Bebaskan Penyihir Itu

Gelombang Pertempuran yang Memanas



Gelombang Pertempuran yang Memanas

0…     3

Ledakan yang keras dan menggelegar terdengar di mana-mana.     

Yang bisa didengar Zero di antara suara-suara ledakan ini hanyalah teriakan kesakitan orang-orang.     

Barisan terdepan berisi Pasukan Penghukuman Tuhan, sedangkan barisan belakang berisi Pasukan Penghakiman yang maju perlahan-lahan. Ini adalah formasi 'Perisai Besar' yang dilatih untuk menghadapi serangan gerombolan binatang iblis, tetapi formasi ini sama efektifnya untuk menangkal busur panah dan senjata api. Perisai besi yang dipegang oleh prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan mampu menangkis serangan anak panah, dan tidak bisa ditembus oleh senjata api milik Timothy. Satu-satunya kelemahan perisai besar ini adalah perisainya sangat berat, karena itu, hanya Pasukan Penghukuman Tuhan yang bisa membawa perisai sebesar ini ke medan perang.     

Namun, kali ini perisai besar itu kehilangan daya efektifnya.     

Sesekali, tubuh prajurit Pasukan Penghukuman Tuhan dengan mudah terpotong menjadi 2 bagian saat terkena hantaman bola besi yang mendesing ke arah prajurit itu, dan bahkan orang-orang yang berdiri di belakang si prajurit ikut terkena oleh hantaman bola besi yang sama. Darah bermuncratan dari tubuh-tubuh prajurit yang terkena bola-bola besi itu. Prajurit-prajurit yang tidak langsung mati di tempat itu memegangi organ-organ tubuh mereka yang terburai atau memegangi anggota tubuh mereka yang terputus sambil berteriak kesakitan, teriakan mereka menciutkan moral rekan-rekan mereka yang masih bertempur.     

"Kita tidak bisa begini terus! Suruh Pasukan Penghukuman Tuhan untuk menyerang musuh dengan kekuatan penuh!" teriak seseorang.     

"Aku setuju, Tuan Soli." sahut komandan yang lainnya. "Bola besi ini hanya bisa melesat dalam 1 garis lurus, dan tidak bisa ditembakkan terlalu cepat. Kita harus bergerak menyebar, dengan begitu musuh tidak bisa menargetkan kita dengan mudah!"     

"Aku mengerti. Sebarkan informasi itu dan serang musuh dengan kekuatan penuh!"     

Zero mendengar Soli Daal mengeluarkan perintah untuk menyerang.     

Namun, tepat pada saat ini, sebuah senjata jenis baru memasuki medan perang.     

Suara senjata jenis baru itu terdengar seperti rentetan tetesan hujan yang tidak henti-hentinya, namun suaranya juga terdengar seperti dengungan belati besi yang saling berdenting. Kepulan asap tiba-tiba muncul di depan prajurit yang sedang menyerang musuh dan mereka semua tumbang seperti padi yang sedang disemai. Zero tidak bisa melihat dari mana serangan itu berasal.     

Wajah para komandan gereja itu langsung berubah pucat pasi.     

Sudah jelas siapa yang memenangkan akhir pertempuran ini.     

Zero mendengar suara mendesis yang tiba-tiba terdengar di udara. Suaranya terdengar tajam namun juga samar-samar, seperti desisan ular berbisa.     

Ada bahaya!     

Zero mengalihkan pandangannya ke arah dari mana suara itu berasal. Secara reflek Zero ingin menghindar dan bersembunyi dari suara desisan itu, tetapi ia akhirnya ingat bahwa tubuh ini bukan miliknya.     

Sayangnya, Soli Daal tidak memiliki tingkat kewaspadaan yang sama seperti pikiran Zero.     

Sebuah bola besi jatuh dari udara dan memantul di tanah tepat di depan Soli. Saat bola besi itu memantul ke atas, bola besi itu mengenai tubuh Soli.     

Zero hanya bisa merasakan pandangannya mulai berputar-putar sebelum akhirnya ia terjatuh ke tanah.     

Darah segar menyembur keluar dari bahu Soli. Tempat dimana lengan Soli harusnya berada kini kosong, ia telah kehilangan salah satu lengannya. Soli menggertakkan giginya sambil menahan rasa sakit yang teramat sangat.     

Orang-orang yang berada di sekitar Soli mulai mengelilinginya dengan panik.     

"Yang Mulia!"     

"Ya Tuhan, lengan anda …."     

"Mundur, suruh mereka semua mundur!"     

"Bawa Yang Mulia Soli pergi dari sini, aku akan tinggal di belakang!"     

Ingatan dalam kepala Zero terputus di titik ini.     

Zero membuka matanya. Di depan Zero nampak prisma Batu Pembalasan Tuhan dan Area Perangkap di bawah katedral.     

"Jadi itu yang terjadi." pikir Zero sambil menundukkan kepalanya dan ia mulai menyeringai.     

Semuanya sudah masuk akal sekarang.     

Alasan mengapa Roland Wimbledon dapat berubah dari seorang penguasa di Kota Perbatasan yang miskin menjadi seorang raja baru di Kerajaan Graycastle, juga mengapa ia bisa mengalahkan pasukan kesatria Adipati Ryan dan mengalahkan pasukan Timothy berkali-kali, dan bahkan mampu merebut Kota Raja dalam 1 hari. Ternyata begitu.     

Ledakan yang terus-menerus, bau asap mesiu yang menyeruak di udara … hal-hal ini membuktikan bahwa Roland Wimbledon memiliki jenis senjata api baru yang jauh lebih unggul daripada bubuk salju tiruan milik Timothy.     

Jika Zero tidak 'menyaksikan sendiri' semua memori itu, ia tidak akan pernah terbayang ada senjata api yang sekuat itu.     

Tentu saja, Zero tahu bahwa senjata api jenis baru itu bukanlah sebuah senjata rahasia yang diturunkan dalam keluarga Wimbledon dari generasi ke generasi, jika tidak, Timothy dan Garcia Wimbledon tentu tidak mungkin tidak mengetahui keberadaan senjata itu.     

Roland Wimbledon pasti telah menemukan sesuatu di Kota Perbatasan yang telah membuat ia sukses sampai hari ini.     

Kemungkinan lainnya adalah, mungkin Roland telah menguasai trik kuno dari beberapa orang yang tidak dikenal. Sejak Pusat Persatuan Penyihir dibubarkan, beberapa kontraktor dan insinyur yang telah membantu masyarakat setempat tidak lagi berhubungan satu dengan yang lain. Banyak dari mereka memiliki keterampilan dan kerajinan khusus, oleh karena itu mungkin salah satu dari mereka yang telah merancang senjata yang cerdik ini.     

Atau mungkin, senjata-senjata itu ditemukan di beberapa reruntuhan yang tersembunyi jauh di dalam Pegunungan Tak Terjangkau. Catatan sejarah di perpustakaan menyebutkan bahwa ada beberapa reruntuhan aneh yang tidak diketahui asalnya yang terletak di sekitar perbatasan Tanah Barbar. Bahkan, salah satu alasan mengapa Pusat Persatuan Penyihir dibubarkan juga karena adanya penemuan laboratoium di bawah tanah itu.     

Tetapi Zero lebih cenderung berpikir bahwa senjata api jenis baru itu adalah hasil kemampuan penyihir yang mengubah bubuk mesiu biasa menjadi bubuk mesiu yang mematikan.     

Itulah sebabnya Roland Wimbledon berubah perangainya, sebelumnya ia adalah seorang pangeran yang terkenal karena sikapnya yang buruk dan tidak tahu apa-apa, kini ia merekrut penyihir dalam jumlah besar, dan membantu menegakkan ketidakadilan bagi para penyihir itu.     

"Lupakan saja, semua spekulasiku sama sekali tidak penting. Apa pun alasannya, Roland Wimbledon yang paling mengetahui tentang semuanya itu," pikir Zero.     

Zero tahu bahwa jika ia bisa melahap ingatan Roland, ia akan memahami segala sesuatu tentang senjata-senjata hebat ini.     

"Lady … Zero?" seorang kapten penjaga yang berdiri di pintu keluar kandang bertanya dengan cemas karena Zero berdiam diri cukup lama.     

Zero menahan kegembiraan yang bergejolak di dalam hatinya dan ia menunggu sampai senyum di wajahnya benar-benar menghilang, lalu ia melangkah keluar dari kandang besi dengan santai. "Aku baik-baik saja. Beri tahu agen intelijen untuk memanggil kembali semua Penyihir Suci yang masih berada di Kerajaan Fajar."     

"Memanggil semua Penyihir Suci itu kembali ke sini?" Kapten itu tampak heran. "Tetapi rencana yang anda buat sebelumnya …."     

"Pertempuran terakhir akan segera dimulai," jawab Zero. "Aku perlu bertemu dengan mereka semua."     

Sudah jelas, Roland Wimbledon mengetahui sesuatu, lagi pula situasi di Kerajaan Fajar juga sedang tidak stabil.     

"Senjata api itu sangat kuat, daya tembaknya sangat menakjubkan, dan senjata itu juga dapat digunakan oleh siapa pun." Hanya dengan memikirkannya saja, Zero bisa memahami betapa berharganya senjata api itu.     

Jika senjata ini bisa diproduksi secara massal sebelum Bulan Merah tiba, peluang Kota Suci Hermes untuk mengalahkan pasukan iblis pasti akan meningkat dengan pesat.     

Sedangkan bagi Zero sendiri, ia bisa maju selangkah lebih dekat menuju Pertempuran Besar Ketiga.     

*******************     

Kota Lembah Dalam, Wilayah Utara Kerajaan Graycastle.     

Setelah makan malam, Iffy kembali ke kamarnya di istana dan terus-menerus menguap. Selama 2 minggu terakhir, selain melaksanakan Operasi Cabut Gigi, Iffy tidak ada waktu untuk beristirahat dengan santai setelah sampai di kota ini. Iffy tidak hanya harus membantu Tentara Pertama dalam menjaga perkemahan mereka, ia juga harus mengikuti Edith dan rombongannya ke Bukit Angin Dingin untuk mengevakuasi penduduk setempat. Meskipun Iffy sangat sibuk, ia merasa hidupnya menjadi lebih berarti saat ini.     

Setelah suasana hatinya tenang, Iffy baru menyadari bahwa para penyihir non tempur itu memang memiliki kekuatan unik tersendiri. Iffy juga mulai merasa bahwa selain memiliki kemampuan sihirnya, ia tidak benar-benar berbeda dari kebanyakan orang biasa.     

Dari hasil pengamatan Iffy berdasarkan interaksinya sehari-hari dengan orang-orang, keberadaannya perlahan-lahan mulai diterima oleh anggota Persatuan Penyihir. Saat Iffy sedang melakukan tugas-tugasnya, Maggie bahkan sudah mulai menyapa dirinya untuk pertama kalinya, meskipun Kilat tampak tidak senang karena hal itu.     

Iffy tidak berharap mereka memaafkannya, tetapi sebaliknya, ia berharap dirinya bisa menebus kesalahannya di masa lalu melalui sebuah tindakan. Bahkan, Iffy tidak peduli apakah ia akhirnya bisa menjadi bagian dari persaudaraan mereka. Iffy hanya ingin berdamai dengan semua orang dan menebus semua kesalahannya.     

Satu-satunya penebusan yang Iffy lakukan adalah demi Annie, satu-satunya sahabatnya.     

Saat Iffy hendak tidur, seseorang mengetuk pintu kamarnya.     

Ketika Iffy membuka pintunya, ia terkejut ketika melihat bahwa yang datang itu adalah pemimpin di Pulau Tidur, Lady Tilly Wimbledon.     

"Aku ingin berbicara denganmu mengenai Asosiasi Taring Berdarah." kata Tilly dengan pelan. "Juga mengenai Heidi Morgan dan … Annie."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.