi lingkaran. Sepertinya mereka harus memasak makanan mereka sendiri.     

Dugaan Andrea benar. Setelah semua penyihir berkumpul, Roland bertepuk tangan untuk menunjukkan bahwa makan malam sudah bisa dimulai. Roland menjelaskan kepada semua penyihir, "Ini adalah jamuan makan malam ala hot pot[2]. Caranya sangat mudah, cukup masukkan semua bahan makanan yang kalian inginkan ke dalam panci dan nikmati saat-saat selagi makanan itu dimasak dalam panci."     

Musim gugur adalah musim terbaik untuk menikmati Hot Pot. Sebagai metode memasak yang sangat populer di negara-negara Asia, semua orang bisa membuat Hot Pot dengan mudah. Bahkan sayuran yang paling sederhana pun bisa terasa lezat. Yang paling penting adalah cara makan Hot Pot sangat merakyat dan sederhana. Semua orang berkumpul bersama untuk menikmati makanan enak dari panci yang sama. Karena itu, mereka jadi jauh lebih mudah untuk membangun hubungan yang akrab di antara orang-orang daripada jamuan makan formal. Sebagai acara makan malam perpisahan, Hot Pot ini bisa mengurangi kesedihan karena para penyihir itu hendak berpisah sebentar lagi.     

Esensi makan ala Hot Pot terletak pada kelezatan kaldunya. Pada zaman ini, metode memasak sebagian besar masih monoton. Biasanya, 1 bahan makanan hanya memiliki 1 cita rasa dan orang biasanya hanya memperhatikan kualitas bahan itu sendiri. Roland telah berpesan kepada juru masaknya untuk mencampur berbagai bahan-bahan yang memiliki cita rasa istimewa dan memasukkan semua bahan itu di panci untuk membuat kaldu. Semua bahan-bahan itu termasuk ayam utuh, tulang babi, Jamur Paruh Burung, makanan laut, rempah-rempah dan sebagainya. Karena itu kuah kaldunya akan sangat kaya rasa, cita rasa semacam ini tidak bisa di dapat hanya dengan memasak 1 atau 2 bahan mentah saja.     

Daun yang telah berjasa membuat meja Hot Pot dengan 'gaya alam'. Daun telah membuat tanaman tumbuh dengan cepat dengan kekuatannya. Daun bisa menciptakan bentuk apa pun seperti yang diminta Roland. Di dalam meja Hot Pot diisi aliran uap panas, dan mejanya tidak akan terbakar meski dalam kondisi panas. Panasnya akan menyebar secara bertahap ke seluruh meja. Jika orang meletakkan tangan mereka di atas meja, mereka akan merasakan sensasi suam-suam kuku.     

Ketika Andrea memasukkan daging yang sudah dimasak ke dalam mulutnya, ia tidak bisa menahan diri dan bergumam "mmmm …" karena cita rasa makanan yang kaya rasa.     

Puluhan bahan-bahan makanan lezat menyerang lidah Andrea dan sup panas mengalir ke tenggorokannya dan turun ke perutnya. Andrea tidak bisa berhenti makan, perasaan ini sama sekali berbeda dari roti es krim yang manis dan lembut.     

Menurut tata cara makan ala bangsawan, mereka tidak diperkenankan untuk mengambil makanan baru sampai mereka menghabiskan makanan yang ada di atas piring mereka. Namun, Andrea tidak bisa mempertahankan etiketnya dengan Hot Pot yang dibuat oleh Yang Mulia, kalau tidak, ia bisa kehabisan bahan makanan di meja setelah menghabiskan makanan di piringnya.     

Penyihir lainnya pun tidak lagi bersikap anggun saat makan. Dengan kata lain, cara makan ala Hot Pot ini tidak ada hubungannya dengan keanggunan seseorang. Bahkan ada beberapa piring makanan lezat di depan Lady Tilly. Dan Ashes sendiri telah mengambil makanan beberapa kali dari piring yang ada di depannya.     

Ashes meniru gaya bicara Andrea dan berkata, "'Esensi makanan terletak pada cita rasa aslinya. Tanpa bumbu-bumbu, sup yang direbus sudah bisa mengeluarkan cita rasa aslinya.' Siapa yang pernah mengucapkan kata-kata ini? Seingatku, ada seseorang yang menganggap garam dan rempah-rempah sebagai cara memasak orang barbar dan ia juga mengatakan bahwa seorang bangsawan sejati tidak akan pernah menggunakan cara seperti itu untuk memasak, tetapi hari ini, apa yang aku lihat di depan mataku berbeda dari ucapannya sendiri."     

Biasanya, Andrea akan langsung berdebat dengan Ashes. Tetapi kali ini, Andrea menyadari sesuatu yang lebih penting.     

Lebih baik Andrea tetap menikmati Hot Pot daripada meladeni permainan kata-kata Ashes.     

Andrea hanya melihat sekilas ke arah Ashes. Tanpa ragu-ragu, Andrea mendorong sendok Ashes dan ia buru-buru mengambil sepotong daging yang mengambang di dalam panci ke dalam mangkuknya sendiri.     

Kali ini, Andrea bisa makan sepuasnya.     

[1] Sejenis salmon air tawar, dan berasal dari Eropa, Amerika, dan Asia Utara     

[2] Makanan yang biasa disajikan di Cina, Jepang dan Korea dengan cara memasak makanan itu sendiri dan makan langsung dari pancinya     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.