Bebaskan Penyihir Itu

Tekad Anna



Tekad Anna

4…      0

Kilat terbang ke kantor Roland dan melewati pegunungan salju yang terakhir.     

"Kamu telah bekerja dengan keras." kata Roland sambil membelai kening gadis kecil itu. "Apa kamu menemukan sesuatu yang baru?"     

"Hanya ada salju dan saljunya semakin banyak." jawab Kilat sambil menutup matanya dan menikmati belaian kasih sayang dari Roland. "Jangan tanyakan tentang iblis dan binatang buas, aku bahkan tidak melihat ada 1 ekor binatang pun di sana."     

"Benarkah? Sepertinya aku terlalu banyak menduga." Roland mengeluarkan peta-petanya dan memeriksa peta-peta itu lagi dengan saksama. Meskipun peta itu hanya digambar dalam bentuk sketsa, dan tidak serinci dan seakurat hasil lukisan Soraya, setidaknya Roland bisa melihat pemandangan yang penuh dengan gunung salju.     

Gunung itu sangat besar, dan tingginya sekitar 4.000 meter. Jika seseorang berdiri di puncak gunung, ia dapat dengan jelas melihat lautan awan yang mengelilingi puncaknya. Puncak gunung itu tidak setajam dan securam yang dibayangkan Roland. Sebaliknya, puncak gunung itu berbentuk sebuah area yang luas dan datar, dan bagian tengahnya sedikit cekung ke dalam, seperti kawah gunung berapi yang besar. Satu-satunya perbedaan adalah bagian cekungan itu dipenuhi dengan air danau yang membeku, yang seluruh permukaan danaunya menyerupai cermin. Menurut Kilat, ia bahkan bisa melihat air yang mengalir di bawah lapisan es yang tebal di danau itu.     

"Memangnya apa yang kamu bayangkan ada di puncak gunung itu?" tanya Kilat.     

"Reruntuhan, Menara Hitam, sisa-sisa reruntuhan kota …" jawab Roland sambil tertawa. "Aku terkejut ternyata puncak itu kosong." kata Roland sambil menunjuk ke peta yang baru dibuat. "Apakah ini sumber air dari Sungai Air Merah?"     

"Benar." kata Kilat sambil menatap peta itu. "Sumber airnya ada di balik awan. Jika bukan karena suara air yang deras, aku tidak akan menyadari ada air di dalam sana. Ada banyak retakan di tubuh gunung, beberapa retakannya ada yang sangat besar. Lebarnya bisa 200 hingga 300 ratus meter. Dari dekat, suara air yang mengalir itu mirip dengan suara guntur yang bergemuruh."     

"Apakah kamu masuk ke dalam retakan itu?" tanya Roland.     

"Uh … yah …." Kilat terbata-bata.     

"Jujurlah padaku." kata Roland.     

"Aku memang mencoba masuk ke dalam retakan itu, tetapi aku tidak bisa." jawab Kilat sambil cemberut. "Retakan itu memang cukup besar, dan ketinggiannya cukup untuk menampung setengah istana di Kota Tanpa Musim Dingin. Masalahnya adalah kabut yang tercipta dari arus air itu terlalu padat dan aku tidak bisa melihat apa-apa. Arus airnya juga disertai dengan angin kencang yang mendorong aku keluar."     

"Jangan mencoba sesuatu yang sangat berbahaya seperti itu lagi lain kali." kata Roland sambil menatap Kilat dengan serius. "Apa kamu ingat janjimu padaku?"     

"Aku berjanji untuk meminta izin darimu terlebih dahulu sebelum melakukan eksplorasi apa pun." sahut Kilat sambil menundukkan kepalanya.     

"Benar. Aku tidak akan menghukummu untuk kali ini. Pergilah bermain bersama Maggie." kata Roland.     

"Baiklah … lalu bagaimana dengan gunung salju itu?" tanya Kilat.     

"Kita akan menghentikan pekerjaan untuk saat ini." sahut Roland sambil merapikan peta-peta itu dengan rapi dan menyimpannya kembali di laci. "Kita akan menunggu sampai Sylvie kembali sebelum kita membahas tentang penjelajahan yang lebih dalam ke dalam gunung itu. Aku harus fokus pada persiapan perang dengan gereja terlebih dahulu."     

"Baiklah kalau begitu." jawab Kilat sambil mengangguk, lalu ia terbang keluar dari jendela.     

"Bagaimana menurutmu?" tanya Roland sambil melirik ke belakang.     

"Aku ada di sini, Yang Mulia." sahut Nightingale, ia menampakkan dirinya yang sedang duduk bersila di atas meja. "Gunung salju itu tempat yang sangat dingin. Siapa yang mau mendirikan markas di tempat seperti itu?"     

Karena Nightingale sedang tidak mengenakan sepatunya, Roland tidak bisa menahan diri untuk tidak melihat ke arah kakinya yang jenjang, yang hanya dibalut dengan kaus kaki putih. "Uh … apakah kamu juga berpikir bahwa Monster Bermulut Raksasa itu bersembunyi di dalam gunung salju?"     

"Aku rasa begitu. Jika monster itu memang ahli dalam menggali seperti yang kita ketahui, tidak sulit bagi mereka untuk membangun sarang di dalam gunung, ditambah lagi …" Nightingale tampak ragu-ragu.     

"Apa lagi yang kamu pikirkan?" tanya Roland.     

"Aku hanya heran, mungkinkah lubang-lubang yang ada di Pegunungan Tak Terjangkau itu ada hubungannya dengan monster itu?"     

…     

Roland terus merenungkan kata-kata Nightingale sampai malam tiba. Itu adalah sebuah dugaan yang sangat menakutkan.     

"Jika sekelompok monster menakutkan ini ada di mana-mana dan gerakan mereka tidak bisa dibatasi oleh alam, bagaimana aku bisa menghancurkan mereka?" pikir Roland.     

Ada sesuatu yang lain yang membuat Roland sangat bingung. "Jika Monster Bermulut Raksasa dapat mencapai Dataran Fajar, maka pasti ada tanda-tanda aktivitas mereka di Dataran Subur juga. Mengapa Pusat Persatuan Penyihir tidak meninggalkan catatan apa pun tentang monster-monster ini?"     

Sayangnya, situasi yang terjadi saat ini menghalangi Roland untuk melakukan eksplorasi lebih lanjut. Gereja harus dikalahkan terlebih dahulu agar Kota Tanpa Musim Dingin bisa memiliki masa depan.     

Setelah lebih dari 1 bulan mengirimkan pasukannya, Roland sudah mengangkut hampir 4.000 pasukannya ke Wilayah Utara, bersama dengan jumlah persediaan amunisi dan jatah ransum militer yang sesuai dengan jumlah pasukan. Menurut intelijen pasukan inti, garis pertahanan lapangan sedang dibuat sesuai rencana, sementara rute dari Bukit Angin Dingin ke dalam Kerajaan Graycastle semuanya telah diblokir oleh Tentara Pertama. Tidak lama lagi, pasukan terakhir juga akan segera berangkat ke Wilayah Utara. Roland akan ikut dengan pasukannya ke Wilayah Utara untuk memimpin perang ini, dan kegagalan bukanlah sebuah pilihan untuknya.     

Tepat pada saat itu, Roland mendengar seseorang mengetuk pintu kamarnya.     

Roland membuka pintu dan melihat Anna sedang berdiri di luar.     

"Aku sudah melihat daftar ekspedisi Wendy, dan namaku tidak ada di dalam daftar itu." kata Anna sambil berjalan ke kamar, wajahnya terlihat datar. "Maafkan aku, tetapi aku tidak bisa menerima hal itu, Yang Mulia."     

Jika Anna langsung masuk ke dalam ruangan dengan murka dan memulai pertengkaran dengannya, Roland pasti tahu apa yang harus ia lakukan. Sebaliknya, ekspresi Anna membuat Roland merasa sedikit takut. Seolah-olah Anna sudah memutuskan sesuatu, dan urusan hidup dan mati tidak penting baginya. Sejak Roland menyelamatkan Anna dari penjara, ia belum melihat Anna bersikap seperti ini.     

Roland menarik Anna untuk duduk di samping tempat tidur. Setelah hening cukup lama, Roland akhirnya berbicara, "Aku mengerti bagaimana perasaanmu. Namun, produksi militer di Area Perbatasan membutuhkan bantuanmu. Baik pembuatan komponen senapan mesin berat atau laras untuk meriam howitzer, keterampilan pemrosesanmu diperlukan di sana … dan ini sangat penting untuk menunjang kemenangan kita."     

"Bukan karena garis depan itu berbahaya?" tanya Anna.     

"Sudah pasti ada sejumlah bahaya saat berperang melawan gereja, tetapi kita pasti akan memenangkan pertempuran ini. Jadi, kamu tidak perlu terlalu khawatir … lebih baik kamu tetap berada di sini." sahut Roland.     

Roland tidak berusaha membujuk Anna berdasarkan perspektif keselamatan perang, karena ekspresi di wajah Anna sudah memperjelas tekadnya. Satu-satunya cara untuk meyakinkan seseorang yang memiliki kesadaran yang sama seperti Roland adalah dengan menggunakan alasan yang lebih tinggi, seperti menjelaskan kepada Anna bagaimana produksi militer bisa memainkan peranan penting dalam menentukan hasil perang.     

"Kalau hanya itu masalahnya, aku bisa melakukan produksi militer di Kota Lembah Dalam juga." Anna tetap bersikukuh. "Ada produksi besi dan tembaga di Wilayah Utara juga. Aku yakin Nona Edith tidak akan pelit untuk membagi hasil bijih mereka dengan kita. Lucia juga setuju untuk ikut denganku, dengan demikian produksi militer tidak akan terganggu. Untuk masalah transportasi, sementara kapal-kapal mengangkut senjata secara lengkap, mereka hanya harus mengangkut suku cadang sekarang, dan perakitan dapat dilakukan di Wilayah Utara. Ini malah akan meningkatkan efisiensi kita dari segi waktu." Jawaban Anna jelas dan tidak terbantahkan. Sudah jelas, Anna sangat siap dalam hal ini.     

Roland tidak bisa berkata apa-apa lagi.     

"Yang Mulia, aku tidak ingin berpisah dengan Anda pada saat-saat seperti ini." kata Anna sambil mengulurkan tangannya dan memegang kedua pipi Roland. "Ini berbeda dari perpisahan kita di masa lalu. Kamu yang paling tahu daripada siapa pun, bahwa perang dengan gereja adalah sebuah tantangan yang terbesar yang pernah kamu hadapi. Entah Hermes akan hancur total, atau Tentara Pertama yang akan binasa. Aku tidak akan pernah menghindari apa yang memang seharusnya aku lakukan atau menipu diriku sendiri. Jika Anda sampai kalah, ada kemungkinan aku tidak akan pernah bisa bertemu denganmu lagi. Selanjutnya, jika aku hanya menunggu di Kota Tanpa Musim Dingin, aku baru akan mendengar berita kekalahan itu dalam 2 atau 3 bulan setelah semuanya terjadi. Aku tidak ingin menunggu lama jika pada akhirnya aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal kepadamu."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.