Bebaskan Penyihir Itu

Selamat Datang



Selamat Datang

2Anna dan Roland berpelukan erat untuk waktu yang sangat lama.      2

Roland membelai wajah Anna dan berkata dengan lembut, "Kamu … menjadi lebih kurus."     

Meskipun ada air mata di kedua matanya, mata Anna masih tampak sejernih air danau. Roland bisa dengan jelas melihat bayangan dirinya sendiri di mata biru Anna yang jernih. Tetapi Anna terlihat jauh lebih kurus sekarang. Saat memeluk Anna, Roland bisa merasakan tulang punggungnya sedikit menonjol dan ia bisa melihat tulang selangkanya juga. Wajah Anna tidak bersinar seperti sebelumnya.     

"Aku minta maaf karena telah membuatmu mengkhawatirkan aku." Mencium aroma tubuh Anna yang wangi, Roland merasa hatinya kembali tenang. Roland bisa kembali ke dunia ini dalam sekejap, tetapi rasanya mereka sudah berpisah selama ratusan tahun.     

Anna menggelengkan kepalanya dan menyeka air matanya dengan kerah baju Roland sambil berkata, "Aku baik-baik saja, selama kamu bisa terbangun dari tidur yang panjang."     

"Berapa lama aku mengalami koma? Tiga hari atau 1 minggu?" Roland tidak yakin berapa lama ia koma setelah melihat Anna jadi sekurus ini.     

"Kamu koma lebih dari 1 bulan." jawab Anna.     

"Apa?!" tanya Roland dengan syok.     

"Tepatnya, kamu sudah koma selama 52 hari." Melihat wajah Roland yang tercengang, Anna tidak bisa menahan tawanya dan ia berkata, "Sekarang sudah musim gugur. Kamu tentu tahu itu karena tirainya sudah diganti."     

"Aku koma selama hampir 2 bulan?!" Roland menggerak-gerakkan tangannya dan diam-diam ia juga menggerakkan jari-jari kakinya. Tetapi Roland tidak merasakan pegal, kesemutan atau bahkan nyeri.     

"Bagaimana aku bisa makan selama ini?" tanya Roland.     

"Kamu tidak makan apa pun." sahut Anna sambil bersandar di bahu Roland sambil menggenggam pakaian Roland erat-erat, seolah-olah ia takut Roland akan koma lagi. "Seseorang telah makan untuk memberimu nutrisi."     

"Hah … bagaimana caranya?" tanya Roland dengan bingung.     

"Ini kemampuan yang dimiliki Senja dari Asosiasi Taring Berdarah. Senja menanam Benih Kehidupan di tubuhmu, jadi ia hanya perlu makan lebih banyak dari biasanya untuk memberikan nutrisi kepada tubuhmu."     

"Kemampuan penyihir bisa seperti itu?!" Roland pikir itu sangat luar biasa karena simbiosis semacam ini lebih dari sekadar menopang hidupnya selama ia koma, Benih Kehidupan itu bahkan telah menyelamatkan nyawanya! Melihat kenyataan bahwa otot-otot di tangan dan kaki Roland tidak menyusut atau kaku, Benih Kehidupan itu dapat menghubungkan 2 tubuh yang masih hidup untuk berbagi 1 sistem peredaran darah yang sama!     

Roland menghela napas sejenak dan ia memandangi baskom kayu yang ada di lantai. "Terima kasih kamu telah merawatku selama ini."     

"Sudah jelas, selama ini pasti ada seseorang yang telah membersihkan tubuhku dan mengganti pakaianku agar aku tetap bersih selama hampir 2 bulan mengalami koma. Selain itu, proses perawatan ini membutuhkan kesabaran dan ketelatenan dan hanya Anna yang sabar dan penuh kasih yang bisa melakukan pekerjaan ini setiap harinya," pikir Roland.     

"Dibandingkan dengan apa yang telah kamu lakukan untuk kami, aku belum melakukan apa-apa," kata Anna dengan lembut, "Kamu telah memenuhi janjimu kepada para penyihir. Kamu telah mengalahkan pasukan gereja. Setiap penyihir di Persatuan Penyihir pasti akan menunjukkan rasa terima kasih mereka kepadamu, bahkan seandainya aku tidak ada di sini, seseorang pasti akan merawat kamu."     

"Tetapi aku lebih suka kalau kamu yang menjaga dan merawatku." Roland menatap Anna dan menunduk untuk mencium bibir Anna.     

Setelah berciuman beberapa saat, bibir mereka akhirnya berpisah. Dengan pipi yang masih memerah, Anna berkata, "Baiklah, aku harus memberi tahu para penyihir lain. Mereka sudah lama menunggu datangnya hari ini."     

"Apa kita tidak bisa melanjutkan ciuman kita sebentar lagi?" Roland menggoda Anna sambil menyeringai.     

Anna memiringkan kepalanya dan berkata, "Kamu baru saja bangun dari koma dan kamu harus banyak beristirahat …."     

"Tetapi aku merasa tubuhku penuh energi." sahut Roland.     

"Meski begitu, kita tidak bisa melanjutkan itu sekarang." kata Anna sambil memukul tubuh Roland dengan lembut kemudian ia berbalik untuk memungut baskom kayu itu. Anna berjalan menuju pintu dengan enggan dan berkata, "Aku akan segera kembali."     

"Aku sudah tidur sangat lama, jadi jangan khawatir." jawab Roland sambil tersenyum.     

Setelah Anna menutup pintu, Roland mengerutkan kening.     

"Kenapa aku bisa koma selama itu? Apakah ini ada hubungannya dengan fenomena aneh yang ada di mimpiku?" pikir Roland.     

Roland merasa hatinya sangat gelisah.     

Biasanya, setelah orang terbangun dari mimpi, mereka akan segera melupakan mimpinya, dan bahkan tidak bisa mengingat mimpi mereka lagi sama sekali dalam waktu kurang dari 1 hari. Tetapi sampai sekarang, Roland masih ingat dengan jelas apa yang terjadi dalam mimpinya.     

"Apakah gadis kecil itu benar-benar Zero?"     

"Tetapi kenapa Zero memanggilku paman?"     

"Selain itu, Zero juga sangat terkejut ketika ia melihatku."     

Semakin dipikirkan, Roland merasa semuanya semakin aneh.     

Kota modern yang ada dalam mimpinya sama sekali bukan dunia di mana Roland tinggal di masa lalu. Gedung sekolah yang ada di TV itu adalah buktinya. Gedung sekolah Roland yang asli dibangun di samping pegunungan dan merupakan sebuah daerah yang indah. Bangunan-bangunan yang menjulang tinggi tidak diizinkan dibangun di sekitar gedung sekolah, tetapi Roland melihat ada gedung-gedung pencakar langit di latar belakang berita yang ada di TV itu.     

Apartemen itu juga tampak janggal. Jalan setapak dan gedung apartemen itu terhubung satu sama lain, itu merupakan ciri apartemen bergaya kuno. Apartemen kuno umumnya baru dibangun pada tahun 1970 dan 1980 dan pemandangan di sana tidak sesuai dengan jalan rayanya yang ramai dan gedung-gedung pencakar langit yang ada di kejauhan.     

Selain itu, pintu anti maling berwarna hijau dan kipas yang tampak kuno itu terlihat tidak cocok dengan TV modern yang menempel di tembok. Jika pemilik rumahnya tidak memiliki hobi khusus untuk mendekorasi ruangan, tidak ada orang yang akan menghiasi ruang tamunya sendiri dengan gaya yang aneh seperti itu.     

Segala sesuatu yang ada di apartemen itu memang tampak nyata, tetapi di waktu yang bersamaan, segalanya juga tampak aneh dan tidak biasa.     

Sebelum menghilang, Zero berteriak histeris bahwa ia tidak akan membiarkan Roland lolos dari alam pertempuran jiwa itu. Apakah kata-kata Zero itu sebuah kutukan atau hanya sekedar ancaman bagi Roland? Apakah Zero menciptakan mimpi buruk untuk membuat Roland bingung? Lagi pula, jika Zero hanya membuat Roland bermimpi buruk, itu tidak akan menghancurkan Roland.     

Ketika Roland masih tenggelam dalam lamunannya, ada suara-suara dari balik pintu.     

Sekelompok penyihir bergegas masuk ke kamar tidur dan mereka mengelilingi Roland. Di depan semua penyihir itu, Roland merasa agak malu.     

"Ehem … aku baik-baik saja. Belakangan ini …."     

Sebelum Roland sempat menyelesaikan kata-katanya, Kilat melompat ke tempat tidur dan bergelayutan di leher Roland.     

"Puji Tuhan," Wendy meletakkan tangan di dadanya dan berkata dengan penuh semangat, "Anda akhirnya bangun dari koma."     

Lily mengerutkan bibirnya dan berkata, "Kamu benar-benar pria yang menyusahkan. Kamu telah membuat kami semua khawatir untuk waktu yang lama."     

Si Bulan Misteri bergumam, "Sejak kapan kamu mengkhawatirkan orang lain? Sikapmu ini sangat jarang terjadi."     

"Dibandingkan dengan penyihir, tubuh orang biasa jauh lebih rapuh." kata Agatha sambil mengeluarkan Batu Ukur, ia menggunakan Batu Ukur itu di depan Roland dan berkata, "Eh, tidak ada reaksi kekuatan sihir, sepertinya Anda tidak mewarisi kemampuan Zero. Apa saja yang Anda ingat? Bagaimana dengan memori yang dimiliki Zero?"     

Roland merasa sedikit terkejut dan bertanya, "Apakah kamu sudah mengetahui kemampuan yang dimiliki Zero?"     

"Kami telah menangkap seorang Penyihir Suci. Kami sudah banyak mendengar informasi mengenai kemampuan Zero dari Penyihir Suci itu." jawab Agatha.     

"Be … benarkah itu? Sepertinya aku tidak menerima memori milik Zero." kata Roland.     

"Tunggu sebentar. Bagaimana jika ia bukan Pangeran Roland yang sebelumnya. Mungkin ia terkena pengaruh memori Zero lebih dari 200 tahun yang lalu?" tanya Ashes yang tiba-tiba bangkit berdiri, "Siapa yang bisa membuktikan bahwa ia adalah Roland, dan bukan Zero?"     

"Oh ayolah, jangan membuat masalah baru di sini. Tolonglah." kata Andrea sambil memutar kedua bola matanya ke arah Ashes.     

"Aku cukup yakin bahwa ia adalah Yang Mulia Roland." Suara Nightingale terdengar dari sisi lain tempat tidur, tetapi yang membuat Roland merasa heran, Nightingale tidak menampakkan dirinya seperti biasa.     

Lalu Nana, Gulir, Daun … di antara semua penyihir yang menyambut dirinya dengan perasaan senang, Roland merasakan ada kehangatan di hatinya.     

Yang terakhir menyambut Roland adalah Tilly.     

Tilly menggenggam tangan Roland dan berkata sambil tersenyum hangat.     

"Selamat datang kembali, kakak!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.