Bebaskan Penyihir Itu

Jauh di Dalam Istana Fajar



Jauh di Dalam Istana Fajar

3Otto Luoxi dan Oro Tokat bersembunyi di balik sebuah batu, di taman istana Kota Cahaya, Kerajaan Fajar.      2

Tentunya, mereka tidak sepenuhnya menyelinap diam-diam ke istana ini. Setidaknya ketika Otto dan Oro memasuki istana, mereka sudah melewati pintu gerbang, tepat di depan mata para penjaga. Tidak ada penjaga yang akan menghentikan mereka mengunjungi tempat mana pun di istana ini, kecuali ke wilayah terlarang, karena semua penjaga itu tahu bahwa Keluarga Luoxi dan Keluarga Tokat selalu menjadi pendukung setia keluarga kerajaan, dan kedua pemuda ini juga akan menjadi menteri bagi Pangeran Appen ketika mereka mengambil alih keluarga mereka masing-masing.     

"Hei, apa kamu yakin kita akan melakukan ini?" tanya Otto, ia merasa sangat gugup.     

Jika istana Fajar tempat Raja Fajar berada adalah sebuah zona terlarang, kamar sang raja bahkan lebih terlarang lagi. Namun, kebetulan Otto dan Oro mengetahui sebuah jalan rahasia dari taman yang menuju ke kamar sang raja. Terowongan bawah tanah sempit yang mereka jelajahi bersama Andrea dan Pangeran Appen di masa kecil mereka sering menjadi salah satu rute pelarian keluar dari istana. Mereka menganggap terowongan bawah tanah ini sebagai markas rahasia mereka sendiri dan mengadakan pesta kecil di sana sesekali saat mereka masih kecil.     

Mengingat bahwa mereka baru berusia 10 tahun pada waktu itu, hukuman terburuk jika mereka sampai ketahuan masuk ke terowongan itu oleh Raja Moya adalah dimarahi habis-habisan. Sekarang sebagai pemuda-pemuda yang sudah dewasa, jika mereka ketahuan memasuki wilayah istana tanpa izin, apa kata sang raja nanti?     

"Ayolah! Kumpulkan ketiga keluarga kita untuk mencari tahu alasan mengapa Appen bertingkah aneh, bukankah itu rencana kita sejak awal?" tanya Oro. "Dan sekarang, di saat-saat genting seperti ini, kamu malah ingin melarikan diri?"     

"Aku …" Otto membuka mulutnya tetapi ia tidak bisa berkata apa-apa.     

"Tetapi kamu sungguh bodoh! Untuk mendapatkan pesan dari Keluarga Quinn, kamu malah memberitahu situasi Andrea saat ini kepada ayahnya. Jika kamu bukan teman masa kecil Andrea, orang tua itu pasti sudah membunuhmu," kata Oro sambil melihat ke sekelilingnya, "Dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya kepada raja, kamu mau melakukannya atau tidak?"     

Setelah merasa ragu-ragu sejenak, Otto akhirnya menggertakkan gigi dan mengangguk.     

Apa yang dikatakan Earl Quinn memang mengejutkan Otto dan Oro.     

Karena Yang Mulia Raja sedang jatuh sakit, Pangeran Appen sering bertemu dengan seorang alkemis di istana, dan mengusir keluar semua orang yang ada di ruangan. Konon, obat khusus dari sang alkemis itu dapat melawan penyakit dan membuat Yang Mulia tetap tersadar selama 1 atau 2 jam dalam 1 hari. Sebagai seorang perdana menteri, Earl Quinn memiliki akses masuk ke istana untuk mendapatkan saran politik dari Yang Mulia. Earl Quinn melihat sekilas ke arah sang alkemis dan ia merasa sangat terkejut, ia melihat bahwa alkemis itu sebenarnya adalah seorang wanita muda, wajahnya ditutupi dengan kerudung hitam, hanya mata berwarna abu-abu yang berkilau keperakan yang terlihat dari balik kerudung hitamnya.     

Memikirkan hal itu, Otto langsung teringat akan gereja.     

Jika bukan karena perjalanannya tempo hari ke Kerajaan Graycastle, Otto tidak akan berpikir seperti itu. Setelah bertemu dengan Pangeran Roland Wimbledon, informasi tentang gereja yang secara diam-diam melatih para Penyihir Suci, usaha yang dilakukan gereja untuk menghancurkan Empat Kerajaan dan upaya yang dilakukan Yang Mulia Roland untuk mengumpulkan kekuatan untuk melawan iblis pada Pertempuran Besar Ketiga telah tertanam dalam benaknya.     

Otto tidak memberi tahu informasi apa yang ia ketahui dari Pangeran Roland kepada Earl Quinn. Bagaimanapun, dampak berita itu begitu besar sehingga ia harus mengkonfirmasi dugaannya terlebih dahulu sebelum memutuskan langkah selanjutnya.     

Mendengar dari Earl Quinn bahwa sang alkemis akan muncul hari ini di istana, Otto segera teringat akan terowongan rahasia yang sering ia kunjungi bersama teman-temannya saat mereka masih kecil.     

Karena sekarang Otto dan Oro tidak mungkin mendapatkan dukungan dari Pangeran Appen, ini adalah satu-satunya cara untuk mengungkap kebenaran yang sesungguhnya.     

Sambil memikirkan hal ini, Otto mengangguk kepada Oro yang segera menebas ilalang setinggi lutut, ia menggunakan belatinya untuk mengorek batu yang menutupi terowongan rahasia itu. Besi baja yang sudah berkarat tampak di depan mereka. Gerbang baja terowongan itu, yang hanya bisa dibuka dari dalam, berukuran kira-kira selebar lengan Otto, tetapi itu bukan masalah bagi mereka berdua, karena mereka sudah mempersiapkan diri dengan membawa peralatan yang memadai.     

Oro mengambil sebuah botol kaca dari sakunya, ia membuka tutupnya, dan menuangkan cairan berwarna kuning kecokelatan ke gembok gerbang bajanya.     

Kepulan asap putih yang berbau menyengat muncul dan gembok baja itu mengeluarkan suara yang berdesis, seperti mentega yang diletakkan di atas panci panas.     

Cairan itu adalah larutan asam yang bisa melelehkan besi yang dibuat oleh Ketua Alkemis di Kota Cahaya, dan 1 botol seukuran kepalan tangan itu berharga lebih dari 10 keping emas. Oro diberi tahu bahwa besi dan baja akan mencair dalam sekejap saat menggunakan larutan asam itu. Tetapi bukan itu masalahnya. Gembok baja pertama hancur separuh bagian tetapi gemboknya masih bercokol di gerbang sampai Oro menuangkan botol larutan asam yang kedua.     

Kedua pemuda itu membungkuk untuk merangkak memasuki terowongan rahasia, dan Oro tidak lupa untuk berbalik dan menutup kembali batu yang menutup terowongannya.     

Setelah merangkak lebih dari 10 meter, terowongan itu menjadi sedikit lebih luas, dan mereka bisa berjalan. Otto mencari-cari lampu minyak yang tergantung di dinding, dan menyalakan lampunya dengan menggunakan batu api. Cahaya yang temaram menerangi dinding dan langit-langit terowongan yang melengkung. Tempat ini masih sama setelah lebih dari 10 tahun seolah-olah waktu tidak menggerus tempat ini. Ketika melewati terowongan bagian tengah, mereka melihat kursi-kursi pendek dan gelas-gelas anggur yang mereka bawa untuk mengadakan pesta di sini saat mereka masih kecil.     

Jalanannya mulai menanjak ke atas dan Otto Luoxi tahu bahwa mereka telah memasuki Istana Fajar.     

Dinding istana dibagi menjadi 2 lapisan, yang mirip seperti roti lapis. Bagian tengah di antara 2 lapisan itu disediakan sebagai jalan menuju ruang rahasia dan terowongan. Akhirnya, Otto dan Oro tiba di ujung terowongan yang merupakan bagian paling belakang perapian di kamar tidur sang raja.     

Karena mekanisme perapian itu hanya bisa dibuka dari dalam, mereka tidak bisa langsung masuk ke kamar raja. Tetapi Otto dan Oro bisa bisa melihat ke dalam kamar raja melalui celah kecil yang ada di pintu rahasia itu. Suara-suara percakapan yang terdengar di dalam ruangan itu juga bisa didengar jika suasananya cukup tenang.     

Otto mematikan lampu minyaknya dan mengintip melalui celah itu.     

Raja Fajar, Yang Mulia Deegan Moya, sedang berbaring di tempat tidur dan menghadap ke arah perapian. Dan Pangeran Appen tampak sedang berjalan mondar-mandir di samping tempat tidur ayahnya, ia tampak khawatir dan gusar.     

Otto dan Oro saling berpandangan, lalu mereka diam-diam mengangguk dan dengan hati-hati mereka bersandar ke pintu. Tampaknya Pangeran Appen sedang menunggu kedatangan sang alkemis.     

Sekitar 1 jam kemudian, ada suara di ruangan itu.     

Otto dan Oro segera menoleh sambil memicingkan mata melalui celah itu.     

Dua orang wanita berjalan masuk ke kamar sang raja. Salah satunya adalah alkemis berkerudung hitam yang disebutkan oleh Earl Quinn, dan wanita yang satu lagi mungkin adalah asisten sang alkemis. Wanita itu membawa sebuah tas, ia mengenakan jubah berwarna merah dan putih, dan ia memiliki rambut ikal berwarna keemasan yang indah.     

"Kalian terlambat!" kata Appen, ia terlihat kesal.     

"Maafkan kami," jawab si pirang sambil membungkuk, "Ada kejadian tidak terduga yang terjadi dalam perjalanan kami ke sini."     

"Kita tidak perlu menjelaskan apa-apa. Yang perlu kita lakukan adalah membangunkan ayahnya. Tidak masalah apakah kita datang lebih awal atau terlambat." kata wanita yang berkerudung hitam dengan nada sinis.     

"Jangan katakan itu! Kita masih membutuhkan bantuan dari Yang Mulia." sahut si pirang, ia mengambil sebuah botol porselen berwarna hijau dari dalam tasnya. "Kita seharusnya menjaga hubungan yang harmonis dengan Yang Mulia, itu baik untuk kedua belah pihak, bukan begitu?"     

"Berikan kepadaku obat itu." Appen berjalan ke arah kedua wanita itu, tetapi langkahnya dihentikan oleh wanita yang berkerudung hitam.     

"Apakah Anda lupa dengan perjanjian kita? Obat ini hanya efektif jika diberikan olehku, dan sebagai gantinya, anda harus memenuhi persyaratan dari Yang Mulia Paus."     

"Yang Mulia Paus, katanya?!" pikir Otto.     

Otto merasa terkejut. Sebutan kehormatan itu hanya diperuntukkan untuk seorang Paus. Otto bertanya-tanya apakah kedua wanita ini benar-benar utusan gereja.     

Otto menggigit bibirnya sendiri. Kelihatannya, kedua wanita ini bukanlah para alkemis, melainkan para Penyihir Suci milik gereja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.